Radi Bima Tedja Kusuma.
Pemuda itu duduk gelisah sambil menundukkan kepala. Jari-jemarinya saling bertaut satu sama lain. Dia gemetar, jantungnya berdegup dengan kencang.
Tamat! Hari ini tamatlah riwayatnya. Pikir Radi.
Di depannya duduk seorang pria berusia kisaran 45 tahunan. Masih terlihat gagah dan tampan. Tatapan matanya tajam, Radi seperti dikuliti oleh sorot mata itu.
"Jadi bagaimana kamu akan membayar kerugian yang saya alami?" tanya pria itu yang terdengar mengintimidasi.
Radi menelan ludah, tubuhnya semakin gemetar hebat. Wajahnya mulai pucat. Otaknya kosong. Pemuda itu tidak bisa berpikir apa-apa lagi.
Apa yang harus dia katakan pada pria yang duduk menyilangkan kaki sambil memegang map di tangannya itu.
Hari ini adalah hari paling apes di sepanjang sejarah hidup Radi. Tiba-tiba saja dia terjembab pada lubang kesialan. Niatnya kerja paruh waktu sebagai ojol untuk menambah pemasukan ternyata malah membawanya dalam masalah besar. Semua bermula saat Radi menerima tawaran dari seorang pelanggan.
Pelanggannya itu meminta Radi untuk mengantarkan satu barang ke alamat yang tertera dengan upah yang fantastis. Tergiur akan komisi yang ditawarkan, Radi langsung menyetujui tanpa bertanya apa-apa lagi. Dan tak elak musibah itu menimpanya.
Saat dalam perjalanan mengantar barang, Radi dihadang oleh beberapa preman. Walau dia pernah belajar ilmu bela diri, tapi Radi kalah jumlah. Dan dia pun terkapar tidak berdaya. Motor bebeknya selamat, tergeletak bersebelahan dengannya. Namun, ada barang lain yang hilang. Barang milik pelanggannya digondol komplotan para begal itu.
Siapa yang menyangka, di dalam bingkisan bentuk kotak itu ada benda yang bernilai ratusan juta. Dan di sinilah Radi berakhir. Di depan si pemilik barang.
"Bagaimana saya mau mengganti rugi barang itu Pak, saya tidak punya uang sebanyak itu," kata Radi setelah beberapa menit dia kebingungan mencari jawaban.
"Itu urusan kamu, saya mau barang saya kembali, jika kamu tidak bisa menemukan barang itu berarti kamu harus menggantinya dengan uang," tegas pria itu yang langsung membuat Radi ketakutan. Apalagi dua bodyguard dengan tubuh tinggi besar seperti petarung tinju luar negeri berdiri di sisi kiri dan kanan.
"Apa boleh saya cicil Pak?" tanya Radi dengan wajah memelas.
Laki-laki itu tertawa pelan. "Kamu pikir saya tukang kredit."
"Tapi Pak, saya sungguh tidak punya uang sebanyak itu, jika Bapak tidak keberatan, saya akan mencicilnya, seratus ribu per bulan."
Brak!!!!
Pria berkacamata itu menggebrak meja dengan keras.
"Jangan main-main dengan saya!" hardiknya. "Kamu pikir uang satu juta dua juta? Barang yang kamu hilangkan itu senilai 700 juta, kapan selesainya jika kamu cicil seratus ribu dalam satu bulan ha?!"
Memang tidak masuk akal, tapi itulah jalan satu-satunya yang Radi punya.
"Jadi saya harus bagaimana Pak, saya benar-benar tidak punya uang sebanyak itu." Radi mulai putus asa sekarang. Matanya mulai memerah. Uang dari mana sebanyak itu. Untuk biaya hidup sehari-hari saja dia harus kerja sambilan sepulang kuliah.
Radi berasal dari keluarga sederhana, dengan tekad yang luar biasa orangtua Radi mengirim pemuda itu kuliah di kota Jakarta. Berharap Radi lulus jadi sarjana dan bisa bekerja di kantor-kantor seperti impian orangtua Radi.
"Jika kamu tidak bisa ganti rugi, maka saya akan menjebloskan kamu ke penjara."
Mendengar kata penjara, Radi terenyak kaget. "Jangan Pak, maafkan saya Pak," mohon Radi mengiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJAN
General FictionHidup Radi yang mulanya lurus-lurus saja tiba-tiba berubah 180 derajat. Semua berawal saat dia terpaksa menikah kontrak dengan Arya. Remaja pembangkang, dan kasar. Hari-hari tenang Radi berubah menjadi runyam ketika dia harus mengayomi dan menafkah...