Pulang

2.6K 312 8
                                    

Hallo semuanya ... apa kabar reader SAJAN di wattpad, lama menunggu sampai lumutan ya hehehehe .....maafkan aku ya😁

Hari ini aku update lagi. Kalau kalian lupa dengan alurnya karena terlalu lama hiatus, kalian bisa baca part sebelumnya terlebih dahulu.

SAJAN akan mulai update di wattpad setiap hari Kamis. Seminggu sekali.

Buat teman-teman yang tidak sabar nungguin update di WP seminggu sekali kalian bisa support aku di Karya Karsa. Cari saja nama pena solandra, pasti langsung nongol.

SAJAN akan segera tamat, versi pdf akan segera ada. Untuk yang baca di WP, kalian bisa baca geratis. Tapi ada part yang hanya terbit di Karya Karsa dan pdf. So yang mau versi pdf nabung dari sekarang.😊

Setelah kejadian sore itu Arya tidak mau bertegur sapa dengan Radi. Berulang kali pemuda itu mengajaknya bicara, tapi Arya tidak mau menjawab.

Jika terpaksa harus menjawab, Arya menggunakan nota sebagai perantara. Dan itu terjadi sudah beberapa hari. Meski begitu, Radi tetap sabar. Ia tidak balas marah. Radi sadar diri, semua memang salahnya. Andaikan dia punya uang tujuh ratus juta, tentu Arya tidak perlu ikut terseret dalam masalahnya.

Kring!!

Bunyi jam waker mengejutkan Radi. "Astaga sudah setengah tujuh!" Radi melompat kaget dari atas tempat tidurnya. Cepat-cepat Radi keluar dari kamar, dan bergegas membangunkan Arya.

"Arya bangun! Sudah setengah tujuh nih!" teriak Radi dari depan pintu kamar Arya.

Tak ada sahutan dari dalam. "Arya cepat bangun!" Radi mengetuk pintu sedikit agak keras. Namun, tidak ada tanda-tanda Arya bangun.

Baru saja Radi akan mengetuk pintu sekali lagi, tiba-tiba Arya datang dari arah belakang. Remaja itu tampak segar, sudah rapi mengenakan seragam sekolahnya.

"Oh, sudah bangun," ujar Radi sambil mengusak rambut kusutnya. Ia mundur selangkah memberi jalan Arya saat remaja itu mau masuk kamarnya.

Arya melewati Radi tanpa bicara sepatah kata pun. Remaja itu seolah-olah tidak melihat keberadaan pemuda itu.

Radi mendesah pelan, melihat ekspresi Arya yang dingin seperti bongkahan es di kutub utara. Ia lantas melangkah malas menjauh dari kamar Arya.

Jam dinding terus bergerak, Radi tak punya banyak waktu untuk membuatkan Arya sarapan. Hanya ada roti tawar di meja makan. Itu pun tanpa selai atau susu coklat untuk olesan roti.

"Pakai gula ya Ar, gak ada selai, susu coklat juga habis," ujar Radi saat Arya keluar dari kamarnya.

Lagi-lagi Arya tidak merespons. Remaja itu jalan melewati ruang makan menuju pintu keluar. Mengabaikan Radi yang berdiri termangu menatapnya.

Melihat itu Radi jadi gemas. Ini tidak bisa dibiarkan. Radi lantas bergegas mengejar Arya. Mencengkeram pergelangan tangannya dengan erat.

"Lepaskan!" Arya menghempas tangan Radi dan menatap sengit pemuda itu.

"Kamu mau ke mana?" Radi menatap Arya tegas, tapi nada bicaranya tetap sabar.

"Ya mau sekolah lah! Memangnya mau ke mana!" sahut Arya dengan sorot mata marah.

"Aku antar."

"Tidak mau!" Pekik Arya. "Kamu tahu tidak? Setiap kamu mengantarku ke sekolah naik motor jelekmu itu, semua teman menertawakanku!" ungkap Arya yang langsung membuat Radi tertegun untuk sekian detik.

"Iya aku tahu. Motorku gak ada harganya di banding mobil teman-temanmu, tapi aku tetap harus mengantarmu ke sekolah."

"Gak usah! Ada teman datang menjemputku sebentar lagi."

SAJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang