Part 14 - Dinner Mate

63.2K 5.9K 154
                                    


Nicko tiba di kantor dengan wajah muram.

Sabrina yang sudah tiba satu jam lebih awal hanya meliriknya sekilas, lalu buru-buru menyingkir. Merasa tidak enak hati karena dialah sumber kekesalan Nicko tadi pagi.

***

“Kita akan dapat warning keras kalau mengganggu lingkungan, Bree!” omel Nicko sambil berdiri dari lantai. 

Sabrina bersyukur lantai kamar Nicko berkarpet tebal, sehingga dia bisa terempas tanpa cedera. Meskipun kayaknya tetap sakit. Terlihat dari tampangnya yang kesal sekali.

“Emangnya apartemen semewah ini nggak ada peredam suaranya?” tanya Sabrina deg-degan.

“Peredam sehebat apa pun nggak bakal mempan menahan suaramu yang bisa bangunin orang mati, Bree!”

“Lebay ah! Lagian kamu juga—”

“It’s normal, Bree. We are couple, remember? And I have a right to access yous asset!”

“Aset? Dada gue lo bilang aset?” Sabrina yang sedang geregetan melupakan semua etika panggilan secara otomatis.

“And It is mutual, Bree. Kamu bisa mengakses asetku!” 

“Aset apaan?” Sabrina melotot.

“This!” Nicko tanpa tedeng aling-aling menunjuk ke selangkangannya.

“Dih!” seru Sabrina. “Kayak gue minat aja!” 

“Jangan konyol, Bree! Memang aku mau percaya kalau kamu masih selugu itu? What the hell! Nggak mungkin kamu nggak paham about—"

“Aku nggak bilang kalau aku lugu, Nick! Aku hanya bilang nggak tertarik—”

“Everybody love sex, Bree.”

“Kata siapa?” Sabrina membelalak sambil berkacak pinggang.

Nicko membalas tatapan Sabrina. Lalu arah matanya turun dan berlama-lama memandang dada wanita itu. Membuat Sabrina tersadar kalau sejak tadi dia membiarkan bagian atas tubuhnya yang telanjang terekspose jelas. Dalam posisi duduk di atas tempat tidur yang berantakan. 

Dengan kesal Sabrina meraih selimut untuk menutupinya.

“Aku sudah melihat semuanya, Bree,” komentar Nicko malas. “Dan sudah memegangnya sepanjang malam—”

“Aku belum ngizinin—”

“Kita sudah menikah, Bree. Perlu izin apa lagi coba? Aku nggak melanggar hukum selama nggak membuat kamu kesakitan atau dirugikan—”

“Tapi aku nggak mau—”

“Coba cek lagi agreement yang sudah kamu tandatangani!”

Sabrina mendengkus kesal. “Apa setiap hari akan begini?” tanyanya sebal.

Nicko berdecak-decak. “Kalau pernikahan itu sebuah buku, apa yang aku lakukan semalam sebatas logo penerbitnya saja. Bahkan belum sampai pada judul.” Nicko mencebik sambil duduk di tepi ranjang. Posisinya dekat sekali dengan Sabrina.

Sabrina cemberut. “Aku nggak suka. Aku nggak mau kamu pegang-pegang dadaku seenaknya.”

“Kamu nggak protes ketika aku peluk kamu. Kamu tidur dengan nyenyak—”

“Itu masalahnya, Nick. Kamu kayak sengaja banget curi-curi kesempatan waktu aku nggak sadar—"

“Oke! Next aku akan melakukannya saat kamu sadar. Puas?”

Sabrina membuang muka kesal. “Kalau aku masih nggak suka?”

“Aku pastikan kamu akan suka. Pattern-nya, manusia itu diciptakan untuk menyukai seks. Aku nggak percaya kalau kamu selama ini nggak pernah main-main dengan alat vitalmu.”

Secret Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang