-on going-
"Bolehkah aku jadi penikmat tatapan teduh itu? boleh aku yang menjadi penikmat senyum indah itu?" -Aksa Dharmawasa
"Kamu dan seni itu sama. Sama-sama indah untuk dilihat tapi juga, sama-sama sulit untuk aku pahami." -Aksa Dharmawasa
start...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo ambil gambarnya dari dekat?"
Lagi-lagi Aksa menggeleng. "Enggak lah, kan ada fitur zoom, gila kalau gue ambil dari dekat. Jauh aja gue was-was"
"Tapi Sa, baca reply adik lo deh."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Harsyi itu temennya Nila yang suka main kesini kan?" tanya Jovane.
Aksa mengangguk. "Gue gak kenal betul sama Harsyi. Tau nya dia itu satu-satunya orang yang mau temenan sama Nila"
"Coba lo perhatikan perempuan yang ada di gambar, agak mirip sama perempuan yang selama ini lo cari gak sih?" tegas Jovane.
Aksa merubah posisinya menjadi duduk, "masa sih? kelihatan juga enggak wajahnya."
Jovane menarik nafas dalam-dalam. "Ya, perempuan yang lo potret tanpa izin setahun silam itu juga gak memperlihatkan wajahnya dengan jelas Aksa, emang lo tau wajah dekatnya seperti apa?"
Aksa hanya terdiam bingung.
"Coba lo kenali temen adik lo itu lebih jauh, siapa tau, lo bisa cari tau tentang perempuan itu lewat temennya Nila? ya memang belum tentu perempuan di gambar itu kakaknya si Harsyi-Harsyi itu. Tapi coba lo pastikan dulu ke adik lo, sebelum mengenal temennya lebih jauh, lo cari tau dulu lewat Nila" saran Jovane.
Aksa berdeham. "Hm, nanti gue pikir-pikir lagi deh"