Prolog

4.4K 204 7
                                    

Hai, tes ombak dulu ya 😭🙏

Bismillah 🤲🏻

PROLOG

"Ra, kapan mau putus dari Devan?"

"Uhuk!" Kontan saja Dera tersedak air putih yang baru saja dia ambil dari kulkas. Saat menoleh pada mamanya yang sedang menumis kangkung di depan kompor, mulut Dera hanya mampu membulat, tercengah menyadari mamanya terlihat santai. Lagi pula, di mana-mana, sepasang kekasih mendapat pertanyaan kapan menikah? Ini Dera tidak salah dengar, kan? Mamanya justru menanyakan kapan Dera akan putus dari Devan? Seriusan, Dera amat cinta pacar enam tahunnya tersebut, lho.Begitu mematikan kompor, sang mama menoleh pada Dera yang masih membeku dan berkutat dengan isi kepalanya. "Mukanya nggak usah kesal begitu, Ra."

Bibir Dera mengerut kesal. Mustahil Dera bisa menahan kesal, sementara pertanyaan barusan meluncur dari mamanya.

"Ma, mama salah tanya, ya, maksudnya kapan kita nikah, kan?" Dera masih berusaha menggali harapan. Dan sekujur tubuhnya langsung merinding mendengar mamanya tertawa, tetapi bernada menyindir.

"Nggak kok. Mama benar tanya, kapan kalian putus? Biar kamu bisa nikah sama laki-laki pilihan mama gitu lho, Ra."

Dera mendesah. Sekarang, bukan hanya tubuh Dera yang lemas, dadanya mencelus. Dera tahu mamanya selalu tegas dengan segala keputusan, Dera tidak pernah keberatan dengan itu, akan tetapi, dia masih tidak habis pikir saat mamanya tetap teguh tidak merestui hubungannya dengan Devan yang sudah berjalan selama enam tahun. Dengan seluruh perjuangan keduanya, mamanya masih enggan. Mama adalah satu-satunya yang Dera miliki, dan kini, mereka selalu berdebat dengan hal itu-itu saja.

"Ma, apa kurangnya Devan sampai mama masih nggak suka sama dia?" Ini bukan yang pertama, sering Dera bertanya, akan tetapi semua tetap sama, mama dan seluruh penolakannya.

Begitu menaruh tumis jamur dan bakso di atas meja untuk sarapan keduanya, mama menatap saksama putri semata wayangnya tersebut. "Mama nggak suka. Dia nggak baik." Tidak ada yang perlu disembunyikan, sejak dulu, alasan terhambat restu adalah rasa tidak sukanya pada Devan.

"Ma!" tegur Dera putus asa. Tatapannya meredup, sementara seluruh harapannya berceceran di lantai.

"Apa karena papa Devan mantan koruptor?" tembak Dera.

Dera masih ingat, mulanya mamanya menyukai Devan, akan terapi lima tahun lalu, saat kabar korupsi papa Devan di salah satu bank swasta tempatnya bekerja terkuak, kejatuhan finansial Devan, kasus perselingkuhan papanya yang ikut terkuak, mama mulai menjaga jarak dengan Devan, lambat laun menunjukkan rasa tidak sukanya. Takut sifat papanya menurun ke Devan, padahal, sejak dulu Devan tidak berubah, selalu baik di mata Dera. Mamanya saja yang menutup mata.

"Nggak ada mantan koruptor, Ra. Dia benar koruptor."

"Ma!"

"Kamu berani membentak mama demi dia, Ra?" Mama menatap Dera tidak percaya. Dan itu hanya mampu membuat Dera mengepalkan genggaman pada gelasnya juga memejamkan mata kuat-kuat.

"Mama bisa melakukan apa pun untuk memisahkan kalian."

Mata Dera terbuka, menatap mamanya penuh tercengang. "Ma! Yang bener aja deh." Apa mamanya tidak memikirkan kebahagiaan Dera?

"Maka dari itu, segera putus sebelum mama ambil langkah."

"Nggak." Dera menggeleng. "Aku nggak akan mau," desisnya keukuh.

"Dera!"

"Aku nggak akan putusin Devan! Aku hanya akan putus kalau dia yang mutusin," putus Dera sebelum berderap pergi. Persetan dengan sarapan, kepalanya sudah penuh dan nafsu makannya telah menguap sejak dia selesai minum.

"Dera!"

Dera memutuskan mengabaikan panggilan mamanya, atau dia bisa jadi anak durhaka.

Sayangnya, belum usai perdebatan dengan mamanya di dapur, begitu Devan menjemput, lalu mereka sampai di kantor. Baru Dera akan keluar mobil, kekasihnya tersebut mencekal lengannya kuat-kuat.

"Kenapa, Bee?" Apa susana hati buruk Dera terdeteksi Devan? Sebab sepanjang jalan mereka sama-sama diam saja.

Bibir Devan menipis, membuat salah satu alis Dera naik karena ekspresi Devan terlihat ragu.

"Kenapa Bee?" ulang Dera sabar.

"Ra ..."

"Ya?"

"Ayo kita putus."[]

Cuffing SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang