p. Egois

443 35 0
                                    






Haechan duduk di bangku dengan kondisi ponsel yang terus menyala pada mode silent. Nama Makkie terpampang disana, sudah lebih dari sepuluh kali panggilan dari Mark tak terjawab. Entah kenapa, batin Haechan mengatakan jangan mengangkat telepon itu. Ia masih kecewa.

"Chan, itu Mark ya?" Tanya Jaemin yang baru saja duduk di sebelahnya, Haechan mendengar itu langsung mengedarkan pandangan ke segala arah, "hah? Mana?"

Jaemin melihat itu hanya bingung, "maksudnya, itu di telepon," tunjuk Jaemin ke arah ponsel Haechan yang kembali menyala untuk panggilan yang kesebelas.

"Biarin aja."

"Ada masalah apa Chan?" Tanya Jaemin kali ini penasaran, biasanya teman sebangkunya ini tidak akan melewatkan panggilan Mark barang satu detik, tapi Haechan berbeda kali ini dari biasanya, sementara jawaban yang diterima Jaemin hanya gelengan.

"Yaudah kalau belum mau cerita, mau gue angkat gak? Nanti gue bilang lo lagi dipanggil sama Taeil-ssaem," tawar Jaemin yang kemudian dijawab anggukan oleh Haechan.

Jaemin meraih ponsel Haechan dan menekan tombol hijau, mengangkat panggilan dari Mark, lalu menekan tombol loudspeaker, "halo?"

"CHAN? KOK BARU DIANGKAT SIH?! KEMANA AJA?" Beruntung loudspeaker ponsel Haechan berada di tengah-tengah, sehingga suara Mark dari sebrang tidak begitu nyaring, "halo kak? Maaf, ini Jaemin. Haechan lagi dipanggil Taeil-ssaem."

Tak dapat jawaban dari sebrang sana selama beberapa detik, hingga Mark kembali bersuara, "oh ini Jaemin? Maaf juga gue tadi teriak, soalnya dua hari ini Haechan gak bisa dihubungin, gue tanya bubu tapi kata bubu Haechan habis chat bubu semalem, sementara chat dari gue di baca pun enggak. Kalau Haechan udah ada kabarin ya, lewat lo aja. Thanks, Jaem."

Jaemin dan Haechan saling melirik, sementara Haechan dalam hatinya lebih banyak mengumpat, tahu begini kemarin ceritakan saja semua pada bubu.

"Iya kak siap, gue kabarin nanti. Sama-sama kak."

Sambungan telepon pun terputus, "tuh kata kakak-mu bales chat terus angkat telepon."

"Gak mau, Jaem," Haechan menaruh ponselnya ke bawah meja, tempat ia juga menaruh buku-buku pelajarannya.

"Kenapa? Alasannya apa? Gue gak bisa act apapun kalau lo gak cerita," kata Jaemin to the point, karena menurutnya Haechan ini rumit sekali sih.

"Gue mau jadi egois aja. Kalo Mark aja egois sama gue, gak cerita sama gue soal dia nembak Yeri, masa gue gak bisa egois juga ke dia?"

Untuk saat ini Jaemin memilih menepuk jidatnya. Pasalnya, Yeri  baru saja dapat pernyataan cinta dari Hyunjin di lapangan tadi pagi sebelum Haechan sampai di sekolah.

Biarkan dulu Haechan dengan pikiran dan egoisme-nya, Jaemin hanya ingin diam.

---

Masalahnya, Yeri nerima Hyunjin apa Mark ya?

soulmate | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang