Sebagai pemilik otak yang tidak sepenuhnya penuh, jujur saja--- Aku sangat menyukai tugas kelompok!!
Terutama saat aku bisa satu kelompok dengan jajaran orang berotak encer.
Aya, si ranking ketiga satu sekolah sekaligus alpa women.
Romeo, si paling jago presentasi.
Lalu Bara, top tier dalam kemampuan bersosialisasi, dan selain itu, dia juga sama cerdasnya dengan Aya.Dengan susunan ini, aku si paling beban pasti bisa mendapatkan nilai tinggi untuk tugas kali ini.
"Kita bagi tugas saja agar lebih efektif, karena tidak perlu berkumpul setiap waktu."
Seperti biasa, Aya akan selalu memimpin sebuah kelompok tidak peduli di manapun ia berada.
"Aku setuju." Balas Romeo.
"Boleh." Begitu juga dengan Bara.
"Oke." Aku apa lagi.
"Aku dan Romeo akan melakukan presentasi dan mencari contoh soal, jadi Lisha dan Bara yang akan menyusun materi pokok. Lal aku mau sumber materinya jelas. Harus dari buku atau jurnal. Tapi tenang saja, aku akan ikut memeriksa materinya nanti sebelum kujadikan power point. Bagaimana?"
Dan dengan begitu, tugas masing-masing pun telah selesai dibagi dengan sama rata.
Aya dan Romeo langsung pergi setelah membagi tugas karena mereka masih punya urusan masing-masing.
Sedangkan aku, tetap duduk di kafe ini karena dessertku belum habis.
"Kamu tidak pulang?"
"Nah, nah! Aku mau habiskan makananku dulu. Sayang kalau dibuang."
"Aku temani kalau begitu."
Ha? Kenapa? Mau apa dia duduk diam di sini? Perasaan hubungan kita hanya sekadar saling sapa karena teman sekelas.
"Karena tugas kita sama-sama mengumpulkan materi. Bagaimana kalau kita cari bersama? Itu lebih efektif, karena kemungkinan kita mendapatkan double materi akan jadi lebih sedikit."
Oh ... Begitu toh. Dasar, Lisha! Gara-gara sering mendapatkan wejangan dari Kak Langit, aku jadi mudah curiga pada pria asing. Termasuk temanku sendiri.
"Oke, kalau begitu. Kita mulai cari materi besok di perpustakaan sekolah setelah pulang sekolah."
"Besok aku tidak bisa karena ada kegiatan ekstra. Kalau lusa saat weekend kita mencari di perpustakaan kota saja bagaimana? Di sana buku dan jurnalnya lebih lengkap."
Karena merasa tidak ada masalah. Aku pun mengiyakan dengan mudah ajakan Bara.
Tapi itu sebelum aku tahu reaksi Kak Langit.
_ _ _ _ _
"Tidak boleh."
Haha ...
Kenapa juga Kak Langit harus mengajakku jalan di akhir pekan.
Jika saja Kak Langit tidak bertanya soal jadwalku sabtu besok, aku pasti bisa pergi dengan tenang tanpa ketahuan olehnya.
Tapi karena si shibal ini mencecarku dengan berbagai macam pertanyaan saat kukatakan aku ingin pergi di akhir pekan, pada akhirnya aku terpaksa harus jujur.
"Ini hanya tugas kelompok, Kak."
"Perpustakaan kampusku lebih lengkap. Besok kita ke sana."
"Aku tidak butuh buku selengkap itu, Kak. Aku hanya butuh beberapa referensi, dan perpustakaan kota saja sudah cukup."
"Jadi, jalan berdua dengan temanmu lebih baik, ketimbang menghabiskan waktu denganku?"
Apa sih, Bambang? Kenapa pembahasannya jadi ke arah situ?
"Jawab. Kenapa diam saja? Bingung mau berkilah apa lagi?"
Ini yang aku tidak suka setiap kali kami berargumen.
Kak Langit akan selalu menyudutkanku sampai terpojok.
Oh. Ini bukan kiasan. Karena nyatanya, Kak Langit benar-benar memojokkan aku.
Menggunakan tatapan dinginnya, Kak Langit terus bergerak maju sampai tubuhku berbenturan dengan dinding.
Oh ... Tidak-tidak!
Punggungku tidak membentur dinding. Karena sebelum itu terjadi, tangan Kak Langit sudah lebih dulu terulur untuk menjadi bantalan tubuh bagian belakangku.
Jadi sekarang, aku tengah bersandar sepenuhnya pada tangan kanan Kak langit, sedangkan tangan kiri kanebo kering ini digunakan untuk menghalangi aku yang mau kabur.
Rasanya aku ingin membenturkan kepala kita agar dia bisa sadar kalau jarak wajahnya terlalu dekat sampai aku bisa merasakan nafasnya yang segar.
"Pria itu, siapa namanya?"
"Apa?"
Bagaimana bisa dia tahu kalau aku akan belajar kelompok dengan seorang pria? Aku kan tidak mengatakan apapun soal itu.
Aku sengaja menyembunyikan identitas Bara, karena jika aku jujur, Kak Langit pasti akan mengikatku di atas kursi agar aku tidak bisa kemana-mana.
"Sepertinya aku harus cari tahu sendiri."
" ... "
"Dan kalau sudah ketemu, enaknya diapakan, ya?"
Dia gila ya?! INI KAN HANYA TUGAS SEKOLAH!
TUGAS SEKOLAH, DASAR POSESIF!
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Lisha
ContoLangit itu hobinya diam. Tidak mau bicara tapi suka sekali memperhatikan. Membuat Lisha merasa kesal dan tak nyaman. Lisha itu mudah kikuk. Gampang gerogi dan ceroboh. Membuat Langit jadi gemar mengganggunya.