Roni menepikan mobilnya di pinggir jalan ketika sudah sampai depan toko bunga yang tidak terlalu besar. Pemuda itu melompat turun dari atas mobil jip miliknya. Mobil baru hadiah ulang tahun dari sang ayah. Mobil sebelumnya Roni jual. Ia bosan dan ingin ganti mobil baru. Setelah merengek pada orangtuanya akhirnya Roni dibelikan mobil jip yang ia inginkan. Dengan syarat menjual mobil sport miliknya. Tidak jadi soal buat Roni. Kalau dia bosan dengan mobil yang sekarang, ia akan minta yang baru lagi. Toh selama ini kedua orangtuanya selalu menuruti apa yang Roni minta. Posisinya sebagai anak bungsu, membuat Roni dimanja oleh orangtuanya. Terutama ibunya.
Turun dari mobil Roni lalu melangkah mendekati toko bunga milik orangtua Adi. Sebuah kios kecil yang menjual bunga-bunga yang indah. Rumah Adi menyatu di belakang toko. Itu kenapa meski hari sudah malam toko masih buka—meski mamanya Adi jaga sendirian. Hanya saat siang hari, ada satu karyawan yang membantu mamanya Adi. Roni paham semua itu karena ia sering datang dan menginap di rumah Adi. Jika senggang dia juga sering membantu Adi mengantar-antar pesanan pelanggan.
"Malam Tante ...," sapa Roni dengan senyum ceria mengembang dari bibirnya. Satu tangannya ke depan lalu ia goyang-goyangkan menyapa wanita tengah baya yang masih terlihat cantik itu.
Melihat kedatangan Roni wanita yang sedang berdiri di depan tersa toko mengerutkan kening.
"Roni!" gumamnya heran.
"Tante kaget banget liat aku. Apa aku tambah cakep ya Tan?" gurau Roni seperti biasa jika bertemu dengan mama Adi.
"Enggak gitu.” Mama Adi tertawa geli. “Tante heran. Kok, kamu ada di sini?"
Roni mengerutkan kening hingga dua alisnya hampir menyatu. "Lho memangnya aku harusnya ada di mana, Tante?"
"Harusnya sama Adi. Bukannya tadi kamu jemput Adi ke sini?"
Roni mengerutkan kening bingung. Dia baru saja datang. Di kampus Roni tidak bisa menemukan Adi, anak itu tidak masuk kuliah. Pesan yang ia kirim juga tidak dibalas. Itu kenapa malam ini Roni datang ke sini. Akan tetapi, mengapa mamanya Adi berpikir anaknya pergi dengannya. Roni jadi bingung.
"Tapi aku baru aja ke sini, Tante. Ini lagi mau tanya, Adi di rumah gak?"
"Ya ampun ...." Wanita paruh baya itu mendesah pelan. Menepuk lunak keningnya sendiri. "Tante salah liat kali ya, tadi waktu pamit mau pergi, Tante pikir yang jemput Adi itu kamu, biasanya juga pergi sama kamu. Duh, usia gak bisa bohong, Tante mulai pikun," ujar wanita itu sambil terkekeh.
Roni balas tertawa kecil, tapi tak lama tawanya menghilang.
"Jadi Adi pergi sama siapa, Tante?" tanya Roni penasaran.
"Tante kurang paham sama siapa tadi, kan, Tante pikir dia pergi sama kamu, Adi kelihatan buru-buru, Tante juga lagi sibuk ada pembeli," terang wanita itu sambil mulai membereskan bunga-bunga di depan toko satu persatu.
Melihat wanita tengah baya itu mulai sibuk membereskan tokonya, Roni inisiatif membantu.
"Coba kamu telpon dia aja Roni," saran mamanya Adi di tengah kesibukannya menutup toko.
"Ah, nanti aja Tante, dia mungkin pergi ke rumah Radi."
"Ya gak apa-apa kalau cuma di rumah Radi atau nginap di rumah kamu. Tante gak khawatir."
"Nginap?" gumam Roni bingung. Kapan Adi menginap di rumahnya?
"Adi sering menginap di rumahmu kan belakangan ini?"
"Hehehe ... iya Tante, soalnya rumah sering sepi. Jadi aku minta Adi buat temenin," jawab Roni menutupi. Di kepalanya sekarang ini banyak sekali pertanyaan tentang sahabatnya. Adi pergi ke mana dengan siapa? Dan apa yang dilakukan Adi, mengapa semua terasa aneh dan ganjil. Adi tidak seperti ini sebelumnya. Dia tidak punya banyak teman, tidak seperti dirinya punya banyak kenalan. Jika ada waktu luang setelah pulang kuliah Adi membantu mamanya berjualan bunga di toko mereka. Toko bunga yang baru berjalan dua tahun ini. Setelah papanya Adi meninggal dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJAN
General FictionHidup Radi yang mulanya lurus-lurus saja tiba-tiba berubah 180 derajat. Semua berawal saat dia terpaksa menikah kontrak dengan Arya. Remaja pembangkang, dan kasar. Hari-hari tenang Radi berubah menjadi runyam ketika dia harus mengayomi dan menafkah...