3

1.6K 178 2
                                    


Malam telah tiba, jaemin berada di dalam kamarnya sedang membaca buku, karena kesukaannya pada buku sejak dia kecil, tapi dia tak sepenuhnya fokus pada buku yang sedang dia baca karena wajah pria mungil itu terus berada di ingatannya. Membuatnya tidak bisa fokus sama sekali. Lalu diapun menyudahi acara membaca bukunya dan mengambil alat memanah, dia memilih untuk latihan memanah saja. Diapun pergi ke tempat latihan memanah itu.

Jaemin berlatih dengan sangat serius padahal dia sudah sangat handal bahkan bisa membelah anak panah orang lain saking hebatnya. Dan tanpa disadari olehnya jeno mendekat seorang diri.

"Kau ada pikiran apa jaemin?" Sontak saja jaemin langsung menyudahi acara berlatihnya dan membungkuk setelah melihat jeno.

"Tidak ada yang mulia, saya hanya berlatih saja karena bosan."

"Bosan? Kau ingin menipuku ya? Aku sangat mengenalmu jaemin. Kau akan berlatih panahan saat kau sedang banyak pikiran saja. Tapi, jika kau tidak ingin mengatakannya padaku juga tak masalah." Ucap jeno lalu diapun ikut berlatih. Sedangkan jaemin hanya menatap jeno.

"Ada apa? Tidak ingin lanjutkan berlatih?" Ucap jeno dan jaemin akan mengambil alat memanah nya tapi terhenti karena seorang pelayan dari nenek putera mahkota datang.

"Maaf yang mulia."

"Ada apa?" Datar jeno.

"Tuan jaemin dipanggil oleh lady Lee." Ucap pelayan itu.

"Baik, saya akan kesana." Ucap jaemin datar dan akan pergi tapi jeno menahan tangannya.

"Tidak perlu jaemin."

"Maaf yang mulia. Saya harus menemui lady Lee." Ucap jaemin datar lalu melepaskan tangan jeno dan segera pergi meninggalkan alat memanah nya.













At. Ruangan pemimpin.

Taeil mendekati pintu karena dia tau jaehyun masih berada di dalam ruangan itu.  Lalu diapun masuk setelah dipersilahkan oleh pengawal yang menjaga di depan pintu.

"Maaf mengganggu waktumu yang mulia." Ucap taeil dan jaehyun lantas tersenyum melihat hyungnya walaupun dari ibu yang berbeda mengingat betapa baiknya mendiang ibu taeil.

"Tidak masalah Hyung, tolong jangan panggil aku begitu jika kita hanya berdua."

"Maaf yang mulia, saya tidak bisa."

"Baiklah, ada apa hyung?"

"Saya ingin mengatakan kalau dalam waktu dekat saya dan putera saya akan pergi dari istana."

"Maksudnya?"

"Saya akan membeli sebuah rumah untuk kami berdua. Kami sudah memutuskan akan tinggal di luar istana."

"Apa maksudmu Na Taeil!" Ucap jaehyun marah.

"Maaf yang mulia, saya tetap akan pergi dari sini bersama anak saya dan Doyoung."

"Hyung, aku mohon jangan. Kita sudah membahas soal ini, kalau kau akan membiarkan aku ikut mengurus jaemin, kau tau bukan aku sangat mencintai doyoung."

"Saya sudah memberikan waktu selama 22 tahun yang mulia, ini saatnya kami pergi, karena jaemin adalah putera saya dan Doyoung. Bukan putera yang mulia. Jadi, jangan larang saya. Saya permisi yang mulia." Ucap taeil lalu diapun keluar tapi sebelum dia benar-benar keluar, dia mendengar teriakan jaehyun. Jelas taeil tau itu teriakan keputus asaan. Karena jaehyun tak berhasil bersatu dengan Doyoung karena taeyong yang saat itu sedang mengandung, tanpa tau apa yang disembunyikan oleh Doyoung.









Kembali ke jaemin yang saat ini berada di dalam kamar ibu dari sang ratu, lady Lee.

"Iya lady? Ada apa memanggil saya?" Ucap jaemin datar.

"Jangan terlalu dekat dengan cucu saya. Jangan dekat dengan Jung Jeno dan Jung sungchan. Bukankah saya sudah sering memperingatkanmu. Kau harus ingat kalau posisimu itu lebih rendah. Mengerti? Atau aku bisa membuatmu kehilangan ayahmu juga. Bagaimana?"

"Jangan lakukan hal itu, saya akan melakukan apapun. Tapi, jangan sentuh ayah saya." Ucap jaemin karena bagaimanapun hanya taeil yang dia punya saat ini.

"Anak yang baik, kau harus tau. Aku tidak pernah suka pada ibumu. Jadi, bersikaplah baik, maka mungkin aku akan menyukaimu. Yang penting jauhi cucuku." Ucap lady Lee. Jaemin hanya menganggukkan kepalanya. Asalkan taeil tidak kenapa-kenapa, dia rela melakukan apapun. Tapi, tidak kehilangan orang yang dia sayangi ataupun cintai.




















At. Kediaman bangsawan Huang.

Yuta dan istrinya winwin, sekarang tengah berkumpul dengan ketiga anak mereka di ruang tengah rumah itu. Jujur, yuta dan winwin tak tau mau berbicara bagaimana saat ini.

"Ada apa baba?" Ucap anak sulung, Huang De Jun.

"Renjun."

"Iya ba."

"Bagaimana tanggapanmu jika yang mulia meminangmu untuk putera mahkota? Apa kau mau menjadi Puteri mahkota sekaligus istrinya?" Renjun terdiam begitu pula dengan kakak dan adiknya.

"Mama, dan baba tau apa jawabanku. Aku tidak mau menikahi pihak kerajaan. Aku tidak mau masuk kedalam tempat dimana aku bisa saja menderita. Aku tidak mau, aku menolak semua ini. Aku tidak mau menikahi putera mahkota, tolong jangan paksa aku." Ucap renjun kesal dan diapun langsung masuk kedalam kamarnya.

"Mama dan baba tau renjun seperti apa bukan? Kenapa Mama dan baba mengatakannya? Apa baba dan mama ingin adikku menderita?" Ucap dejun tak habis pikir.

"Kau tenang dulu dejun. Mama juga tak akan mengijinkan renjun menikah dengan pihak kerajaan selama pemerintahan masih seperti ini. Mama tau banyak orang jahat disana."

"Baba hanya bertanya pada adikmu itu, baba juga tak mungkin menikahkan adikmu, karena disana s seseorang yang sangat berarti bagi baba terluka dan sahabat Mama meninggal disana." Ucap yuta melihat istrinya yang masih menyimpan dendam pada raja saat ini.

"Baguslah. Kalau begitu, ini semua selesai disini, aku akan istirahat dulu." Ucap dejun setelah kepergian dejun, taropun mendekat dan duduk diantara yuwin.

"Ada apa sayang?" Ucap winwin.

"Mama? Jika renjun ge tidak mau. Bisakah aku menikah dengan pangeran sungchan?"

"Apa maksudmu?" Kaget winwin, yuta juga kaget tapi dia tetap berwajah datar.

"Aku mencintainya, ma ba." Ucap taro.

"Jangan bicarakan dia lagi, kau istirahatlah." Ucap winwin dan taro mengerti kalau mood ibunya sangat buruk lalu diapun segera pergi ke kamarnya.

"Tenanglah sayang." Ucap yuta mengelus bahu istrinya.

"Bagaimana mungkin Hyung? Kau dengar perkataan anak bungsu kita. Aku tudak akan mengijinkannya menikahi pangeran sungchan itu. Kau tau bagaimana dia mencampakkan Doyoung Hyung. Untung saja taeil hyung berbaik hati dan menikahi Doyoung dia juga memberikan kebahagiaan pada Doyoung. Aku akan mengijinkan siapapun, mau itu taro atau renjun jika mereka menikahi anak taeil hyung dan Doyoung Hyung bukan malah pangeran!" Kesal winwin.

"Aku juga menginginkan hal itu sayang. Tapi, kita tak bisa memaksa takdir. Mari lihat takdir saja sayang, intinya kita bisa menolak pinangan yang mulia raja dan ratu untuk renjun." Ucap yuta.

"Kau benar Hyung, aku senang karena mendengarnya langsung dari renjun." Ucap winwin lalu memeluk suaminya.

"Aku juga sayang." Ucap yuta membalas pelukan winwin.




























~Tbc~

Miracle (jaemren ft nct couple)END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang