y. Promise Me

501 27 5
                                    

Langit sewarna ungu merah muda menjadi saksi atas kedua putra adam berjalan menuju rumah masing-masing, beruntung jalan ke rumah keduanya satu arah, jadi tidak berat sebelah. Satu yang lebih dominan memasukkan tangan ke dalam saku celana, satu lagi si submisif memasukkan tanga  ke dalam kantung sweaternya yang agak kebesaran. Keduanya menikmati semilir angin sore, memilih quite time agar bisa lepas sedikit dari stress tugas sekolah yang menumpuk.

Mereka berjalan bak orang asing saling bertemu, malu-malu. Biasanya mereka akan saling lempar kalimat kasar. Bukan saling sih sebenarnya, tapi hanya salah satunya, dan kalian tahu siapa pelakunya.

"Chan?" Panggil Mark pelan, yang disebut namanya hanya berdeham pelan sambil menendang kerikil di depannya.

Mark melirik ke arah Haechan yang menunduk, gemas melihatnya. Kalau begini kadang Mark lupa bahwa tinggi badan mereka hanya berbeda beberapa sentimeter. Haechan kelihatan begitu kecil dan pas untuk masuk dalam rengkuhannya, tapi Mark harus bersabar.

Keduanya terus diam, hingga Haechan akhirnya bersuara, menghela napas, dan langkahnya tiba-tiba berhenti. Ini adalah waktu yang tepat baginya, mengutarakan apa yang mengganjal.

"Mark, kalau sikap lo begini karena patah hati sama Yeri, gue cuma mau memohon, lebih baik kita jauhan dulu," pinta Haechan tiba-tiba. Kembali menjadi Haechan yang biasanya.

Mark terkejut dengan perubahan drastis Haechan. Ya, sebenarnya bukan berubah, lebih kepada kembali pada dirinya yang biasa. Mark lega tapi sekaligus sedih dengan kalimat yang terlontar dari bibir mungil calon kekasihnya. Calon.

"Enggak Chan, gue gini bukan karena Yeri atau siapapun itu. Oke. Wait. Huh... Iya, pertama karena gue patah hati. Look at her, their hands, pegangan di depan gue. Tapi, gue langsung tersadar, what if its me and her in front of you, I can't imagine."

Haechan menghembuskan napasnya kasar, "kan, lo masih suka sama Yeri."

Mark agaknya mulai frustasi, ketika jatuh cinta, rasa egoisnya akan meningkat. Mark harus sabar, kalau tidak, ia akan kehilangan kesempatannya untuk kali kedua, "Chan, my feel, my heart still fifty fifty on her and you. Gak bisa dipaksa ketika lo tahu gue masih dalam keadaan yang patah hati."

Tangan Mark terulur mengusap pipi gembil sahabatnya, ternyata begitu halus dan menenangkan.

"Haechan, I promise to you, from now I will try to fall in love only on you."

Haechan harus tegar. Namanya perasaan sulit untuk dikendalikan, matanya memanas, tapi ia harus menahan diri untuk tidak menangis di hadapan Mark.

"I don't need your promise, just prove it."

"Yes, Haechan. I will."

---

Ay-Yo Markkkk jangan patah semangat.

Buktikan janji janjimu.

Kalo kata Lucas fighting heyadweee ᕦ⊙෴⊙ᕤ

Notes sedikit :

Aku baca ulang dan ternyata alurnya berantakan juga cringe ya huehuehuehuehue harap maklum ges.

Maaf juga kalau ada grammar-ku yang salah ya.

soulmate | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang