Chief Nick –ups! Nicko—ternyata mengarahkan mobilnya ke GrandLucky Superstore yang selama ini hanya bisa Sabrina intip tanpa berani menjelajahinya.
“Pernah ke sini?” tanya Chief—wanjir! Nicko—sambil meraih troli.
“Nggak pernah,” Sabrina menggeleng sambil dengan patuh mengikuti langkah-langkah pria itu yang berjalan menyusuri lorong. Emang elo pikir gaji gue berapa?
Dari pengumuman yang terpasang di berbagai penjuru supermarket, sedang berlangsung event Korean Fair. Dan sepanjang lorong dipasang aneka jenis makanan dan minuman, dari yang olahan sampai siap saji, dari negara budaya Kpop berasal itu.
“Apa kamu punya jenis makanan favorit yang ingin dibeli?” tanya NICKO –Lagi-lagi Bree mengingatkan dirinya.
“Tidak ada kok,” sahutnya sambil menggeleng. Karena gaya hidupnya hanya sebatas makanan kaki lima yang murah.
“So—”
“Ehm, bagaimana kalau kita cari apa yang Chief—”
“Nicko—”
“Oke. Saya ulangi lagi. Bagaimana kalau kita cari makanan yang Nicko mau saja dulu?” Sabrina mengusulkan. Karena dia juga sangat canggung berada dalam situasi begini.
“Hm … alright. Fruit juice then.” Dengan lincah pria itu menuju ke lorong yang menyediakan aneka minuman. Dan memilih berbagai jenis yang tidak hanya berupa jus buah, namun juga minuman lain serta beberapa jenis yang mengandung alkohol.
“This kind of tea is my favourite,” katanya sambil menunjuk produk minuman yang diimpor dari Jepang.
“Oke,” Sabrina membantunya mengambil karena posisinya lebih dekat.
“Do you want it?”
“Want what? Tea?”
“Yes.”
Sabrina diam.
Nicko bergerak mendekat dan mengambil beberapa botol. “Is this enough for us?” tanyanya.
Sabrina mengangguk ragu.
“And this?” Nicko menunjuk pada isi trolinya. “Kalau saya bilang kita belanja, artinya itu buat kamu sama saya, Sabrina.”
“Oh! Okay,” Sabrina mengangguk canggung.
“Do you think I take you to the shop for nothing?” Nicko terlihat benar-benar heran. “Girl! You really, really—”
“Don’t call me silly, please,” pinta Sabrina, memotong perkataan Nicko. Lalu menyadari ucapannya barusan tidaklah sopan kepada atasannya, gadis itu bergegas berjalan mendahului Nicko dengan menunduk menahan malu.
Nicko menyusulnya di detik berikutnya. “Sorry. I don’t mean it.”
“Just talk to me clearly, please. Because it’s hard for me to understand,” ucapnya lirih.
“Okay, I got it,” sahut Nicko kalem. “Damai?” tanyanya sambil menatap Sabrina.
Gadis itu merasa darah tersembur di wajahnya. “Kita tidak sedang bertengkar,” sahutnya pelan. Sabrina tidak akan bermimpi untuk berani membantah ucapan bosnya ini.
“Mari kita berbelanja.” Nicko mendorong punggung Sabrina lembut. “Vegetables?”
“Saya nggak bisa memasak. You?” Panggilan Nicko membuat Sabrina serba salah karena tidak bisa menyebut pria ini dengan “kamu” atau “anda” yang terdengar konyol. Terpaksa dia mengeluarkan kemampuan bahasa Inggrisnya yang tak seberapa untuk berbicara. Paling juga tidak akan lama. Sebentar lagi mereka pulang, dan hidup sendiri-sendiri tanpa saling peduli seperti sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wife (TAMAT)
Romance"Are you clean? Are you virgin?" Sabrina terkejut oleh pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan oleh Nick. "Yes," katanya dengan kaku. "So, lets get married," sahut Nick ringan. "Secretly." ☘️☘️☘️ We don't meet people by accident. They are meant to cro...