-on going-
"Bolehkah aku jadi penikmat tatapan teduh itu? boleh aku yang menjadi penikmat senyum indah itu?" -Aksa Dharmawasa
"Kamu dan seni itu sama. Sama-sama indah untuk dilihat tapi juga, sama-sama sulit untuk aku pahami." -Aksa Dharmawasa
start...
"Neng, rumah sakit jauh dari sini bisa sampai 1 jam, gak ada klinik 24 jam juga."
"Gak apa-apa pak, biar dibawa ke rumah saya aja, rumah saya 20 menit dari sini."
Syerina berinisiatif membawa Aksa ke rumahnya setelah kejadian tadi.
"Ini siapanya neng kalo boleh tau?"
"Kakak saya pak." Bohong Syerina.
Syerina menghindari pikiran negatif bapak-bapak itu, kalau ia bilang Aksa adalah temannya pasti bapak-bapak akan berpikir yang tidak-tidak, untuk apa tengah malam begini laki-laki berduaan dengan perempuan.
"Oh ya ampun, ya udah neng. Tunggu dulu ya teman saya lagi ambilkan motor."
Iya motor, Aksa, Syerina dan 1 bapak yang menolong. Mereka satu motor. Syerina duduk di belakang dengan posisi menyamping seraya memegangi Aksa yang duduk di tengah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa teh? kok bisa?" Harsyi membantu Syerina memapah Aksa yang sudah sangat lemas. Aksa masih setengah sadar namun dirinya benar-benar kehabisan tenaga.
"Bawa Aksa ke kamar dulu, kamar aa ya." Titah Syerina.
Harsyi mengikuti perintah sang kakak.
"Kok bisa?" tanya Harsya menatap Syerina.
"Ceritanya panjang, tolong bantu Harsyi dulu. Susah itu naik tangganya." Syerina menunjuk Harsyi yang baru berada di anak tangga pertama, ia terlihat kesulitan membawa Aksa.
Harsya langsung membantu Harsyi.
–
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Setelah kejadian tadi Aksa benar-benar dalam kondisi setengah sadar. Ia sekarang tengah tertidur sesaat setelah Syerina mengobatinya. Syerina tidak tidur, ia menemani Aksa yang tertidur di dalam kamar Harsyi. Syerina tidak hanya berduaan dengan Aksa, ada Harsyi juga tentunya.
Keduanya tengah duduk di sofa yang ada di dalam kamar Harsyi.
"Biarin aja Aksa tidur di sini dulu ya a, kasihan udah dini hari juga."
Harsyi mengangguk, matanya sedikit menahan kantuk karena ia juga sama, tidak tidur sama sekali.
"Teh, aa turun dulu sebentar, mau ambil minum. Teteh di sini dulu ya, pintunya dibuka aja."
"Iya a"
Harsyi meninggalkan keduanya, Syerina bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Aksa yang terlelap.
Syerina duduk ditepian ranjang.
Menatap iba pada sang lawan jenis, dalam hatinya membatin, mengapa Aksa sebegitunya membantunya? padahal Syerina telah menyakiti hatinya.
"Aksa aku minta maaf ya, malu rasanya, aku nyakitin hati kamu, tapi kamu tetap mau bantu aku. Bahkan kamu rela ngebahayain nyawa kamu." Lirih Syerina.
Tanpa sadar Syerina meraih tangan Aksa, mengusap lembut tangan Aksa. Syerina benar-benar merasa bersalah. Ia hampir membuat orang lain kehilangan nyawanya.