Part 8 - Nicko and Bree Mode

52.3K 6.1K 109
                                    

“Panggilan itu diberikan oleh keluarga dan teman dekat saya, Chief.“

“Ah, I see,” Nicko mengangguk. Lalu tanpa berkomentar lagi pria itu melanjutkan langkah menuju ke ruangannya.

Sabrina mengembuskan napas lega. Bertemu Nicko setiap pagi, terjebak dalam acara sarapan bersama namun berada dalam keheningan, rasanya sudah melelahkan baginya. Dan di kantor, dia harus menghadapi sosok Nicko sebagai seorang atasan yang harus selalu dipatuhi perintahnya dan dituruti kemauannya.

Sabrina menepis jauh-jauh sekelebat pikiran untuk resign dan pindah tempat kerja. Belum saatnya. Dia masih membutuhkan gaji rutin dari tempat ini. Juga tempat tinggal yang nyaman dan aman seperti yang Nicko berikan untuk sementara. Gadis itu menekankan kata sementara. Karena dia harus keluar dari tempat itu secepatnya. Entah kapan. 

Rutinitas yang mereka jalani berdua terbukti tidak membawa efek apa pun pada hubungan keseharian mereka. Juga tidak menjadikan mereka lebih dekat secara personal. Bukan berarti Sabrina mengharap ada hubungan yang lebih dari apa yang selama ini ada. Tidak. Hanya saja, seperti yang pernah disebutkan oleh Nicko, mereka tidak akan saling mengganggu.

Hari Kamis. Sabrina bangun pagi dan keluar kamar hanya untuk mendapati pintu kamar Nicko tertutup. Bahkan sampai dia selesai mandi dan bersiap bekerja. Pria itu tak kunjung muncul juga. 

Akhirnya Sabrina mengeluarkan sekotak honey nut Cheerios dan sekotak susu non fat. Meletakkannya di atas meja bersama mangkuk, sendok, juga sebotol Evian kemasan sekali minum. Di saat terakhir, Sabrina mengeluarkan beberapa macam buah berry dari bagian bawah kulkas. Blackberry, redberry, dan Korean Strawberry, serta mencampurnya di dalam satu mangkuk dengan memberinya beberapa helai daun mint . 

Sabrina memang tidak tahu apakah jenis makanan ini memang favorit Nicko. Namun dalam beberapa kesempatan terlihat pria itu menyukainya. Puas dengan semua yang dia siapkan dan tidak ambil pusing ke mana Nicko pergi dan apakah akan sempat memakan sarapan yang telah dia siapkan, Sabrina bergegas keluar.

Akhirnya, pagi ini gue bakal nge-bubur lagi di gang belakang kantor. Atau nasi uduk? Hm … 

Belum apa-apa Sabrina sudah merasa air liurnya menetes. Tanpa sadar senyumnya terkembang saat dia meloncat memasuki Kopaja yang akan membawanya ke tempatnya bekerja.

Sabrina sedang mengobrol heboh bersama teman-temannya di public room ketika Laura memasuki ruangan dan memberinya tatapan kesal. Benar-benar perusak kesenangan! Padahal mereka bergerombol karena sedang happy. Barusan mereka beramai-ramai sarapan lontong sayur di ujung gang. Dan penjual lontong sayur berbaik hati menambah porsi dan memberi mereka ekstra krupuk dengan harga normal. Plus bonus teh tawar hangat.

“Sabrina, kenapa kamu masih di sini?” tanya Laura pedas. “Kalau kelakuanmu masih tidak disiplin dan teledor begini, saya tidak akan bisa menjamin posisimu akan aman dalam tim Chief Nick.”

Ternyata menurut Laura, karyawan dalam Chief Nick tidak boleh mengobrol dengan tim lain. OKE! “Baik, maaf,” Sabrina menunduk sambil meminta maaf.

“Cepat kembali ke ruanganmu!”

Ruangan yang dituju oleh Sabrina masih kosong. Dan gadis itu menyibukkan diri sendirian untuk beberapa saat sampai Katrina dan Jesslyn muncul.

“Chief Nick sakit, nih. Jadi hanya kerja remote,” kata Jesslyn yang sedang menatap layar ponselnya.

“Waduh, padahal banyak hal yang harus gue konsultasikan sama Chief,” keluh Katrina. 

“Tapi orangnya bersedia menerima panggilan video kalau memang memungkinkan,” sahut Jesslyn. “Lo baca grup deh. Orangnya lagi nongol juga buat balesin pertanyaan tim.”

Secret Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang