Kring!!
Bel berbunyi nyaring. Menandakan kegiatan belajar jam pertama usai. Semua siswa dan siswi mengemasi buku mereka lalu berhambur keluar kelas.
Tak terkecuali Lisa. Gadis bersurai panjang, berkacamata minus itu bangkit dari bangkunya hendak meninggalkan kelas. Namun, sebelum ia menggerakkan kakinya Arya buru-buru mencegah gadis itu.
"Ada apa?" tanya Lisa dingin ketika Arya berdiri tegak di depannya.
"Lis, gue mau bilang sesuatu."
"Tentang apa?"
Sebelum menjawab Arya melihat ke sekeliling. Memastikan kelas sudah sepi.
"Kenapa lo menghindar dari gue?"
Lisa diam sejenak. Menatap Arya.
"Lo juga gak mau bicara sama gue lagi," sambung Arya.
"Buat apa? Kamu sekarang sudah kembali bergabung sama Alex dan teman-temannya. Memangnya kamu masih mau berteman denganku?"
Arya terdiam.
"Maaf soal itu," ucap Arya tulus.
Arya sungguh menyesal telah mengabaikan Lisa hanya karena ingin kembali bergabung dengan Alex dan yang lain. Apalagi saat melihat perbuatan kurang ajar Alex pada Radi sore itu di Cafe. Ah, Radi. Arya buru-buru menepis nama itu dari ingatannya.
Ia kembali fokus menatap gadis di depannya.
"Mau ke kantin bareng?" Arya melempar senyum. Lisa yang mulanya teguh hati ingin balas mengabaikan Arya, dengan mudahnya dibuat luluh oleh senyum itu.
Tak berapa lama, Lisa balas tersenyum tipis.
Dengan wajah malu-malu Lisa mengangguk.
Dua remaja itu kemudian bersama-sama jalan ke kantin. Mereka kembali jadi pusat perhatian. Terutama oleh Alex dan yang lain. Arya tidak bergabung ke meja mereka. Bahkan sudah tak peduli dengan sindiran-sindiran yang dilancarkan Alex dan yang lain tentang kehidupannya yang sekarang.
Setelah Arya pikir-pikir tidak ada ruginya dijauhi oleh mereka. Tidak ada yang tulus berteman dengannya. Semua baik hanya saat ia punya banyak uang, ketika dia tidak punya apa-apa, mereka menjauh. Benarkah hanya alasan itu yang membuat Arya enggan kembali bergabung dengan Alex dan yang lain? Atau semua karena Alex berbuat semena-mena pada Radi di Cafe beberapa hari yang lalu. Entahlah .... yang jelas setiap nama itu muncul dalam benaknya, Arya buru-buru menangkisnya.
"Jadi sekarang kamu tinggal di sini?" Lisa berdiri tertegun depan rumah sederhana ukuran 7x9meter itu.
"Iya, apa masalah?"
"Ah, tidak juga," ujar Lisa buru-buru sambil tersenyum.
"Sebentar," pamit gadis itu lalu melangkah mendekati sopir pribadinya. Dia terlihat berbicara sesuatu. Tidak lama kemudian, mobil pribadi itu bergerak perlahan meninggalkan Lisa.
"Mau masuk?" tanya Arya.
Lisa mengangguk. Lantas mengikuti langkah Arya di belakangnya.
Gadis itu melayangkan pandangannya ke sekitar rumah. Entah apa yang dia pikirkan, barangkali ia tidak menyangka Arya bisa tinggal di rumah sederhana seperti ini.
"Duduk lah, gue ambilkan minum."
Lisa Kembali mengangguk. Perlahan Lisa mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
Tak lama Arya kembali dengan membawa segelas air putih di tangannya.
"Cuma ada air putih," kata Arya sembari meletakkan gelas di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAJAN
General FictionHidup Radi yang mulanya lurus-lurus saja tiba-tiba berubah 180 derajat. Semua berawal saat dia terpaksa menikah kontrak dengan Arya. Remaja pembangkang, dan kasar. Hari-hari tenang Radi berubah menjadi runyam ketika dia harus mengayomi dan menafkah...