-on going-
"Bolehkah aku jadi penikmat tatapan teduh itu? boleh aku yang menjadi penikmat senyum indah itu?" -Aksa Dharmawasa
"Kamu dan seni itu sama. Sama-sama indah untuk dilihat tapi juga, sama-sama sulit untuk aku pahami." -Aksa Dharmawasa
start...
Tapi di mana nanti kau terluka, cari aku. Ku ada untukmu -sepenggal lirik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nila" panggil seseorang dari kejauhan.
"Apa kak?"
"Menurut Nila, kalo kak Aksa chat kakaknya Harsyi gimana?" tanya laki-laki yang ternyata adalah Aksa, kakinya sembari melangkah ke arah sofa, kemudian ia duduk di samping adiknya.
Nila menoleh ke arah Aksa, menatap intens sang kakak. "Buat apa Nila tanya?"
Dengan santai Aksa meneguk air putih yang ia bawa dari dapur tadi, kemudian berganti posisi menghadap sang adik.
"Ya gak apa-apa sih, emang gak boleh?" tanyanya masih dengan santai.
Nila menghela nafas dengan gusar. "Kalo alasan kak Aksa gak penting gitu, mending gak usah. Kak Aksa gak suka kan kalo Nila ada yang gangguin?"
"Begitupun dengan Harsyi dan Harsya, mereka juga pasti gak suka kalo tetehnya ada yang ganggu." Sambung Nila.
"Jangan bikin risih orang kak, Nila gak suka." Lagi-lagi ucapan Nila sedikit sarkas.
"Ya Ampun, kak Aksa cuma tanya sekali dua kali, tapi Nila jawabnya sebegitunya?"
Nila menatap sinis kakaknya. "Au deh, mikir aja coba kak." Nila meninggalkan kakaknya, dan memilih beranjak ke kamarnya yang berada di lantai atas.
Aksa hanya mengamati langkah kaki Nila saat menaiki anak tangga. Dirinya mengehembuskan nafas, guna melegakan pikirannya. Menyandarkan bahu bidangnya pada sandaran sofa yang ia duduki. Pikirannya terus memikirkan Syerina, wanita yang belum ia temui hari ini di kampus.
Tangannya bergerak merogoh kantung kemejanya, mengambil benda elektronik berbentuk pipih yang ada pada kantungnya, membuka salah satu aplikasi kemudian mengirimkan sebuah pesan pada seseorang yang ia klik kontaknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rupanya, tangannya tergerak menghubungi Harsyi, teman sang adik. Namun untuk menanyakan Syerina, bukan hal lain.
Baru memberanikan diri meminta izin untuk bertemu Syerina untuk kesekian kalinya, sudah mendapat penolakan dari adiknya, bagaimana ia ingin melangkah lebih maju untuk mendekati Syerina, restunya berada di tangan adiknya, bukan orang tuanya. Tapi gak tahu kedepannya, karena Aksa belum pernah bertemu dengan orang tua Syerina.