Arya biasa hidup mewah dengan segala fasilitas dari orangtuanya. Kini hari-harinya berubah 180°. Jika sebelumnya berangkat sekolah naik mobil Lamborghini sekarang diantar naik motor bebek. Jika dulu uang jajannya tanpa batas, sekarang dia sekolah bawa bekal makan siang.
Semua karena pernikahan kontrak yang dirancang oleh papanya. Dia harus menjalani hidup sederhana. Tak hanya itu, Arya sekarang dipaksa mandiri. Sebelumnya semua keperluan Arya selalu ada pelayan yang melayani. Kini Arya terpaksa mencuci baju sendiri.
Awalnya Arya menolak keras, seumur hidup Arya tidak pernah melakukan pekerjaan seperti itu, jangankan mencuci baju, pegang gagang sapu pun dia tidak pernah. Mana mungkin seorang Arya Lintang Wibowo melakukan pekerjaan bersih-bersih. Dia adalah anak tunggal dari seorang pengusaha Real Estate Haris Wibowo. Pemilik Wibowo Group. 60% kondominium di kota besar ini dikuasai oleh perusahaan keluarga Arya yang dirintis oleh kakeknya.
Siapa yang menyangka, seorang Arya anak pembangkang, arogan dan suka foya-foya sekarang jadi anak remaja biasa. Sekarang Arya sudah mulai bisa cuci baju sendiri, sudah bisa menyapu lantai meski dia melakukan itu semua karena terpaksa sambil mengomel pula.
Perubahan Arya yang kini tidak punya kemewahan dirasakan juga oleh teman-temannya di sekolah. Dulu siapa yang tidak tunduk pada Arya, siapa yang tidak ingin berteman dengan Arya. Dia anak paling populer di sekolah, walau nilai pelajaran mengkhawatirkan, tapi pesona Arya tak berkurang sedikit pun. Arya si pemilik wajah indah, royal suka mentraktir temannya, sering mengadakan party. Namun, kini semua sirna begitu saja. Teman-temannya yang dulu sering berada di sekitar Arya mereka mendadak menjauhi remaja laki-laki itu.
"Bokap dia udah bangkrut ya, dia tadi berangkat sekolah naik ojek tau ...."
"Dia gak pernah traktir anak-anak lagi di kantin, malah bawa bekal kayak anak TK."
"Udah miskin kali, gue ajakin bikin party dia gak mau."
"Bagus lah, anak sombong dan arogan seperti dia emang bagus mendadak miskin begitu."
Begitu beberapa komentar teman-teman Arya saat menyadari perubahan gaya hidup remaja itu. Padahal sebelumnya mereka adalah sekumpulan siswa dan siswi yang memuja Arya.
Saat ini Arya berada di kantin sekolah. Sebuah kantin yang sangat besar, bersih dan terbilang mewah. Sekolah tempat Arya belajar adalah sekolah untuk kalangan menengah atas. Hanya orang-orang kaya saja yang mampu belajar di tempat itu, tapi tak sedikit juga yang masuk melalui jalur beasiswa prestasi.
Arya duduk seorang diri pada salah satu kursi. Tanpa peduli dengan beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya Arya membuka kotak bekal makan siangnya.
Tahu dan tempe. Arya mendesah pelan melihat menu dalam kotak makan siangnya. Melihat dari bentuk dan warnanya yang gelap Arya tidak yakin makan siangnya ini bisa dimakan.
"Ini pasti gosong lagi, gak bisa masak, tapi selalu menolak saran orang lain," gerutu Arya.
Remaja itu sedang menggerutu tentang Radi, yang kerap membuat masakan hampir gosong. Arya sudah sering protes. Meminta pria itu untuk beli makanan di luar saja. Namun, Radi selalu menolak.
Radi bilang 'jangan beli makanan, boros. Masak sendiri saja, belajar makan apa adanya' kalimat itu saja yang terus Radi ucapkan setiap Arya menolak makan masakannya.
"Boleh duduk sini?"
Arya mengangkat pandangannya, menatap ke arah seorang gadis bersurai panjang berdiri di depannya sambil membawa nampan berisi menu makan siangnya.
"Ya, duduk saja," jawab Arya cuek. Ia kembali mengalihkan fokusnya pada kotak makan siangnya.
Gadis itu lantas meletakkan baki yang ia bawa ke atas meja, lalu duduk tepat di depan Arya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAJAN
Ficción GeneralHidup Radi yang mulanya lurus-lurus saja tiba-tiba berubah 180 derajat. Semua berawal saat dia terpaksa menikah kontrak dengan Arya. Remaja pembangkang, dan kasar. Hari-hari tenang Radi berubah menjadi runyam ketika dia harus mengayomi dan menafkah...