Sabrina melompat dari Kopaja dan bergegas menuju ke gedung tempatnya bekerja. Berharap dia tidak terlalu terlambat pagi ini.
Ini gila! Bagaimana bisa dia terlambat bangun di tempat asing? Lalu menyadari suasana teramat sepi yang menandakan dia hanya berada di tempat itu seorang diri? HP-nya mati kehabisan baterai. Jadi dia tidak tahu jam berapa.
“Bree!”
Panggilan Tika membuyarkan semua pikiran Sabrina yang sudah tiba di depan pintu ruangannya.
“Tumben elo telat,” kata gadis itu sambil membelalak ke arahnya. “Lo pakai baju kemarin?” Tika menatapnya horor. Seolah Sabrina telah melakukan dosa besar. “Jangan bilang lo kehabisan stok baju.”
Sabrina mengangguk lemah. Dia masih mengenakan celana jeans dan kemeja katun warna hitamnya kemarin. Dan tentu saja sneaker andalannya.
“Lo mau kerja kayak gitu aja? Nggak ganti baju kerja?” Tika mendelik lagi.
“Nggak sempat, Tik. Baju kerja gue belum disetrika,” Sabrina menggeleng sambil melirik baju kantornya kemarin yang sekarang dia simpan dalam tas plastik hitam.
“Ini lo ketiduran di musala sampai pagi, gitu? Jadi lo nggak sempat pulang buat ganti baju?” tebak Tika.
Tebakan Tika memberinya ide untuk alibi. Karena Sabrina tidak mungkin mengatakan kalau semalam dia menginap di kamar cadangan dalam apartemen Chief Nick, tanpa membuatnya dicap sebagai orang gila yang mengkhayal tidak masuk akal. Juga tidak mungkin bercerita kalau pagi ini dia terbangun dalam kondisi kelabakan karena ditinggal sendiri. Chief Nick sudah pergi saat dia keluar kamar.
“Iya. Gue bangun kesiangan. Jadi cuma bisa mandi di tempat wudu tanpa sempat pulang ganti baju.” Sabrina berbohong dengan lancar.
Tika menggeleng-geleng. “Bisa-bisanya elo ya … tapi, emang lo lembur sampai jam berapa sih?”
“Jam dua.”
Tika menyumpah pelan. “No comment gue, Bree.”
Sabrina tertawa ringan. “Jadi masih mendinglah gue bisa nongol di kantor meskipun terlambat. Dan orang-orang di ruangan mending sepet lihat penampilan kucel gue dalam pakaian seadanya daripada gue nggak masuk dan bikin mereka kelimpungan. Hari ini ada meeting dengan Groub Venture. Mereka butuh gue buat siapin kebutuhannya.”
“Pilihan yang elo punya memang menyedihkan, Bree. Tapi nggak apalah. Emang kondisinya kayak gitu.”
“Iyalah.”
Untungnya orang-orang di ruangan tidak terlalu peduli pada penampilan Sabrina pagi ini. Seumur-umur baru sekarang dia kerja dengan pakaian sesantai ini.
“Lihat lo berantakan tapi masih waras gini, udah bagus banget, Sab,” komentar Jesslyn sambil tersenyum maklum saat mengamati penampilan Sabrina dalam baju lecek serta muka pucat tanpa make-up. “Gila. Lembur sampai jam 2 pagi. Itu si Kevin sama Bayu juga mungkin baru nongol sore ntar.”
“Gue nggak mungkin berangkat suka-suka kayak mereka, Jes. Siapa yang ngurus kalian?”
“Salah. Siapa yang ngurus Chief Nick.” Jesslyn nyengir. “Tuh orang makin ke sana makin ke sini emang.”
Sabrina tersenyum. “Chief udah datang kan? Gue mau masuk ke ruangannya segan. Padahal mau mengecek beberapa hal—”
“Belumlah. Makanya kantor sepi begini.”
Hm … Chief Nick pasti pergi saat Sabrina sudah tertidur. Apa beliau menginap di tempat ceweknya?
"Tapi ada meeting—”
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wife (TAMAT)
Romance"Are you clean? Are you virgin?" Sabrina terkejut oleh pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan oleh Nick. "Yes," katanya dengan kaku. "So, lets get married," sahut Nick ringan. "Secretly." ☘️☘️☘️ We don't meet people by accident. They are meant to cro...