Hai, maaf banget ya telat padahal dah dapat 40 vote dari kemaren2 😭🙏 baru banget sempet aku ketik semalam huhu. Full manis ini pokoknya 😌
Ridam baru keluar ruangannya saat suara Pandu mengusik pendengarannya. "Mana Dera? Lo balik sendiri, Van?"
Ridam urung mengambil langkah. Dari depan pintu, pandangannya memindai Pandu yang mendekati Devan yang baru masuk ruangan.
Devan mengedarkan pandangan, menyadari kalau kubikel Dera kosong. Cewek tersebut belum sampai?
"Dia balik duluan." Devan masih tidak melepas pandangan dari kubikel Dera. Mantan pacarnya tersebut benar di jemput kekasihnya bukan? Kalau tidak, Devan benar ingin menyalahkan dirinya.
"Dan dia belum datang. Ini semua gara-gara lo ngerti nggak. Ngide biarin mereka berdua saja." Nana menyahut memarahi Pandu yang punya ide meninggalkan Dera berdua saja dengan Devan.
Ridam mengernyit. Jadi, tadi Dera hanya berdua dengan Devan?
Sementara Pandu hanya bisa meringis. "Sorry, gue..."
"Jadi Dera belum balik?"
Nana dan Pandu kompak menggeleng.
"Biar gue cari!" putus Devan sebelum langkah cepat Ridam mendahuluinya untuk menahan bahu Devan.
"Mas?" kejut Devan.
"Kamu balik ke kubikel. Biar saya yang cari." Tanpa mau mendengarkan jawaban Devan, Ridam beranjak duluan untuk keluar ruangan mereka. Membiarkan ketiganya saling bertatapan tidak mengerti.
"Gue ikut nyari. Khawatir banget gue. Kayaknya dia udah balik tapi nggak ke sini," susul Pandu segera berderap duluan.
Di tempatnya, Devan hanya bisa mengepalkan tangannya. Dera, mantan kekasihnya tersebut masih banjir perhatian bahkan usai keduanya memutuskan mengakhiri hubungan. Dengkusan Devan lolos, lo yang mutusin dia, Van.
***
Banyak yang bilang, berani jatuh hati, artinya harus siap patah hati. Kalau dia pergi, jangan mengejar. Kalau dia menyakiti, jangan menangisi. Air matamu terlalu berharga. Ucapan seringan itu pasti keluar dari mulut mereka yang belum pernah betul-betul patah hati dan sempat menaruh harapan besar.
Atau, mungkin juga bentuk tidak terima Dera karena usai bulan-bulan berlalu, tangisnya tetap buat Devan dan masih sekencang dulu.
Dera mengusap kasar wajah basahnya tepat saat angin menerbanhkan helai rambutnya saat dia masih berdiri di atas pembatas atap gedung. Iya, dia tidak pulang, masih ada evaluasi dan dia harus balik kantor. Belum siap masuk ruangan, Dera mencari tempat aman, bukannya lebih tenang, tangisnya semakin kencang. Biar saja, toh, tidak ada yang tahu. Hanya dia seorang dan... Tuhan, kan?
"Dan mungkin lo," dengkus Dera pada burung yang singgah di samping kaki Dera. Pandangan cewek tersebut beraliu turun memindai jalanan padat merayap. Dari semua orang yang menunggu traffic light, apa cuma Dera yang habis patah hati? Beberapa terlihat tertawa di atas motor. Sisanya terlihat gerah karena panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuffing Season
RomansaEnam tahun berpacar, hubungan Dera dan Devan kandas beberapa jam sebelum kerja. Mana yang resmi menjadi mantan adalah rekan kantor. Tidak mau kalah dari mantan, Dera akhirnya menerima perjodohan yang mama tawarkan, tetapi ternyata semua tidak semuda...