Porsche mengerjapkan matanya yang terasa berat, mengeliat pelan merenggangkan otot nya. Ia menengok mendapati Kinn yang masih tertidur pulas dengan lengan yang membelit tubuh nya. Wajah tegas yang terlihat damai saat tertidur seperti ini
"Kau tidak membalas nya lagi, Kinn?" Gumam Porsche lirih, mengusap lembut wajah tampan Kinn. Dengan mata indah nya yang menelisik pahatan sempurna di samping nya
"Apa sebegitu sulit nya yaa? Padahal aku hanya ingin mendengar nya saja dari mu" kekeh Porsche pelan. Ia mengecup kening Kinn sebelum beranjak dari ranjang untuk mengecek sang adik, dan menyiapkan sarapan pagi mereka
Porsche tidak mau memikirkan apapun karena mungkin ini belum saat nya, yang terpenting sekarang Kinn ada di sisi nya. Menjadi tempat nya bersandar dan selalu ada untuk nya. Itu sudah lebih dari cukup bagi nya
....
Che berjalan menyusuri mansion mewah yang merupakan tempat bekerja kakak nya, setidaknya untuk saat ini itu lah yang ia ketahui. Menapaki kaki ke segala penjuru mansion dengan wajah bangun tidur nya yang nampak kebingungan
"Siapa sih yang membangun rumah seperti labirin ini. Kenapa juga sangat besar seperti kerajaan Titan! Aku kan bingung harus mencari kamar phi Porche dimana..." Oceh nya sedari tadi, celingukan mencari seseorang yang sekiranya bisa ia tanyai. Namun rupanya tidak terlihat tanda-tanda satu orang pun di rumah sebesar dan seluas ini
"Aku jadi takut tiba tiba zombie muncul" Che bergidik ngeri sendiri membayangkan nya seperti di film yang pernah ia tonton. "Haishhh.. phi Porche kau dimana!!" Pangil Che dengan suara keras
Tidak juga mendapatkan apa yang ia cari sungguh membuat Che kesal. Ia menjatuhkan pantat nya ke lantai marmer di bawah nya lalu berguling guling seprti dadar gulung. Mengelepar kecil sebelum merentangkan lengan dan kaki nya, menatap lurus langit langit dengan mulut yang terus berkomat Kamit
"Kenapa berbaring di sana" seru seseorang membuat Che tersadar dari lamunannya, ia mendengar suara langkah kaki dan melihat Kim yang sedang menatap nya heran
"Ahmm— i-itu— tadi Che kepeleset. Iya kepeleset— hehe" Che yang malu, dengan tergesa-gesa bangun mengaruk pelan tengkuk belakang nya yang tidak gatal. Terkekeh cangung karena dirinya pasti terlihat seperti gembel tadi
"Benarkah? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Kim dengan menahan senyum nya. Tau jika bocah lucu itu tengah berbohong, karena sedari tadi Kim mengikuti Che yang terlihat kebingungan
Bukan nya tidak ingin membantu, hanya saja wajah lucu Che ketika bingung semakin terlihat mengemaskan di matanya
"Eum— Oh iya.. kenapa phi Kim ada di sini?"
"Memangnya aku tidak boleh bertemu dengan mu, hm? Aku juga kan rindu tidur dengan mu" goda Kim
"Au. Apa yang phi Kim katakan sih— lagi pula kan Che baru sehari menginap di sini" Che yang mendengar perkataan Kim yang sedikit ambigu, jelas malu apa lagi selama ini memang Kim selalu menemani nya di rumah sederhana nya ketika sang kakak tidak ada
"Kenapa pipi mu merah begitu? Kucing kecil ku ini sakit?" Kim dengan usil mencubit pipi gembil Che sambil tertawa hingga bocah itu protes
"Ishh lepaskan~ Mending sekarang phi Kim antar Che ke kamar mandi, setelah itu beri Che makanan. Che sudah lapar tau" papar Che. Dia sudah menahan pipis nya sedari tadi karena tidak menemukan nya
Padahal di kamar nya tadi ada, namun saat itu Che belum ingin.
"Baiklah, ayo"
KAMU SEDANG MEMBACA
This Hurts | kinnporsche
Fantasy"maaf, aku pergi bukan berarti aku tidak mencintai mu.. tapi karena aku terlalu mencintaimu, Kinn. Namum aku tau kau tidak akan melihat ku.. aku pergi.. membawa sebagaian dari dirimu" Porsche . . . . "Kau di mana Porsche? Tolong kembalilah padaku, a...