z. The End

945 41 0
                                    

Papan pengumuman sekolah kini ramai dikunjungi oleh para siswa. Banyak yang rela berhimpitan untuk mendekat pada sebuah kertas berisi tabel yang diberi judul Pengumuman Kelulusan.

Haechan sama sekali tidak bergerak dari posisinya di paling belakang, sedangkan Jaemin sudah lebih dulu menyusup diantara badan-badan besar yang juga ikut berdesakan menuju papan pengumuman.

Segala bentuk rapalan doa dipanjatkan Haechan sembari tangannya mengepal. Oh iya, Haechan juga berdoa untuk keselamatan Jaemin diantara desakan badan siswa lain.

Haechan belajar giat kok, semua soal ujian juga ia lewati dengan baik, hanya saja memang tingkat tidak percaya diri Haechan itu tiba-tiba melambung tinggi. Takut menghancurkan ekspektasi orang tuanya dan juga—ekhm—Mark.

Soal Mark, dia lulus sebagai siswa terbaik tahun lalu dan kini berstatus sebagai salah satu mahasiswa fakultas Teknik di University of Educational and Culture (Ensi) yang terkenal dan terbaik pula. Semua usaha Mark tidak sia-sia, tapi Haechan sepertinya lupa kalau semua hasil yang Mark dapatkan itu berkat dukungan kelurganya dan Haechan sendiri.

Semenjak kejadian pulang sekolah hari itu dihadapan Haechan, Mark berjanji hanya akan jatuh cinta untuk Haechan, dan ya itu semua berjalan sesuai rencana.

Keduanya semakin akrab dan dekat seperti saat Mark masih belum berhubungan dengan Yeri lewat sosial media. Mark dan Haechan sama-sama belajar untuk menerima apapun yang terjadi, seperti Haechan yang tiba-tiba ditembak oleh teman seangkatan Mark, namanya Yeonjun. Lalu, Haechan yang tiba-tiba mengangguk setuju untuk menerima Yeonjun dengan syarat Yeonjun harus mengikuti student exchanges seperti Mark, syarat itu lantas mendapat gelengan dari Yeonjun, dimana ada program pertukaran pelajar sedangkan jadwal sekolah sudah mendekati ujian akhir?

Yeonjun kalah, diam-diam Yeonjun berbisik pada Mark, "udah paling bener Haechan sama lo, kalau sampai gue gak denger kalian jadian, gue coba lagi deketin Haechan."

Hari itu Mark kesal, semua keluh kesahnya ia lampiaskan pada samsak besar milik Lucas yang ada di rumahnya. Lucas bilang kalau seperti itu lebih baik bicara dengan Haechan. Namun, Mark enggan dan berujung keduanya kembali membangun tembok es yang tinggi.

Haechan paham, semua diamnya Mark adalah kesalahannya menerima Yeonjun, tapi Yeonjun sendiri menolak syarat yang Haechan ajukan, dan pada akhirnya Yeonjun mengalah. Lalu, salahnya dimana lagi?

Beberapa hari kemudian, Haechan mengajak Mark untuk menemaninya pergi berbelanja beberapa kebutuhan rumah yang dipinta oleh Mae. Mark memang mengantar Haechan dan sepanjang jalan hanya diam. Memperhatikan Haechan yang sibuk dengan belanjaan dan memikirkan cara untuk bicara dengan benar soal dia, Haechan, dan Yeonjun. Mark sejujurnya takut. Ancaman itu buat Mark takut.

"Kalau kepikiran soal kak Yeonjun, lo gak usah takut. Kalau dia bilang mau coba deketin gue lagi, lo gak usah khawatir, Mark. Kan lo udah janji buat jatuh cuma ke gue dan gue juga bakal ngelakuin hal yang sama. Tenang aja. Jangan ajak gue pacaran cuma karena takut sama kak Yeonjun."

Dimulai dari Haechan yang ternyata paham soal isi hatinya, lirikannya hanya tertuju pada troli belanjaan milik Haechan yang hampir penuh.

Dimulai dari Haechan yang ternyata paham soal isi hatinya, lirikannya hanya tertuju pada troli belanjaan milik Haechan yang hampir penuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini aja kali ya dagingnya? Yang kayak gini bagus gak sih?"

"Iya, cantik."

"Hah? Hahahaha, please be focus sir."

"Eh? Hah? Eng—gak, maksudnya iya bagus—mungkin."

"Yaudah ini aja. Fokus ujian ya. Gak usah mikirin gue. Gue udah pasti jatuh ke lo kok. Jangan mikir pacaran selama gue belum lulus dan belum diterima di Ensi kayak lo dan belum semester lima."

"Kok dan-nya banyak?"

"Gak apa-apa, masih mau jomblo sebelum nanti pasti bakal lama banget sama lo. Kalau udah mendekati skripsi baru deh pacaran, biar lo yang ngerjain skripsi gue, hahahaha."

"Iya deh oke."

"Lagian kita kan soulmate."

Semua percakapan hari itu di supermarket sampai mereka perjalanan pulang dihiasi dengan tawa. Bagaimana Haechan yang tetap punya syarat untuk Mark dan bagaimana tersipunya Mark kala Haechan menyebut mereka soulmate.

Semua bayang-bayang hari itu kembali berputar di kepala Haechan, jangan sampe gue gagal, nanti gue malu sama syarat gue sendiri.

"HAECHAN, HAECHAN!" teriak Jaemin diantara kerumunan dekat papan pengumuman, rupanya Jaemin sudah berhasil sampai keujung.

"HAECHAN! LULUS, HAECHAN! KITA BISA MASUK ENSI!"

Haechan hanya bisa terdiam, mencoba terus mencerna yang Jaemin teriakan dari dekat papan pengumuman.

Bukan mimpi kan?

"Chan, gue bilang juga apa? Bisa kan?" Bisikan dari belakang itu membuat Haechan makin terkejut.

"MARK?!"

"Congratulations maybe? Terlalu fokus berdoa sih sampai gak sadar daritadi gue disini."

Saat ini hanya satu gerakan yang Haechan lakukan dan Mark memang menunggu itu terjadi.

"Hahahaha, peluknya pelan-pelan, untung kita gak jatuh. Selamat ya, Haechan."

Haechan makin mengeratkan pelukan keduanya, meskipun siswa disekitar sudah mulai menaruh atensi pada keduanya, tapi masa bodo. Biar Haechan nikmati dulu satu rasa leganya sebelum kekhawatiran yang lain datang lagi.

"Tunggu gue masuk Ensi sampe semester lima, abis itu kerjain skripsi gue," bisik Haechan di perpotongan leher Mark.

"Iya, pasti ditungguin."

Bagi Haechan, akhir mereka tidak selalu harus berstatus, selama saling percaya, dan komunikasi, Haechan yakin kemanapun mereka bergerak mengikuti angin, angin akan tetap bawa mereka kembali ke rumah masing-masing.

Pelabuhan Haechan hanya ada pada Mark, begitu pula dengan armada cinta Mark yang hanya ada pada Haechan.

Keduanya, walaupun masih harus menunggu, tapi sudah saling berjanji untuk selalu jatuh cinta. Kalau sudah yakin, bendungan itu akan terus terisi oleh cinta yang tak akan pernah habis.


That is called soulmate.

soulmate | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang