BAB 10. Gemes

196 39 2
                                    

BAB 10. Gemes

Mau berharap lebih, tapi takut jatuh sendiri hingga berujung sedih.

🎸


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gue ngebayangin kalau Mahala itu Nagyoung. Gak tahu kenapa pas liat muka dia gue langsung jadiin dia sebagai visual Mahala.

 Gak tahu kenapa pas liat muka dia gue langsung jadiin dia sebagai visual Mahala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Ilham)

Pas lagi nulis, yang ada dibayangan gue Ilham itu ya dia, Haechan.

AN : Kalau kalian ada bayangan sendiri, kalian bisa abaikan visualisasi yang ada di atas.

🎸


“Rindu cepet!” teriakku dari luar kelas. Menginterupsi Rindu agar segera keluar kelas, pasalnya suara dari Pak Indro sudah terdengar. Sudah dipastikan apel pagi sebentar lagi akan dilaksanakan.

“Bentar La, gue belum bikin Instastory hari ini soalnya,” balas Rindu dari dalam kelas.

Sedang dalam genting seperti ini Rindu bisa-bisanya bersikap santai! Tidak tahukah pria itu jika amukan dari Pak Indro lebih menyeramkan dari Mama?

Aku yang sudah habis kesabaran pun masuk ke dalam kelas guna untuk mendekat ke arah Rindu.

Merebut ponsel pria itu dan kutaruh ke dalam laci meja agar Rindu tidak lagi melakukan hal bodoh untuk membuang-buang waktu yang tidak banyak ini.

“Mahala! Ngapain Lo pakai narik-narik gue sih?” seru Rindu yang merasa heran dengan adik yang merangkap sebagai temannya ini.

Menuruni tangga dengan terburu-buru hingga tanpa sadar aku hampir terjatuh karena tanpa sengaja menginjak tali sepatu pantofel milikku.

Dalam hati aku bersyukur karena sudah ada orang yang dengan baik hatinya menangkapku. Rasa lega keluar begitu saja dari dalam diriku.

“Menang banyak lo Ham! Dasar!” seru seseorang yang sepertinya aku mengenalnya.

Kata Ilham Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang