MDKK 8. Tersesat

86 20 0
                                    

"Lo dimana? Jawab gue An." Ucap Ryan begitu frustasi.

"Hiks, Ana di sini kak." Lirih Ana sulit untuk berteriak, tenaganya sudah hilang.

10 menit berlarian kesana kemari tapi Ryan tak menemukan keberadaan Ana, Ryan hampir putus Asa. Dia bersandar sebentar ke pohon besar di belakangnya, dan tiba-tiba dia mendapat ide.

Ryan naik keatas pohon dengan susah payah, dia mempokuskan matanya untuk mencari keberadaan Ana, satu yang tertangkap dan sontak membuat Ryan senang, akhirnya.

"Gue gak bakal biarin lo ketakutan An."

"Hiks kakak, jangan tinggalin An hiks." Lirih Ana, menangis terus-terusan karena takut dan sakit.

Terdengar suara langkah kaki mendekat, sontak membuat Ana waspada takut ada hewan buas memangsanya.

"Kakak tolong!" Jerit Ana sangat ketakutan, seseorang memeluknya erat membuat Ana memberontak.

Tangan kekar milik siapa yang berani memeluk Ana? Ana menolehkan kepalanya kebelakang untuk mengetahui siapanya.

"Kakak?" Ucap Ana tak percaya, baru menyadari orang yang memeluknya itu Ryan.

"Lo udah buat gue gila An," tukas Ryan marah, membuat nyali Ana menciut.

"Hiks maaf kak." Lirihnya merasa bersalah dan menangis histeris. Ryan mempererat kepelukannya, Ana meremat baju Ryan karena tak sanggup menahan rasa senang sakit dan takut nya.

"Huaaaa.... An takut sendiri kak." Rintih Ana dalam pelukan Ryan.

Ryan ikut terharu, matanya berkaca dan entah dapat keberanian dari mana? Berkali-kali mengecup puncak kepala Ana, hingga membuat gadis itu menangis kencang.

"Gue gak akan maafin diri gue kalo lo sampe kenapa-napa." Ucapan Ryan membuat Ana tertegun, hingga tak ayal tatapan Ana membuat Ryan terdiam sejenak kemudian canggung.

"Lo jangan jauh-jauh dari gue." Tambahnya sembari memalingkan wajahnya kebawah dan mendapati luka di kaki Ana, bengkak di pergelanhan kakinya.

"I-iya kak, An janji gak bakal jauh-jauh dari kakak hiks...." Ana terharu mendengar perkataan Ryan barusan.

"Kaki lo kenapa?"

"An tadi jatuh kak, kesandung akar pohon." Jelasnya membuat Ryan panik.

"Lo terkilir An, lo gak hati-hati apa? Lihat kaki lo sampe bengkak begini!" Tukas Ryan merasa geram.

"Hiks maaf kak." Cicit Ana ketakutan, Ryan menatapnya dengan tajam dan dengan segera Ana memalingkan wajahnya kesembarang arah, karena takut dengan tatapan Ryan.

"An lihat gue!" Bentak Ryan benar-benar marah, sontak Ana kembali menatap Ryan dengan mata berkaca.

"Jangan nangis An, maaf gue gak bermaksud buat bentak lo, g-gue___"

Duarrrr grrrhhhhh....

Terdengar suara geludug, spontan Ana memeluk Ryan dan mengubur wajahnya di dada Ryan, setelah suara petirnya mereda Ana mendongkak untuk melihat situasi, tapi matanya malah melihat mata Ryan yang saat ini tengah mengkhawatirkannya. Langit sudah mendung dan Ryan tak boleh terus menerus disini, mereka harus segera kembali.

"Kita pergi sekarang, ayok...." ajak Ryan bangkit, tangannya terulur untuk membantu Ana, gadis itu sangat kesulitan untuk berdiri. Ryan tak tinggal diam, dia masih berusaha membantu Ana dan benar saja usahanya tak sia-sia, akhirnya Ana bisa berdiri dengan segala kesakitan yang ia rasa di kakinya.

"Naik ke punggung gue An," titah Ryan.

"Ta-tapi punggung kakak__"

"Jangan ngebantah, cepet!"

Menikah Dengan Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang