Dua hari lagi adalah masa pertaruhan antara aku dengan si kutil kuda- Anggun. Dia pasti akan membuat aku jadi bahan tontonan satu sekolah jika sampai aku tidak bisa membawa Kak Erwin ke sekolah.
Dan sepertinya, Tuhan merasa kasihan pada mahluk hina sepertiku. Oleh sebab itu, aku bisa punya kesempatan untuk jalan berdua dengan Kak Erwin di Mall seperti sekarang.
Nanti aku akan mencari kesempatan yang pas untuk membujuk Kak Erwin. Kadar perhatiannya padaku saat ini pasti sudah lebih dari cukup untuk membuatnya luluh pada masalah hidupku yang membahayakan nyawa ini!
"Lisha mau minum lagi?"
"E-eh ... N-nggak usah, Kak."
Duh Gusti ... Pripun niki?!¹
Kenapa? Why?! Wheyooo?!
Kenapa lagi-lagi aku bicara dengan tergagap. Padahal tipe kesukaan Kak Erwin kan yang dewasa eksotis(?)
Mana suka dia dengan anak bau kencur yang kalau bicara saja tidak jelas.
"Kalau mau apa-apa bilang lagi aja, ya."
"I- ehem. Tentu, Kak. Kak Erwin tenang saja. Aku tahu kapasitas diriku sendiri. Jika haus aku pasti akan minum."
Kak Erwin tertawa? Dia tersenyum melihat caraku menjawab tadi? Apakah ini saatnya aku melancarkan jurus spik-spik berhadiah?
Hehe ... Pasti aku sudah terlihat seperti orang intelektual. Apa dia memandangku sebagai perempuan dewas-
"Lucu banget sih kamu. Kayak anak kecil yang pengen keliatan tua."
UHUKKK! Menohok sekali saudara.
Apakah gadis selemah lembut diriku ini belum cukup juga untuk mencapai standar dewasanya Kak Erwin? Mengapa Paduka Raja ini tetap melihatku sebagai anak kecil?
Aku ini sudah KELAS TIGA SMA!!
"Lisha, kita lihat-lihat jaket di toko itu, yuk!"
"Iya, Kak."
Baiklah. Timing tadi memang kurang pas. Tapi kali ini aku tidak akan kehilangan kesempatan lagi. Saat Kak Erwin sedang sibuk memilih jaketnya nanti, aku akan dengan sangat berwiba menunjukkan selera fashionku yang tinggi.
Akan kupilihkan jaket paling spektakuler untuk Kak Erwin tercinta. Agar dia terpesona lantas menerima pinanganku.
"Lisha, ini bagus nggak?"
Hmm ... Seleranya bagus. Tapi seingatku ini bukan gayanya Kak Erwin.
"Bagus, Kak. Tapi apa nggak kekecilan kalau buat kakak?"
"Eh? Ini bukan buat aku, kok."
"Lah terus? Kalau bukan buat Kak Erwin, buat siapa?"
"Ehem!"
Eh-Tunggu! Barusan ... Kak Erwin blushing? Dia kenapa tersipu malu begitu?
Jamkkanman! Jamkkanman!
Kenapa mendadak feelingku nggak good, nih? Jangan bilang kalau Kak Erwin ingin ... Membelikanku hadiah?!!
KYAAAAAAAA! GEMES BANGET, SIH!!
Iiiiihhhhhhhhh My heart auto dugun-dugun ini. Tidak kusangka Kak Erwin akan seromantis ini padaku?
Padahal aku kan belum menyatakan perasaan padanya. Haduhhhhh .... Belum jadi siapa-siapa aja dia sudah semanis ini. Bagaimana kalau nanti kita pacaran? Pasti-
"Rhina suka nggak, ya?"
Eh? Kenapa jadi membahas Kak Rhina?
"Lisha, Rhina suka model jaket yang kayak gini kan, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Lisha
Krótkie OpowiadaniaLangit itu hobinya diam. Tidak mau bicara tapi suka sekali memperhatikan. Membuat Lisha merasa kesal dan tak nyaman. Lisha itu mudah kikuk. Gampang gerogi dan ceroboh. Membuat Langit jadi gemar mengganggunya.