BAB 5. Follback

228 48 8
                                    

BAB 5. Follback

Memendam rasa adalah caraku mencintaimu.

🎸

“Tumben diem, La. Biasanya lo ngereog kalau udah ketemu bebek kesukaan lo,” sindir Rindu di tengah-tengah keheningan.

Sudah aku bilang, Rindu ini orangnya menyebalkan. Lihat saja, aku yang tidak ngapa-ngapain malah disenggol seperti itu.

Ya, kali aku tiba-tiba heboh, yang ada Ilham akan terkejut dan bertambah ilang rasa kepadaku.

Saat ini kita sedang berada di gerai pak Iyo. Penjual Bebek goreng kesukaanku. Aku dengan hikmat menikmati bebek goreng ini.

“Emang pacar lo itu kuda luping, Ndu? Pake ngereog segala,” canda Ilham membuatku terhenti mengunyah.

“Mahala bukan pacar gue Bang. Gitu aja harus dijelasin. Kalau mau gaet, gaet aja. Tuker tambah tapi sama motor lo itu ya.”

Aku tersedak mendengarnya. Saat ingin meraih minumanku, tiba-tiba satu buah gelas teh sudah berada di hadapanku. Membuatku mendongak siapa yang sudah memberinya teh gelas tersebut.

Seolah mengerti, pria itu berujar, “Minuman lo udah habis. Dihabisin sama si Rindu tuh.”

Aku melirik kearah minumanku. Tidak ada setetes es teh pun tersisa. Kosong. Melirik ke arah Rindu, melemparkan tatapan tajam.

Sialan!

Akhirnya aku memutuskan untuk meraih gelas tersebut. Meminumnya dengan tergesa-gesa. Mungkin saking hausnya atau karena terlalu salting?

“Bang, motor trail lo buat gue aja, ya. Jadi gantinya si Mahala buat Lo. Kurang baik apa gue Bang?” Senyum menyebalkan itu terbit begitu saja dari bibir Rindu.

Rindu kalau ngomong gak ada filternya sama sekali! Dia yang ngomong malah aku yang malu!

Berdecak kesal, aku pun menyahut, “Lo kira gue barang! Pake tukar tambah!”

Aku menengok ke arah depan saat mendengar suara tawa yang berasal dari Ilham.

“Kalau Lo mau motor gue, ambil aja. Nih kuncinya,” ujar Ilham enteng seperti tidak ada dosa sama sekali sembari menyodorkan satu buah kunci.

“Seriusan bang?” tanya Rindu serius. Binar matanya begitu kentara bahwa dia sedang senang.

Kunci motor yang hampir tersentuh oleh Rindu, dengan cepat ditarik kembali oleh Ilham dengan diiringi senyum jailnya.

“Ya bercanda, masa serius. Kalau lu mau ya beli sendiri,” ujar Ilham dan langsung mendapatkan tatapan sebal dari Rindu.

Heran banget liat mereka berdua, seperti tidak ada beban sama sekali. Tidak memikirkanku yang sedang dibuat gondok.

“Lagian cewek berharga nggak cocok jadi bahan tukar tambah. Seorang laki-laki akan disebut jantan ketika dia mendapatkan perempuan yang ia suka dengan cara benar dan terhormat,” ujar Ilham dan sialnya tatapannya matanya tertuju ke arahku. Menatapku dengan dalam.

Dengan susah payah aku menelan makanan yang belum sempat aku telan. Ilham ini sangat suka membuat jantungku berdentum lebih cepat.

Hingga suara dering pada ponsel milik Ilham berbunyi. Lagu Burn milik Ellie Goulding terdengar. Memutuskan kontak mataku dengannya.

Diam-diam aku mengamatinya. Mencuri tatapan sembari berpura-pura menikmati bebek goreng milikku.

Tarikan pada kedua sudut bibirnya ke atas membuat senyum manis tercipta di bibir Ilham. Laki-laki itu bahkan tidak sungkan mengangkat teleponnya dengan Santai. Entah siapa yang sudah menelfon pria itu malam-malam begini.

“Iya nanti aku ke sana. Ini bentar lagi aku selesai kok,” katanya dengan suara lembut.

Ada sinar kebahagiaan yang terpancar di manik mata hitamnya. Dalam pikiranku sudah terlontar dengan berbagai pertanyaan.

Siapa orang yang ada di balik telepon itu?

Mengapa pria itu seakan sangat bahagia?

Aku terus menebak hingga suara berat milik Ilham menginterupsi. Menyadarkan diriku pada realita.

“Ndu, Gue harus cabut ya. Thanks juga udah ngasih tahu tempat makanan seenak ini.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, laki-laki itu langsung pergi. Meninggalkan sejuta atau mungkin milyaran pertanyaan dalam benakku.

Setelah kepergian laki-laki itu, aku sama sekali tidak bernafsu makan. Bahkan pria itu hanya berpamitan dengan Rindu.

Tidak ada kalimat basa-basi yang terlontar dari mulutnya untukku. Berlalu begitu saja diiringi senyum yang merekah.

“Lo jangan heran La. Bang Ilham memang suka gitu. Seenak sendiri,” ujar Rindu tiba-tiba seolah mengerti apa yang sedang aku rasakan.

Aku berdehem singkat untuk membalasnya. Bebek goreng pak Iyo entah sejak kapan menjadi terlihat tidak begitu menggoda seperti ini.

“Pulang, yuk!” ajakku.

🎸

Hari sudah malam, namun aku enggan untuk menutup mata. Rasa kantuk entah sampai kapan akan datang.

Aku berusaha memejamkan mata. Namun, lagi-lagi ia tidak bisa tertidur. Hingga akhirnya memutuskan untuk meraih ponsel yang tergeletak di meja kecil yang ada di samping ranjang milikku.

Hal pertama yang aku buka adalah akun milik Ilham. Ada Story baru, membuatku penasaran.

Hanya sebuah cuitan seperti ini; Memandangmu dalam diam adalah pilihanku. Mengubur rasa agar tidak terungkap adalah ketidakinginanku yang harus aku lakukan.

-IA-

Entah untuk siapa tulisan itu. Namun, kalimat yang Ilham tulis sama seperti yang sedang aku rasakan. Entah kebetulan macam apa ini.

Lalu ia beralih kepada DM yang sudah tiga bulan lalu aku kirim ke pada pria itu. Miris. Aku melihat isi pesan itu dengan miris.

Mahala10
Kak Follback

Tidak ada balasan. Bahkan pesannya saja belum pria itu baca. Aku melirik jam dinding dengan gambar Donald bebek yang sudah menunjukkan pukul 1 pagi.

Tidak ingin besok terlambat, akhirnya aku memutuskan tidur. Memejamkan mata dengan sejuta pertanyaan di kepala yang masih belum ada jawaban.

“Selamat malam Mahala,” gumamku lalu setelah aku tertidur lelap.

Bunyi notif dari ponsel berbunyi. Satu pesan dari seseorang.

Ilhamma
Oke

Ilhamma telah mengikuti anda

TBC

Assalamualaikum. Hello! Bagaimana kabar kalian?

Btw, jangan lupa tinggalkan jejak ya❤️

Kata Ilham Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang