Aku menyesal kabur dari Kak Langit.
Selain karena aku dimarahi habis-habisan oleh Kak Rhina dan Mama, aku juga harus menanggung efek yang kutimbulkan pada Kak Langit dari kelakuanku kemarin.
Kak Langit sekarang benar-benar seperti anjing!!
Tidak, tidak, aku tidak sedang mengumpat.
Tapi pola tingkah Kak Langit memang jadi mirip seperti anjing. Bukan anjing yang kecil, lucu, imut-imut, tentunya.
Karena perwujudan anjing Kak Langit itu condong pada Doberman Pinscher.
Ya. Doberman.
Anjing Doberman dikenal sebagai anjing yang cerdas, setia, waspada, dan agresif.
Baiklah. Mari dikulik satu persatu.
Cerdas? Hoho ... Tentu saja si wajah talenan itu sangat cerdas. Tidak perlu diragukan lagi.
Setia? Hmm. Sejauh ini dia selalu setia dan menjaga tatapan matanya, sih. Jadi anggap saja begitu.
Waspada? Jangan ditanya!!
Saking waspadanya, barang aku bergerak sedikit pun, Kak Langit akan menyadarinya.
"Mau ke mana?"
Tuh kan! Baru saja dibahas. Sikap waspada berlebihannya sudah muncul.
Aku dan Kak Langit, kebetulan sedang kencan berkedok belajar di kafe dekat kampus Kak Langit.
Dia bilang ada tugas yang deadlinenya dimajukan, tapi Kak Langit terlanjur berjanji akan mengajakku jalan-jalan. Makanya, sebagai jalan tengah, kami menghabiskan waktu berdua di sini.
"Aku mau pesan minuman lagi." Jawabku asal.
Padahal tadi aku bergerak hanya untuk membenahi rokku saja, tapi karena tatapan Kak Langit mirip seperti petugas interogasi, ya aku kesal.
Sekalian saja kukuras dompet si baliho ini.
"Ini."
Dan benar saja. Kak Langit langsung menyerahkan ponselnya. Dia menyuruhku untuk membayar menggunakan e-money.
"Kak Langit mau juga?"
"Tidak usah." Jawab Kak Langit tanpa melihatku sedikit pun.
Padahal tadi, ketika dia bertanya 'mau ke mana?', matanya itu menyorotku mirip dengan laser mercusuar.
"Ya sudah. Aku mau sekalian ke toilet, ya."
"Kamu ke toilet sambil membawa minuman?" Tanya Kak Langit masih dengan tangan dan mata yang berkutat pada layar laptopku.
"Ha? Ya kali. Aku mau ke toilet dulu baru beli minum, Kak."
Tap.
Kak Langit berhenti melakukan apapun yang sedang ia lakukan itu.
Kupikir dia akan mengatakan apa, tapi rupanya Kak Langit hanya berkata, "ayo, aku antar."
Ini dia contoh manusia yang punya otak tapi tidak berakal, saudara-saudara!!
Tolong jangan tiru adegan ini dengan pacar atau crush kalian.
KARENA INI BRUTAL.
KEBODOHAN ORANG INI TERLALU BRUTAL!!
_ _ _ _ _
Masih dalam bahasan anjing- oh ... Ehem! Bukan, bukan.
Maksudku masih dalam pembahasan soal Kak Langit yang mirip anjing.
Sifat terakhir yang dimiliki oleh Doberman adalah agresif.
Selain cerdas, setia dan waspada sehingga Doberman kerap dijadikan sebagai anjing penjaga. Rupanya doberman itu juga terkenal dengan keagresifannya. Utamanya, mereka akan agresif saat berhadapan dengan orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Lisha
Krótkie OpowiadaniaLangit itu hobinya diam. Tidak mau bicara tapi suka sekali memperhatikan. Membuat Lisha merasa kesal dan tak nyaman. Lisha itu mudah kikuk. Gampang gerogi dan ceroboh. Membuat Langit jadi gemar mengganggunya.