HARUS KUAT

650 39 12
                                    

Diam lebih elegan dari pada sibuk menghakimi dan mengumbar kesalahan orang lain kemudian lupa bercermin”

****

Matahari sedang bertugas menerangi bumi. Memberikan cahaya-cahaya yang indah di pagi hari. Burung-burung tetangga yang berkicau sudah menjadi kebiasaan Laras untuk mendengarkan. Namun, hari ini Laras terlihat lesu tidak seperti hari biasanya.

Cewek itu sedang mempersiapkan makan untuknya dan Noe. Memang, Laras tidak biasa masak. Tapi, kejadian semalam membuat dirinya melakukan hal ini. Terlebih semalam Noe tidak tidur seranjang dengannya.

"Noee..., Lo mau berangkat?" Tanya Laras. Cewek itu sudah berada di hadapan Noe yang sudah lengkap mengenakan seragam kebanggaan cakrawala.

"Menurut Lo?" Tanya Noe sinis.

"Ini masih jam enam lewat lima. Makan dulu, gue udah masak"

"Gue udah kenyang"

"Setidaknya Lo hargain masakan gue" Laras menundukkan kepalanya tangannya memainkan dasi yang dia kenakan saat ini.

"Oke. Gue makan" Noe berjalan lebih dulu ke arah meja makan. Cowok itu menaruh tasnya di kursi.

Sepertinya Laras memang sudah berniat untuk memasak. Di hadapan Noe sudah banyak sekali aneka macam makanan yang tersedia. Contohnya seperti rendang, telor, ayam, SOP dan masih banyak lagi.

****

"Noe, Lo kenapa? Kenapa semalem Lo gak tidur sama gue? Kenapa Lo mendadak cuek sama gue? Kalo marah bilang no. Jangan diemin gue, gue gak suka di diemin sama Lo"

Di sepanjang perjalanan Laras selalu bertanya kepada Noe Tetang semalam. Namun, tidak ada jawaban dari Noe. Bahkan saat Laras hendak memegang bahu Noe, Neo segera menepis tangannya. Salah apa aku? Kenapa dia mendadak cuek? Pikir Laras.

Sekitar 15 menit Noe mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Tidak ada kemacetan di jalan sehingga mereka sampai di sekolah tepat waktu, 25 menit sebelum bel masuk.

"Noe tunggu!!"

Jeritan Laras sama sekali tidak di gubris oleh sang pemilik nama. Ia malah menambah kecepatan langkahnya.

"LARAS!!"

Cewek bermarga Wijaya itu menoleh ke sumber suara. Di dekat gazebo ada Egend dan 3 lainnya. Mereka tersenyum ke arah Laras mengisyaratkan agar cepat ke tempat yang mereka duduki.

"SINI!!" Suara itu dari vinzo, cowok Nonis itu terlihat tambah Tampan jika mengenakan seragam dengan rapi, rambutnya yang lebat itu sudah menjadi kesah seorang vinzo. Tak jarang ia mendengarkan pujian dari siswi baik satu kelas Ataupun beda kelas. Tapi, kisah percintaannya itu membuat siswi-siswi berdecak kesal. Kenapa tidak dengan yang seiman saja? Kenapa harus memilih Nadhea yang nyatanya beda keyakinan? Pikir mereka.

Laras mulai melangkah menuju gazebo tempat sahabat suaminya berada. Laras berdiri di hadapan mereka setelah sudah sampai di gazebo.

Manik hitam milik Laras menatap satu persatu sahabat suaminya. Matanya berhenti, tepat menatap Egend yang menundukkan kepalanya "Gend gue tanya, Noe kenapa?"

"Kamu nanyeak" Itu suara batin Irsyad. Memang dasarnya saja cupu. Tidak berani mengungkapkannya secara jelas.

Egend mendongakkan kepalanya menatap wajah Laras yang lebih tinggi darinya. Iya lebih tinggi karena Egend duduk dan Laras berdiri. "Gue gak tau. Coba tanya Reza" Balas Egend dengan cengiran khasnya.

"Percuma gue tanya Reza. Dia itu batu neraka, gak bakal jawab pertanyaan gue" Sahut Laras kesal.

Reza yang di panggil 'batu neraka' dengan Laras itu menatap Laras datar

NoLasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang