soulmate | markhyuck ✓

r. Berusaha Jujur

Cahaya langit petang mengiringi Haechan dalam perjalanan pulang sekolah, guratan wajah manis itu masih seperti pagi tadi, lesu dan lemas. Pikirannya bercabang, mulai dari jadwal perbaikan nilai matematikanya yang malah di hari libur, lalu ujian semester semakin dekat, dan masalah hatinya yang belum juga selesai.

Haechan akui sikapnya ini salah. Mark nun jauh disana tak tahu menahu perihal gelisah hatinya saat ini. Yang Mark tahu ya mereka berakhir dengan tawa di malam sebelum Haechan menjadi egois selama dua hari.

Jaemin belum memberitahu Haechan tentang Yeri yang menjawab Ya saat Hyunjin tadi menyatakan perasaannya di lapangan. Sudah ada pasangan baru yang jadi buah bibir murid seantero sekolah, namun karena Haechan terlalu berlarut pada rasa sedih dan pikirannya, ia jadi tak mendengar berita teraktual dari angkatan diatasnya.

"Mae! Haechan pulang!" Teriak Haechan seperti biasa, kali ini berusaha untuk terlihat tak ada apapun yang terjadi.

"Iya Chan! Mae di dapur nih," teriak mae yang langsung dihampiri Haechan, "asiiiiik, mae bikin ravioli," kata Haechan melihat sang mae tengah sibuk membuat bulatan pasta yang berisi daging cincang untuk direbus, mae tersenyum, "nemu resep baru, ada bahannya, mae masak deh. Gih kamu mandi dulu, baru kita makan bareng," titah mae yang langsung diangguki oleh Haechan.

Di kamar Haechan kembali termenung dan lagi-lagi ponselnya berdering, nama orang yang sama muncul lagi di layarnya, kembali dirinya dilanda bimbang, angkat atau tidak?

Ayo, Haechan! Angkat, gak boleh egois terus!

Dengan segenap keberanian, akhirnya Haechan mengangkat telepon dari Mark.

"Oh my god Haechan, finally. Are you okay? Kemana aja?"

Haechan, jangan berbohong lagi soal perasaan, karena itu sulit untuk dipendam. Butuh tenaga lebih kalau ingin bertahan lebih lama, bubu pernah bilang, penyakit hati itu harus disembuhkan, bukan malah ditambah dengan masalah yang baru.

"I'm not okay dan gak kemana-mana, Mark."

---

Demi ravioli mae, Haechan harus jujur.