19. Seutas Usai Perpisahan

864 107 4
                                    

Hai, aku balik lagi dengan bab baru hihi. Happy reading My ❤️ 😍

Pandu Bangsat! Pulang dari JasYuk, Dera pastikan salah satu kaki Pandu tidak selamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandu Bangsat! Pulang dari JasYuk, Dera pastikan salah satu kaki Pandu tidak selamat. Hari ini salah satu agenda mengunjungi kantor-kantor sebagai bentuk mengenalkan produk baru Enaque Cookies & Cake sekaligus menjaring costumer baru. Beruntung Dera mendapat JasYuk, salah satu kantor penyedia layanan jasa crossborder. AC ruangan cukup membantu mendinginkan kemelut sekujur tubuh Dera sewaktu tahu Pandu memutuskan gabung dengan Nana, sementara Dera harus berdua dengan Devan. Iya, Dera terpaksa. Panjang ceritanya dan Dera enggan mengingat mulanya.

Profesional, Ra! Berulang kali Dera membaca mantra supaya wajahnya tidak kusut di depan karyawan JasYuk yang mengerubungi center bar di ruangan tersebut.

"Gue sering ke Enaque lho, Kak. Paling suka nyoba spoking (sponge kering)." Salah satu karyawan cewek berambut panjang menyahut usah Dera mengulurkan satu bingkisan hampers kotak dengan mika berisi berbagai varian dessert.

"Spoking emang endul. Nggak mengewakan, crunchy di luar lembut di dalam kan?" kekeh Dera.

"Banget! Kapan-kapan kalau ke sana, mau beli ini." Dia menaikkan hampers.

Dera mengangguk semangat. "Siap!"

Dera juga bersyukur karena kali ini tidak perlu betul-betul membuatnya terlibat dengan Devan karena lebih sering menghabiskan obrolan dengan karyawan JasYuk. Beberapa content creator JasYuk juga mencuri waktu Dera untuk masuk nedia sosial mereka.

Dera hanya mendapat satu kantor, tapi dia menghabiskan nyaris setenga hari hingga jam lunch tiba.

"Gue duluan," putus Dera usai membantu memasukkan semua barang ke bagasi mobil.

Devan terkesiap. "Duluan?" Dia terlihat tidak mengerto.

"Gue naik ojol. Lo bawa mobil sendiri." Baru Dera memutar tumit sambil mengoperasikan ponsel untuk memesan, langkahnya berhenti begitu Devan menahan lengannya.

"Kita pulang bareng, Ra."

Tanpa sadar, dengkusan Dera lolos. "Nggak." Dera berusaha memberontak, tetapi cekalan Devan cukup mengunci pergerakannya.

"Kita balik bareng ya, Ra? Sekalian mampir lunch gimana?"

Mendengar itu, tubuh Dera spontan membeku. Dia tidak salah dengar bukan? Sorot matanya menajam. "Lo serius, Van?" Lebih pada mengejek. Bagaimana bisa Devan lupa diri begini?

"Aku serius. Lagipula kita sudah jarang lunch bersama. Gimana?"

Wah! Devan pasti sudah meninggalkan malunya di kantor. "Nggak." Putus Dera bersamaan dengannya yang berhasil menepis cekalan Devan.

"Aku harus makan, Ra. Ayo, gue traktir. Aku pasti laper, kan?

"Gue nggak lap--" Dan ucapan Dera berhenti saat suara perut Dera berhasil menengahi. Dera berdesis kesal.

Cuffing SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang