20.

59 5 0
                                    

Selama satu tahun, Aksa selalu mendampingi Syerina kemana pun. Tak pernah absen menemani pujaan hatinya itu. Membantu Syerina berjualan kue, membuat pesanan kue, nasi box dan sebagainya. Syerina merasa terbantu sekali dengan keberadaan Aksa yang tulus menemaninya.

Siang ini Aksa membantu Syerina memasukkan beberapa box nasi kotak ke dalam mobil di bagian belakang.

"Hati–hati ya Sa, takut penyok"

"Aman sayang"

Syerina menatap sinis Aksa. "Sayang–sayang, gak boleh panggil sayang tau"

"Kata siapa gak boleh? sah sah aja ah" ejek Aksa.

"Aduh bucin terus setiap hari, gak pernah bosen" timpal Harsyi tiba–tiba dari depan pintu.

"Udah jadian emang?" Harsya ikut mengejek.

"Belum, masih HTS lah bang." Sahut Harsyi.

"Harsyi mending tolongin gue, lo bukain gerbang, gue sama Syerina mau berangkat sekarang" Aksa mengalihkan si kembar agar berhenti mengejek dirinya dan Syerina.

Memang tak henti–hentinya si kembar selalu mengejek kakaknya yang masih HTS saja sampai saat ini.

Aksa mengajak Syerina memasuki mobilnya, karena mereka akan berangkat mengantarkan pesanan nasi box ke balai desa.

"Udah semua kan ya?" tanya Syerina yang duduk sebelah kursi pengemudi. Kemudian ia memasang seatbelt-nya.

"Udah kok, kan kamu yang tadi ngecek terus supaya gak kurang" Aksa juga sudah duduk di balik kemudi.

"Iya ya, yaudah yuk."

Aksa melajukan mobilnya.

Balai desa tidak terlalu jauh, hanya saja Syerina membutuhkan mobil untuk membawa 200box nasi kotak yang dipesan oleh perangkat desa karena di sana sedang mengadakan acara.

"Sye" panggil Aksa yang menoleh sebentar, kemudian meluruskan lagi pandangannya pada jalanan.

"Iya?"

"Gimana? wisuda kamu lusa kan?"

"Iya lusa nih, kamu gak lupa kan?"

Aksa tersenyum, "gak lupa kok, memastikan aja. Kebaya yang mau kamu pake, udah diambil belum?"

Syerina menggeleng. "Belum, lupa aku kebanyakan buat pesenan"

Aksa menoleh kemudian tersenyum sebentar. "Nanti habis nganter pesenan, kita ambil kebaya wisuda kamu ya?"

"Boleh deh, gak ngerepotin kan?"

"Enggak, sayangku"

Syerina tersipu malu, sungguh tidak biasa dengan ucapan–ucapan sayang yang Aksa keluarkan.

"Kamu gimana? berkas wisuda udah beres semua kan?" kali ini Syerina yang bertanya.

Aksa mengangguk. "Udah kok, wisuda bulan depan aku. Kloter kedua"

"Gak adil sih, kenapa harus kamu duluan yang wisuda ya Sye? kan kalo gini kita jadiannya harus nunggu aku selesai wisuda dulu, makin mundur dong. Harus nunggu bulan depan"

"Satu tahun jalanin hubungan tanpa status, sekalinya mau resmiin malah ketikung sama jadwal wisuda, aduh aduh."

Syerina tertawa sampai matanya menyipit. "Gak apa–apa, aku bakal nunggu kok. Pokoknya harus selesai kamu wisuda ya, gak boleh maju"

"Untung aku kuat nahannya"

"Harus dong, aku aja kuat."

"Jadi pengen cepet–cepet bulan depan deh."

sandhyā | Hamada Asahi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang