[17] Perlahan Terbongkar

4.1K 579 74
                                    

Bu? Rafka manggil aku Ibu??

5 menit Kajen masih terdiam berdiri mematung kaku, bergelut dengan isi pikiran di dalam otaknya. Tak mungkin jika Rafka akan secepat itu dapat mengenali bahwa dirinya adalah sosok Jena.

"Permisi..." Rafka melambaikan telapak tangannya di depan Kajen. "Bu?"

Kajen langsung tersadar dari lamunannya. "E-Eh, ya?"

Rafka menyodorkan semangkuk tumis kangkung itu kepada Kajen.

"Ini ada titipan dari nenek yang tinggal di dekat pemakaman. Katanya buat Ibu yang punya anak kecil di rumah ini," ujar Rafka.

"O-Oh, oh. Iya. Makasih ya."

Kajen pun menerima mangkuk tersebut sambil gelagapan panik sendiri

Rafka tersenyum canggung lalu menyilangkan kedua tangannya ke belakang.

Terlihat Kajen yang curi-curi pandang ke arah Rafka yang kini juga menatapnya.

Kajen nyengir gugup. "A-Ada lagi yang mau diomongin?"

"Itu, Bu... Saya--"

Entah kenapa jantung Kajen berdegup sangat kencang. "Kenapa? Kamu kenapa? Kamu curiga sama saya?"

Rafka mengernyit tak paham. "Curiga maksudnya?"

"Soal rahasia saya," ungkap Kajen.

Rafka terkekeh kecil. "Bukan. Maksud saya, itu mangkok nya minta dikembaliin lagi sama nenek."

Kajen terkesiap kaget, kemudian menatap mangkok yang masih anteng dia bawa sedari tadi.

"Oh! Astaga. Ya ampun. Maaf, maaf."

Buru-buru Kajen berlari masuk dan mengambil mangkok miliknya. Kajen segera memindahkan makanan tersebut ke mangkok lain, lalu memberikannya kembali pada Rafka.

"Maaf, saya nggak fokus," tutur Kajen, kemudian membuang muka sambil terpejam erat, mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

Bego banget sih lo, Jen.

"Ngomong-ngomong--"

"Ya?" Kajen spontan mendongak

"Kok Ibu tau nama saya Rafka?"

Deg

Tiba-tiba Rafka mulai memajukan wajahnya mendekat ke arah Kajen. "Apa sebelumnya kita pernah ketemu ya?"

Kajen meneguk ludahnya gugup, tak mampu menjawab.

Rafka sedikit memicingkan kedua matanya curiga

Masa dia lupa kalo kemaren malem aku sama Luna main ke rumahnya?, batin Kajen.

Tak sengaja pandangan Kajen melihat sebulir darah tiba-tiba menetes dari kaki kanan Rafka

"Kaki kamu... kenapa?" tanya Kajen khawatir

Rafka pun mengecek kondisi kakinya itu. "Gapapa, cuman kegores dikit."

Tiba-tiba Kajen meraih tangan Rafka dan memberikan tatapan khawatir. "Sakit? Udah diobatin?"

Rafka tertawa canggung lalu melepas tangannya perlahan dari genggaman Kajen.

Sementara Kajen masih terus-terusan menelisik luka di kaki Rafka.

"Kalo gitu saya pulang dulu ya, Bu."

Rafka hendak berpaling pergi namun dengan cepat Kajen menahan tangan lelaki itu

"Gabisa gabisa." Kajen tiba-tiba menggeleng sambil bermonolog sendiri. "Saya gabisa biarin kamu terus-terusan menderita kayak gini."

"Maksudnya, Bu?"

Daddy's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang