13.

19 3 0
                                    

Setelah mata kuliah keduanya selesai, Syerina kembali mengecek jadwal kelasnya hari ini, memastikan bahwa tidak ada kelas tambahan yang biasanya suka mendadak diadakan oleh dosennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mata kuliah keduanya selesai, Syerina kembali mengecek jadwal kelasnya hari ini, memastikan bahwa tidak ada kelas tambahan yang biasanya suka mendadak diadakan oleh dosennya.

Syerina mengucap syukur ketika tidak ada lagi kelas setelah ini. Syerina memasukkan laptop dan buku catatannya ke dalam tas, merapihkan alat tulisnya juga. Ia melihat arloji yang melingkar pada tangannya, waktu menujukkan pukul 13.30.

Sempat pikirannya terlintas soal Aksa, namun Syerina menyadarkan dirinya. Untuk apa ia memikirkan Aksa, ia lebih memilih turun ke lantai satu, dan bergegas pulang.

Syerina berjalan cepat meninggalkan gedung fakultasnya, berusaha mengabaikan ucapan Aksa tadi pagi, namun sesaat setelah sampai di gerbang, hatinya merasa tidak enak, memikirkan bagaimana kalau Aksa benar–benar menunggunya? bagaimana kalau Aksa sudah membuang waktunya dengan sia–sia hanya untuk menunggu dirinya. Sedangkan ia, malah mengabaikan laki–laki itu.

Syerina mengurungkan niatnya untuk pulang, ia memutar balik tujuannya, berjalan kembali ke arah fakultasnya, namun bukan untuk ke kelasnya, melainkan berjalan ke arah kantin fakultasnya. Sampai di sana cukup ramai suasana kantin, banyak mahasiswa berlalu lalang, terlebih saat ini mungkin masih masuk ke dalam waktu makan siang. Terlebih banyak beberapa mahasiswa yang menunggu kelas selanjutnya dengan mengisi waktu untuk makan berat atau bahkan sekedar jajan–jajan di kantin.

Entah kerasukan apa, Syerina berjalan mengelilingi kantin dan tiap–tiap meja kantin, mencari sesosok laki–laki bertubuh kurus dan memiliki kulit cerah yang senantiasa membawa tas ranselnya ke mana–mana. Seluruh penjuru kantin Syerina datangi, namun ia tak menemukan Aksa di sana. Sampai ia berhenti di tempat pintu keluar, sekali lagi, ia memicingkan matanya, melihat sekitar dan memastikan bahwa Aksa benar–benar tidak ada di sana. Setelah merasa hatinya lega karena ternyata Aksa tak menunggunya, kali ini Syerina benar–benar memutuskan untuk pulang.

"Syukurlah, dia gak nunggu aku." Syerina bermonolog.

Saat dirinya berbalik badan, kakinya seperti tersandung sesuatu yang menyebabkan ia menjadi oleng dan hampir terjatuh, tepat saat berbalik badan seseorang tepat dibelakangnya dan menangkap Syerina yang kehilangan keseimbangan karena tersandung. Syerina terkejut, namun sedikit bersyukur karena kalau tidak ada orang ini mungkin ia sudah terjatuh dan akan jadi bahan tertawaan mahasiswa/i yang ada di sana. Tapi, setelah mengetahui siapa orang yang menolongnya, Syerina ingin menarik kembali rasa syukurnya. Malah lebih baik kalau orang ini tidak menolongnya tadi.

"Hati–hati Sye."

"Aksa." Ya benar orang ini adalah Aksa, Aksa Dharmawasa, pria yang menurut Syerina sangat menyebalkan ini adalah orang yang menolongnya barusan.

Syerina langsung memperbaiki posisinya, melepaskan pegangan tangan Aksa yang sedari tadi menangkapnya.

"Kamu cari aku ya Sye?" ucap Aksa kegeeran.

"Eh, enggak." Bohong Syerina.

"Aku nunggu kamu kok, dari jam 10 tadi." Ucap Aksa jujur.

"Barusan aku dari toilet, makanya kamu cari aku di sini gak ada" sambungnya.

sandhyā | Hamada Asahi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang