08.

26 3 0
                                    

different love.

Aksa menghentikan mobilnya, atas permintaan Syerina.

"Kenapa di sini Sye?" tanya Aksa kebingungan.

"Gak apa-apa Sa. Aku turun di sini aja, dekat kok dari sini, tinggal jalan kaki beberapa meter aja. Lagi pula aku harus ke tempat bu RT dulu karena sore ini jadwal les anaknya." jelas Syerina.

"Ya udah, gue anter sampai rumah bu RT nya aja ya?" tawar Aksa. Namun lagi-lagi Syerina menolak dengan halus.

"Gak usah Aksa, aku bisa sendiri. Kamu langsung pulang aja ya? terima kasih karena udah mau anter aku pulang, dan maaf kalau ngerepotin" ucap Syerina.

"Naur, sama sekali gak ngerepotin gue Sye, senang bisa anter lo pulang dengan selamat. Titip salam buat Harsya dan Harsyi ya Sye." balas Aksa.

Syerina mengangguk, kemudian melepas seatbelt dan turun dari mobil Aksa. Aksa memarkir mobilnya untuk putar balik, kemudian membuka kaca mobilnya guna melihat Syerina. Aksa melambaikan tangan, kemudian di balas oleh Syerina lengkap dengan senyuman juga ucapan "Hati-hati ya"

Aksa tersenyum senang mendengarnya, kemudian melajukan mobilnya.

Setelah mobil Aksa hilang dari pandangannya, Syerina melanjutkan perjalanannya menuju rumah Bu RT. Setelah sampai ia langsung memulai kegiatannya yaitu mengajar les anak Bu RT.

Kurang lebih 2 jam, pelajaran hari ini pun selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kurang lebih 2 jam, pelajaran hari ini pun selesai. Syerina berkemas kemudian berpamitan kepada Pak RT dan Bu RT untuk pulang. Karena mungkin kedua adiknya juga sudah menunggu dirinya pulang di rumah.

Berjalan menyusuri komplek perumahannya, selang beberapa menit Syerina sampai di rumahnya.

"Assalamu'alaikum, teteh pulang" ucapnya sembari membuka pintu, yang kemudian setelah ia masuk, ia kembali menutup pintu tersebut.

"Wa'alaikumussalam teh" sahut Harsyi dari dapur.

"Aa? abang kemana? belum pulang? motornya kok gak ada?" tanya Syerina bertubi-tubi, sembari berjalan ke arah dapur.

Harsyi dan Syerina duduk di meja makan. Sembari membuatkan teh untuk Syerina, Harsyi menjawab pertanyaan Syerina.

"Abang ada di kamar teh, motornya udah masuk garasi kok" Harsyi meletakkan secangkir teh di hadapan Syerina.

"Di minum dulu" ucapnya.

"Terima kasih adik teteh" Syerina menyeruput pelan teh yang di buatkan oleh sang adik.

Terdengar suara langkah kaki menuruni tangga, lantas Syerina dan Harsyi langsung menoleh pada sumber suara.

"Udah pulang? kemana aja?" tanya Harsya dengan wajah datar. Kemudian dirinya duduk menghampiri sang kakak.

"Teteh pulang telat karena hujan tadi, jadi gue gak bisa jemput cepet. Tapi teteh di anter sama bang Aksa kok. Abangnya temen cewek gue itu. Habis itu langsung ke tempat Bu RT tadi karena hari ini jadwal les anaknya." ucap Harsyi panjang lebar.

"Kok lo bisa percaya gitu aja sama orang lain buat jemput teteh lo?" sahut Harsya.

"Ya karena dia abangnya temen gue?" jawab Harsyi.

"Lo jadi adik gak berguna banget" ketus Harsya.

Harsyi mengepalkan tangannya. Rasanya ia ingin meninju kembarannya saat ini juga. Namun ia masih bisa menahan diri karena di hadapannya saat ini ada wanita yang sangat ia sayangi.

"Lo ngotak dong kalo ngomong, kayak sendirinya berguna aja buat teteh lo?" jawab Harsyi santai. Namun malah mendapat tatapan sinis dari Harsya.

"Eh udah atuh Yaa Allah, kenapa malah pada ribut? teteh kan jauh lebih dewasa dari kalian berdua, teteh bisa jaga diri kok. Abang, lagian Aa gak bisa jemput teteh karena hujan deras tadi, kalau Aa maksain naik motor kan kasihan juga? jadi gak apa-apa. Untung teman teteh baik tadi mau anter pulang. Sampe depan komplek aja kok." jelas Syerina dan berusaha melerai kedua adiknya yang sedang debat.

"Jangan nyusahin orang mulu makanya teh. Dulu punya mobil sendiri malah di jual. Sekarang cuma punya sepeda satu, motor satu. Udah gitu motor Abang sama Aa harus gantian, jadi lah sekarang mau kemana-mana susah, harus saling tunggu-tungguan buat pake motornya gantian." Syerina terkejut atas ucapan Harsya.

"Ya, dan yang harus ngalah gue, padahal gue adik" jawab Harsyi.

"Tapi kenapa lo ngomong begitu ke teteh?" ucap Harsyi kesal dengan Harsya.

"Teteh lo bodoh, gak pinter investasi uangnya. Jual mobil alasannya uangnya di tabung buat biaya kuliah kita berdua nanti, warisan malah di pake buat nerusin usaha bakery nya bunda, alasannya hasil dari usaha bakery bisa buat biaya dia kuliah lah, buat spp kita sekolah lah. Tetep aja gue sama lo minta uang jajan selalu susah tuh. Gue gak yakin uang hasil jual mobilnya dia tabung. Pasti dia pake buat biaya kuliahnya"

Syerina menahan tangis mendengar ucapan sang adik barusan. Ia tidak menyangka kalau adiknya akan berbicara seperti itu.

Harsyi geram dengan ucapan Harsya. Ia langsung melayangkan pukulan pada wajah sebelah kiri Harsya. "Kerjaan lo cuma bisa bikin sakit hati teteh aja bang." Ucapnya.

Harsya meringis kesakitan. Hendak membalas Harsyi namun dirinya menahan diri dan lebih memilih pergi dari situ.

Harsya naik ke kamar, kemudian kembali turun sambil membawa jaket dan kunci motor di tangannya. Berjalan keluar rumah, dan mengambil motornya di garasi.

Syerina mengikuti adiknya. "Abang mau kemana?" ucapnya sambil terisak.

"Mau nyari duit" jawabnya asal.

Syerina hendak mendekati Harsya namun ditahan oleh Harsyi. "Udah teh, biarin aja dia lakuin apapun sesuka hatinya"

Harsya keluar gerbang kemudian melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Syerina hanya tertunduk lemas melihat adiknya pergi dari rumah.

"Aa, maafin teteh ya belum bisa jadi kakak yang baik buat Aa sama Abang" ucapnya terisak.

"Huss, udah yuk masuk. Teteh gak boleh bilang gitu, teteh udah jadi kakak yang hebat banget buat Aa sama Abang. Cuma Abangnya aja yang gak bersyukur punya teteh." ucap Harsyi menenangkan sang kakak.




"Bun.. Maaf, teteh belum bisa jadi kakak yang baik buat Abang dan Aa. Yah, maaf... Teteh belum bisa gantiin peran Ayah sebagai Ayahnya Abang dan Aa"













H e L o D a i L y

sandhyā | Hamada Asahi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang