Radi baru sampai rumah ketika hari mulai sore. Ia memarkirkan motornya di teras, ada sepasang sepatu di depan pintu, artinya Arya sudah pulang.Radi membuka pintu yang tidak terkunci. Sepi. Bapak Ibunya pasti telah pulang ke kampung. Mereka memang hanya berencana menginap semalam saja. Banyak pekerjaan di kampung yang tidak bisa ditinggal lama-lama.
"Radi Bapak Ibu pulang ya, baik-baik sama Arya. Ibu sudah masak makan malam buat kalian, tinggal dipanasi aja. Jangan galak sama Arya. Itu anak orang. Inget ya ..." Tulis ibu pada secarik kertas. Radi meletakkan nota pesan itu kembali di atas meja. Lalu berjalan ke dapur. Menyimpan belanjaan yang tadi dibelinya.
Selesai menyusun semua belanjaannya, Radi menoleh ke arah pintu kamar yang bersebelahan dengan kamarnya. Depan pintu kamar itu ada tumpukan seprai dan sarung bantal.
Radi berdecak kesal lalu berjalan ke arah kamar. Tangannya berhenti bergerak memutar kenop pintu saat membaca pesan yang tertempel.
"Don't disturb!!"
Radi menghela napas dalam, ia lantas mengetuk pintu sambil memanggil nama Arya.
"Arya, buka pintunya," panggil Radi
"Arya ...." ulangnya lagi.
Setelah beberapa kali memanggil. Tak lama Arya keluar dari dalam kamar.
"Ada apa sih?" sewot Arya, merasa terganggu dengan panggilan Radi.
"Ini apa?" Radi menunjuk tumpukan seprai yang dibiarkan depan pintu.
Arya melihat ke arah Radi menunjuk.
"Seprai," jawabnya santai tanpa beban.
"Iya tahu ini seprai, tapi ngapain kamu taruh sini?"
"Aku mau tidur di kamar ini, jadi aku mengganti dengan seprai yang baru. Oh ya, pasangin. Aku udah coba dari tadi gak bisa." Maklum, sebelumnya Arya adalah tuan muda di rumahnya, kebersihan kamarnya sudah ada pelayan yang mengurus.
"Tapi gak gini caranya, ini seprai kotor kamu bawa belakang kamu cuci. Kenapa kamu letakan di sini?"
"Masa aku yang nyuci? Gak ada mesin cuci di sini!" ketus Arya mendengar Radi menyuruhnya untuk mencuci kain lebar itu.
"Kalau bukan kamu lalu siapa yang mau nyuci? Pakaianmu juga harus kamu sendiri yang cuci."
"Gak mau! Aku gak tahu cara nyuci baju!"
"Aku ajarin," tukas Radi.
"Dari pada ngajarin aku, kenapa gak lebih baik kamu saja yang nyuci ini?"
"Ya gak gitu Arya ...." ujar Radi berusaha untuk tetap sabar.
"Kamu harus bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Mulai hari ini cuci bajumu sendiri."
"Gak mau!" Arya melongos lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Mengabaikan Radi yang berdiri di ambang pintu.
Radi hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Dengan terpaksa pemuda itu membereskan tumpukan kain itu. Dipungutnya lalu ia bawa ke belakang untuk dicuci.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJAN
General FictionHidup Radi yang mulanya lurus-lurus saja tiba-tiba berubah 180 derajat. Semua berawal saat dia terpaksa menikah kontrak dengan Arya. Remaja pembangkang, dan kasar. Hari-hari tenang Radi berubah menjadi runyam ketika dia harus mengayomi dan menafkah...