Wattpad ini bisa di setting gak sih waktunya. Kayak di Karya Karsa itu kan bisa di setting jadwal update hari apa jam berapa gitu. Kalau wattpad bisa gak toh ... soalnya aku suka lupa. Kemarin harusnya dah update ya ...
Ya udah sambil ngopi dan ngemil pisang goreng kalian baca part ini ya .... Jangan lupa vote komen.🥰
Waktu menunjukkan hampir pukul enam sore. Radi berdiri gelisah di depan halaman rumah. Pemuda itu jalan mondar-mandir sambil menendang batu-batu kerikil di sekitarnya. Ia gelisah. Dia harus berangkat kerja, tapi Arya belum juga kembali. Biasanya jam empat sore remaja itu sudah ada di rumah.
"Pergi ke mana sih anak itu," cemas Radi. Jika harus menunggu lebih lama lagi, Radi bisa terlambat masuk kerja. Tak hanya itu, Radi sekarang sedang khawatir. Bagaimana bila terjadi sesuatu yang buruk dengan Arya. Masih teringat jelas dalam benak Radi, hari ketika dia dihadang beberapa preman beberapa waktu yang lalu. Ah, jangan sampai hal itu terjadi pada Arya. Bisa tamat riwayatnya.
Selang tak berapa lama datang sebuah motor dan berhenti di pinggir jalan. Arya bergegas turun lalu membayar ojol yang mengantarnya pulang.
"Terima kasih Bang," kata Arya pada si tukang ojol sembari mengembalikan helm yang ia kenakan tadi.
"Iya, sama-sama dek," sahut si pengendara motor sebelum berlalu pergi.
"Arya, kamu dari mana aja? Kenapa jam segini baru pulang?" tegur Radi, sambil melangkah mendekati Arya.
Remaja yang baru pulang itu tak menyahut, wajahnya berubah masam saat Radi berdiri tegak menghalangi langkahnya.
Arya menghela napas malas. Malas meladeni Radi. "Minggir! Aku capek!" Mendorong Radi menjauh darinya.
Radi bergegas mengejar Arya masuk ke dalam.
"Tahu gak Ar, gara-gara kamu pulang jam segini, aku bakal telat kerja."
Arya menoleh ke arah Radi, menatap sengit pemuda itu. "Apa hubungannya denganku!?" ketus Arya.
"Aku gak bisa pergi kerja sebelum kamu pulang."
"Kerja ya kerja! Untuk apa menungguku pulang!" Memutar tubuhnya, Arya melangkah ke ruang dapur. Meletakkan tupperware tiga susun yang ia bawa ke atas meja. Sebelum membuka tutup wadah makanan itu, Arya menurunkan tas ransel dari punggungnya terlebih dahulu.
"Gimana aku bisa berangkat kerja kalau kamu aja belum pulang. Kamu dari mana sih?"
Arya berdecak kesal. Radi benar-benar membuat suasana hatinya makin buruk.
"Aku dari mana itu bukan urusanmu!" ujar Arya tanpa menoleh. Remaja itu sibuk membuka tutup tupperware satu persatu lalu duduk dengan cuek menyantap makanan yang ia bawa dari rumahnya tadi.
Radi jalan memutar ke sisi lain meja makan, lalu duduk tepat depan Arya.
"Ini makanan dari mana?" tanya Radi ingin tahu. Jatah uang saku Arya hanya 20 ribu. Jadi dapat uang dari mana bisa beli banyak makanan seperti ini.
"Bukan urusanmu!" ketus Arya. "Kalau kamu mau, makan nih!" Mendorong tiga tupperware bentuk bulat itu ke arah Radi.
"Bisa gak kamu bersikap baik sedikit aja. Aku itu tanya baik-baik. Kamu dapat semua ini dari mana?" kali ini wajah Radi berubah serius dan tegas.
Mendengar itu Arya langsung mendorong mundur kursinya lalu beranjak pergi dari ruang makan.
"Arya aku lagi ngomong sama kamu!" Radi bangkit dari duduknya menyusul Arya.
Diabaikan setiap kali ia bicara, lama-lama Radi geram juga.
"Kalau ada orang ngomong biasakan jangan menghindar." Radi menarik tangan Arya dan mendorong tubuh remaja itu mentok ke dinding.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAJAN
Ficción GeneralHidup Radi yang mulanya lurus-lurus saja tiba-tiba berubah 180 derajat. Semua berawal saat dia terpaksa menikah kontrak dengan Arya. Remaja pembangkang, dan kasar. Hari-hari tenang Radi berubah menjadi runyam ketika dia harus mengayomi dan menafkah...