65. Di Balik Pohon

86 34 31
                                    

Pertandingan futsal antara SMA Garuda melawan SMA Pemuda Bangsa berhasil dimenangkan oleh SMA Garuda dengan skor 4-3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertandingan futsal antara SMA Garuda melawan SMA Pemuda Bangsa berhasil dimenangkan oleh SMA Garuda dengan skor 4-3. Skor yang berbeda sangat tipis.

Kaivan berhasil menjadi pusat perhatian dalam pertandingan hari itu karena ia telah menciptakan dua gol sekaligus dua assist ke gawang lawan. Ia yang sangat fokus saat bermain membuat para cewek dari berbagai sekolah yang duduk di atas tribun kehilangan suara.

Entah bagaimana mereka bisa kuat berteriak-teriak seperti itu. Padahal aku dari tadi duduk tegang sambil berkali-kali meremas tas sling bag-ku sampai penyok—sama sekali tidak terpikir untuk berseru menyemangati, apa lagi berteriak-teriak heboh.

"GILA! KAIVAN KEREN BANGET!" teriak Adid. Suaranya segera tenggelam oleh suara seruan yang lain, terutama dari tribun SMA Garuda.

Gol terakhir yang menjadi penentu kemenangan berasal dari hat trick Kaivan. Benar-benar di menit-menit terakhir sebelum peluit berbunyi nyaring. Benar-benar sesuatu yang sangat tidak terduga. Tadinya, aku mengira skornya akan tetap seimbang sampai akhir.

Pertandingan pun ditutup. Beruntung tidak ada yang cedera dari pertandingan pertama itu.

"Eh, ayo kasih selamat!" Gadis yang duduk di depanku tiba-tiba berdiri dan menarik temannya untuk pergi meninggalkan tribun.

"Bell, kita juga harus pergi. Kasih ucapan ke Kaivan!" pekik Adid, tiba-tiba melakukan hal yang sama dengan gadis itu.

Aku tidak tahu. Aku tidak langsung mengiakan dan hanya menatap Adid dengan ragu. Sejujurnya, kedua kakiku masih lemas karena tegang. Kemenangan yang benar-benar tak terduga.

Dan para penonton berkali-kali ikut menyanyikan yel-yel SMA Garuda setelah kemenangan didapatkan. Hanya tribun SMA Pemuda Bangsa yang terlihat sangat tenang.

"Ayo, Bella! Kaivan pasti nungguin lo deh!" Adid sedikit memaksa.

Aku menarik tanganku dari genggaman Adid. Tidak. Aku tidak siap. Lagi pula, untuk apa Kaivan menungguku? Bukankah masih ada pertandingan berikutnya yang harus ditonton?

Meski begitu, kulihat anak-anak dari tribun SMA Garuda sudah mulai pergi. Tribun pun terlihat sangat kosong. Benar-benar tidak enak dipandang oleh SMA lain. Karena pertandingan berikutnya akan dimulai dan para pemain sudah turun ke lapangan.

"Aku mau nonton," ucapku merasa bersalah. Adid menatapku dengan tatapan kecewa.

"Bentar aja, Bella. Nanti kita balik ke sini lagi, oke?"

Aku tidak tahu kalau Adid masih ingin menonton meskipun SMA Garuda akan main lagi nanti di pertandingan terakhir. Sebagai penentuan apakah SMA Garuda akan masuk ke babak final. Babak penyisihan memang dilakukan di hari itu. Satu hari penuh.

"Ayo! Please!" Adid mengatupkan kedua telapak tangannya. Aku tidak mungkin menolaknya sekali lagi, bukan?

"Baiklah." Aku menerima kembali uluran tangannya dan membiarkannya menarikku turun dari tribun.

My SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang