Part 16 - The Kiddos

63.2K 5.4K 107
                                    

Dengan menahan nyeri karena dadanya terasa tidak nyaman saat harus mengenakan bra, Sabrina mematut diri dengan rapi siap berangkat bekerja. Saat dia keluar kamar, mendapati Nicko sudah duduk menunggunya di meja bar.

“Nggak ada sarapan?” tanya Nicko melihat Sabrina sudah mencangklong tas kerjanya.

“Ogah,” sahutnya cuek. “Kamu bikin sendiri aja. Aku mau sarapan di luar sama Tika,” katanya sambil ngeloyor keluar. 

Bodo amat! Sebel banget dia melihat penampakan Nicko yang sudah membuat dadanya sakit sekali. Kekesalan Sabrina tetap bertahan hingga tiba di kantor saat dia terpaksa harus berakting dengan baik agar tidak ada yang curiga saat dia memercingkan mata menahan nyeri di dada setiap dia bergerak. Bahkan sekarang bahu dan lengan bagian atasnya ikutan kaku.

“Kenapa lo?” tanya Tika akhirnya.

“Nggak enak bodi. Salah posisi tidur kayaknya semalam,” jawab Sabrina yang dengan lancar menutupi kondisi sebenarnya. Ketika dia kembali mengaduh saat tanpa sadar dadanya membentur kusen pintu warung bubur sempit yang sepagi ini berdesakan oleh banyaknya pengunjung yang rata-rata adalah karyawan sekitar SCBD.

“Ngenes banget nggak sih, kita?” tanya Tika ketika mereka akhirnya mendapat tempat duduk dan sedang menunggu dilayani.

“Ngenes apaan?” Sabrina menoleh pada pelayan yang menyodorkan teh manis hangat pesanannya.

Dengan penuh syukur Sabrina menikmati minuman itu dalam tegukan-tegukan besar. Teh manis hangat yang menyegarkan tenggorokan serta meningkatkan mood puluhan kali lipat tersebut bisa dibeli dengan harga sangat murah di warung bubur ini. Berbeda dengan koleksi black tea dan green tea milik Nicko yang hingga kini belum bisa Sabrina nikmati. Selain pembuatannya yang ribet, rasanya juga tidak sesuai dengan lidah Sabrina.

“Cewek lain badan pegel-pegel karena habis dikelonin cowoknya. Kita? Pegel badan cuma karena salah posisi bantal doang.” Tika mendengkus kesal. “Gini banget nasib jomlo kayak kita.”

Sabrina merasa darah terpompa ke wajahnya. Sialan! Jangan sampai ketahuan kalau dia sudah bersuami. Dan nyeri di badannya disebabkan oleh kelakuan pria yang telah mencumbu tubuhnya dengan sangat barbar.

Dan pria yang sedang memenuhi kepalanya itu muncul begitu saja di lorong saat Sabrina beriringan dengan Tika masuk kembali ke kantor setelah sarapan. Melihat kehadirannya, Nicko hanya menatapnya seper sekian detik lebih lama sebelum melanjutkan langkah menuju lantai yang berbeda. Mungkin ke kantor CEO. Bodo amatlah dia mau ngapain.

“Gue ke toilet bentar, Tik,” kata Sabrina beralasan. Karena malas untuk langsung masuk ruangan untuk bekerja.

“Mending ke toilet di lantai bawah aja. Di lantai kita biasanya penuh,” kata Tika. “Gue juga mau ke sana.”

Tika tidak salah. Toilet perempuan pada jam setelah sarapan memang selalu penuh dengan karyawan yang sedang merapikan diri untuk bekerja. Di meja washtafel juga biasanya sudah diramaikan oleh make up pouch yang berjajar dengan isi aneka alat perlenongan dari berbagai brand terkenal dunia. Sabrina dulu pernah iseng mengintip koleksi make up punya Jesslyn. Dan syok saat tahu kalau harga satu kemasan primer setara dengan gaji bulanannya. Tidak heran kalau riasan cewek itu bener-bener flawless.

Berbeda dengan toilet di lantai bawah. Di sana biasa digunakan oleh tamu maupun staf front office yang jumlahnya tidak seberapa. Selain itu, agak ke belakang terdapat juga toilet yang biasa dipakai oleh para petugas kebersihan berkumpul dan bergosip. 

Ke sanalah keduanya menuju.

Sudah ada tiga orang petugas kebersihan wanita yang asyik ngerumpi di depan washtafel. Sabrina dan Tika menyapa mereka dengan senyum ramah sebelum beranjak masuk ke bilik closet. Saat Sabrina keluar, para wanita itu masih berada di sana. Namun mereka menepi dengan sopan, mempersilakannya ke washtafel untuk cuci tangan. Disusul Tika yang muncul beberapa saat kemudian.

Secret Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang