Bab 10. Jelly

287 53 4
                                    

Menyebalkan.

So Annoying!

Melihat Kak Langit bermesraan dengan Kak Ziva benar-benar membuatku jengkel. Ingin kuraup wajah lempeng itu menggunakan lap kotor. Tapi aku takut dimarahi Mama.

Jadi sekarang, aku memilih diam mengamati.

"Dek, tolong bikinin minuman dingin lagi dong."

"Ogah!"

Seenaknya saja Kak Rhina memerintahku. Apa dia tidak lihat kalau aku sedang mengawasi pacarku agar tidak berbuat seenaknya.

"Nanti aku transfer Go Pay."

"Oke. Bentar, Kak."

"Yeeeee! Ngomong aja dari tadi kalau mau imbalan, Lis!"

Haha. Masalah buat kau, Faisal?!

Bagiku Go Pay itu lebih sitimewa daripada Kak Langit yang ngeselin!

Sudah dari pagi mengacuhkanku. Tidak ramah padaku. Dan sekarang, ketika ada Kak Ziva, dia terlihat bersemangat sekali. Caranya memperlakukan Kak Ziva itu sungguh memuakkan.

Lembut sekali macam tahu sutra.

Aku yang jengkel memilih pergi ke dapur untuk melaksanakan perintah dari menteri keuanganku. Kak Rhina.

Sambil membuat minuman dingin, aku juga sekalian makan camilan yang ada di kulkas. Bola-bola coklat yang dibelikan oleh Kak Erwin untuk Kak Rhina benar-benar enak.

Tentu saja Kak Rhina sudah memberi ijin kepadaku untuk memakannya. Karena pada dasarnya, Kak Rhina itu tidak suka makanan manis.

Memang bodoh sekali mantan cinta pertamaku itu. Mbok yo kalau mau PDKT itu disurvei dulu. Sukanya apa. Hobinya apa. Favoritnya apa.

Jangan main datang terus bawa hal-hal yang tidak disukai Kak Rhina. Kan jadi mubazir!

Kalau gini kan jadi aku yang repot. Harus habisin semuanya!

"Enak?"

"Enak."

Loh he? Suara siapa ini?

Refleks aku menoleh dan kulihat Kak Langit sedang berdiri di belakangku. Sambil membawa piring makanan yang kosong.

Dekat sekali Ya Tuhan! Ini kalau aku maju selangkah saja, pasti sudah nempel dengan Kak Langit.

Seperti biasa, cecunguk ini hanya diam saja. Matanya melihat lurus ke arahku. Andai tatapan ini bisa direfleksikan, aku pasti bisa merasakan getaran laser darinya.

Lama saling pandang, aku yang masih normal ini akhirnya memilih mengalah. Memang yang waras harus lebih sabar.

"M-mau, Kak?"

"..."

Ya Tuhan ... Hayati lelah. Ini orang kenapa mulutnya rapet banget, sih?

Tanganku sampai capek karena terus mengangkat kotak bola-bola coklat.

Oh? Apa Kak Langit merasa aku tidak sopan, ya?

Iya juga. Soalnya aku menyodorkan kotak ini pakai tangan kiri. Ya ... Soalnya tangan kananku masih pegang satu bola coklat. Agak kotor sih, jadi malah lebih tidak sopan lagi kalau kugunakan untuk memegang kotak yang bersih nan suci ini.

Tapi ... Ya sudahlah. Biar masalahnya cepat selesai. Aku akan-

Hap!

Bola coklat di tanganku menghilang, saudara!

Dan pelakunya tak lain dan tak bukan adalah si ikan dorang ini!

K-Kak Langit KERASUKAN! Aku yakin ada setan jahanam yang sengaja merasuki tubuh Kak Langir agar bisa mempermainkanku. Karena kalau bukan, lantas apa alasan dari tindakan absurd si kanebo barusan tadi?!

Langit Lisha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang