MDKK 11. Di Kamar 1

101 23 0
                                    

"Kak kita mau kemana?" tanya Ana, sebenarnya tak enak saat meninggalkan perkemahan tanpa izin terlebih dulu. Dia bahkan tak dizininkan Ryan untuk membantu membereskan keperluannya.

"Pak muh, apa Villa nya sudah siap?" tanya Ryan.

"Sudah Den,"

"Berhubung sudah malam jadi gue mutusin untuk tinggal di Villa,"

"Kenapa gak langsung pulang kak?" timpal Alisya.

"Kabut tebal Sya,"

"Ohh."

Satu jam di perjalanan akhirnya mereka sampai di Villa yang Ryan tuju.

"Woah, gede banget." ucap Aji.

"Punya lo bro."

"Bukan, punya bokap gue."

"Ya sama aja, punya lo."

"Hm."

"Ngapain Kak!" pekik Ana, tiba-tiba Ryan menggendongnya ala bridal style.

"Kak turunin." sambung Ana, malu.

"Suttt." pria itu meminta Ana untuk diam.

"Mari Den." ucap pak Muh, berjalan terlebih dahulu.

"Di dalam ada 5 kamar, 1 kamar utama dan 4 kamar tamu, silahkan pilih kamar yang Aden mau." jelas pak Muh, orang yang tahu tentang seluk beluk Villa ini.

"Kamar utama di mana pak?" tanya Ryan masih setia menggendong Ana.

"Ada di atas Den,"

"Lo di kamar utama gih," titah Ryan menunjuk Aji untuk tidur di kamar utama.

"Ya gak gue juga bro, lo aja. Atau gak cewek-cewek yang di atas."

"Enggak bisa, Ana pasti kesulitan naik tangga nya." jelas Ryan, Aji mengangguk-nganggukkan kepalanya.

"Kalo boleh saya kasih saran Den, temen Aden yang cewek-cewek tinggal di kamar deket ruang tamu, kamar nya luas juga sudah di rapihkan tadi sama bi Sarah."

"Gimana Sya?"

"Ngikut aja Kak."

"Yasudah, lo berempat pilih kamar yang lo mau. Gue mau nganter Ana sama Alisya ke kamar." ucap Ryan, membawa Ana kekamar yang di tunjuk pak Muh.

"Lo berdua tinggal sekamar gapapa?"

"Gapapa kak,"

"Gue tinggal, kalo ada apa-apa segera kasih tau gue." Ryan berlalu dari hadapan Ana jiga Alisya.

Mereka saling terdiam bingung dengan kejadian ini.

"Sya kita harus gimana?" tanya Ana dengan suara lirihnya, dia benar-benar tak mengerti. Bingung untuk menyimpulkan kejadian hari ini.

"Gak tau, bingung An."

"Kenapa kak Ryan bisa se nekad itu,"

"Mungkin gak sih kak Ryan suka sama kamu An."

"Hah? Yang benar saja." kilah Ana, padahal dalam hatinya dia gelisah memikirkan bagaimana jika ucapan Alisya benar.

"Ya menurut aku sih gitu," jelas Alisya. "Kamu suka gak sama kak Ryan?"

"Ishh apa sih, kita kan bukan lagi bahas itu." ucap Ana, mencoba untuk mengalihkan pembicaraannya dengan Alisya.

"Gapapa sih An, jawab aja."

"Gak tau Sya, udah deh bahas yang lain aja."

"Aku gak enak sama guru yang lain Sya, nanti mereka bisa mikir yang enggak-enggak sama kita." sambung Ana.

Menikah Dengan Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang