Gyeran-ppang

1.3K 151 4
                                    


Sebuah senyuman di wajah gadis bermarga Yoo itu terlihat begitu manis, siapapun yang melihatnya akan tahu jika gadis itu sedang jatuh cinta.

Jatuh cinta pada seseorang yang sama, Jimin sudah jatuh berkali-kali, menemukan alasan lain mengapa dirinya mencintai gadis bernama Kim Minjeong itu. Dengan perutnya yang sudah terlihat buncit, wajahnya yang merajuk kesal, bibirnya yang sengaja dimanyun kan. Terlihat sangat gemas! Namun kekasihnya itu sedang tidak ingin diajak bercanda.

Jimin sudah berusaha keras, mencari sesuatu yang Minjeong dan Bayinya inginkan dari ujung ke ujung lagi, namun tidak menemukannya. Setelah 2 jam berkeliling menggunakan motor bututnya; Jimin menyerah dan kembali ke rumah, bensinnya sudah terkuras habis. Dan sekarang dirinya sedang membujuk sang kekasih agar tidak merajuk lagi.

Wajar saja dirinya tidak menemukan makanan yang diinginkan oleh sang kekasih, ini sudah pukul satu pagi. Dimana coba dirinya mencari Gyeran-ppang disaat semua jalanan sepi, toko-toko sudah pada tutup dan semua orang sedang beristirahat?

"Tidur di luar." Ucap gadis yang merajuk itu.

Jimin menelan ludahnya dengan kesusahan, mendekat ke arah kekasihnya dan mencoba untuk menggenggam kedua tangannya. Namun si kekasih menolak, malah mengalihkan pandangannya.

"Mau aku cari lagi Gyeran-ppang nya?" Tanya Jimin, dirinya harus ekstra sabar menghadapi wanita yang sedang mengandung. Tidak boleh dibentak, tidak boleh kasar dan harus selalu lembut.

Ini sudah mau pukul dua pagi, namun Jimin masih ingin membuat sang kekasih puas dengan ngidamnya yang mendadak ini. Karena setiap Minjeong mengidamkan sesuatu dan tidak kesampaian, maka gadis itu akan merasa sangat sedih. Seperti dirinya sudah disakiti, bahkan bisa sampai menangis.

"Kamu udah cari dua jam tadi, engga ada kan? Kamu butuh istirahat juga, aku engga mau kamu sakit.Sana tidur." Jawab Minjeong, ia mendorong pelan tubuh Jimin dan memposisikan tubuhnya berbaring nyaman di atas atas tempat tidurnya.

Jimin melengkungkan bibirnya sedih, kekasihnya itu membelakangi dirinya. Dengan lesu tubuhnya berdiri, meninggalkan kamar dan tidak lupa menutup pintu.

Setelah itu, ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi senior di tempat kerjanya yang memang bekerja sebagai koki.

Dering keempat, telpon itu akhirnya tersambung. Jimin bisa merasakan seseorang diseberang itu menguap dan dirinya merasa bersalah karena sudah menganggu  waktu istirahat seniornya itu.

"Halo,ada apa Jimin-ah?"

"Seungwan Unnie, bolehkah aku meminta tolong?"

"Kenapa?"

"Minjeong sedang mengidam ingin makan Gyeran-ppang, aku sudah mencari kemana-mana tapi tidak ada. Bisakah kamu membuatkannya? Nanti aku akan membayarnya."

"Datanglah ke rumahku, bawa telur juga karena disini tidak ada telur."

Jimin tersenyum lega. "Baiklah."

Pip.








Jimin kembali memakai jaketnya, dan mengambil kunci motor tapi saat ingat jika motornya itu mau habis bensin, dirinya memutuskan untuk menggunakan sepeda saja.

Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul dua pagi, dirinya baru saja tidur tiga jam. Tapi tidak apa lah, kurang tidur bisa diatasi nanti, sekarang prioritas utamanya adalah membuat Minjeong tidak merajuk lagi. Setelah membawa beberapa butir telur, Jimin akhirnya berangkat.

Angin yang dingin, membuat bulu kuduk berdiri dan tangannya beku. Jimin berusaha untuk tetap membuka matanya saat dirasa kantuk menyerangnya.

Butuh waktu 10 menit untuk sampai di rumah seniornya itu. Jimin menurunkan standar sepedanya lalu mengetuk pintu bercat hitam itu.

The Reason WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang