Ryan bangun dari tidurnya pergi ke mamar mandi untuk membasuh wajahnya. Didepan washtaple Ryan terdiam sejenak memandang wajahnya lewat cermin, dielus rahangnya dengan gerakan perlahan dan menyunggingkam senyum devilnya.
Sungguh baru kali ini perasaan Ryan campur aduk, apakah Ana seberpengaruh itu padanya? Rasanya tak rela jika Ana berdekatan dengan pria lain.
Ryan keluar dari kamar mandi dan langsung turun kebawah menuju ruang makan.
"Siang den." sapa Bibi Atum, asisten rumah tangga.
"Siang bi."
"Ibu sama Rara kemana bi?"
"Lagi dikamar kali den,"
"Oh ya, tumben bukannya__"
"TIDAK!"
"IBU!" terdengar teriakan begitu nyaring membuat Ryan dan bi Atum tersentak kaget. Ryan segera mencari keberadaan Ibunya, dengan langkah cepat Ryan pergi kearah kamar Ibu, disana ada Rara yang tengah memeluk ibu yang sepertinya sudah tak sadarkan diri.
"Ada apa?" tanya Ryan panik, memangku tubuh sang Ibu dan mencoba membangunkannya, sedangkan Rara terus-terusan terisak membuat Ryan bertanya-tanya.
"Ayah kak," lirih Rara sesekali mengusap air matanya.
"Ayah kenapa?" sentak Ryan tak sabaran.
"Kecelakaan hiks, i-ibu tadi dapet telpon dari pihak rumah sakit kalo Ayah__"
"Apa? KECELAKAAN!" sela Ryan tak percaya. Rara menganggukan kepalanya dengan pelan kemudian menatap sendu kearah Ibu.
"Astaghfirullah." jerit bi Atum.
"Dirumah sakit mana?" Rara menjawab rumah sakit yang menangani sang Ayah, Ryan mengangkat ibu dan merebahkannya diatas kasur.
"Urus ibu, biar Kakak yang cek kesana."
"Rara hiks ikut kak."
"Jangan! Tetap disini, jaga Ibu biar kakak yang pastikan kesana,"
"Ta-tapi."
"Ra!"
"I-iya kak."
Ryan bergegas kekamarnya dan membawa kunci motor serta jaketnya, dia berlarian keluar menuju bagasi.
"Pak Muh, buka gerbangnya." teriak Ryan seperti orang kesetanan, dia tak memperdulikan penampilannya, biarlah seperti ini hingga dia sendiri yang memastikan bahwa berita itu bohong.
Ya semoga saja bohong.
"Iya Den."
Brumm Brumm
Ryan menggunakan kecepatan tinggi saat mengendarai motornya, dia tak sabar untuk sampai kerumah sakit itu dan memastikan kabar tersebut.
Jangan sampai Ayah mengalami hal itu, Ryan tak akan sanggup melihat ke 2 wanitanya bersedih.
'Semoga itu bukan Ayah, aku yakin Ayah baik-baik aja.'
***
"Sus pasien atas nama Abian Narendra ada diruangan mana?"
"Sebentar, riwayat pasien apa mas?"
"Kecelakaan di perempatan jalan patriot."
"Oh baik, pasien atas nama Abian Narendra baru saja dipindahkan ke ruang rawat melati XI dan disana juga ada pak polisi yang sedang menunggu kedatangan keluarga pasien." jelas suster yang bertugas.
Seperti tersengat petir disiang bolong, tubuh Ryan menegang matanya memerah panas seperti hendak mengeluarankan cairan bening, tapi Ryan sekuat mungkin menahannya. Dia pria, pria harus kuat pria tidak boleh menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Kakak Kelas
Teen FictionFollow sebelum membaca!! vote dan komen di setiap bab nya, hargai karya penulis untuk tidak memplagiat🚫 Genre : Romance MDKK : Mulai Sel, 25 Oktober 2022 "Jangan lama-lama menangis An, gue gak suka." lebih tepatnya gak rela air mata Ana berjatuhan...