terimakasih

1.1K 119 8
                                    






Suara alarm di Minggu pagi membangunkan Minjeong yang tertidur pulas di atas tempat tidurnya, dia mematikan alarm itu karena takut mengganggu Jimin yang masih tertidur nyenyak.

Minjeong belum mau beranjak dari tempat tidurnya, dia sibuk menatap wajah pulas Jimin. Bahkan ketika kekasihnya itu tertidur dengan mulut yang terbuka alias mangap; rasa cinta Minjeong sama sekali tidak berkurang, malahan rasa itu bertambah dan terus bertambah. Karena dia tahu, Jimin pasti capek sekali maka nya ia tertidur mangap dan sedikit ngorok. 

Untuk mengisi energinya, Minjeong mengecupi pipi kanan Jimin. Dan seketika wanita itu bersemangat untuk melakukan aktivitas di pagi hari yang masih terasa dinginnya.

Setelah mencuci wajah dan menggosok giginya, Minjeong pun pergi menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Wanita itu membuka kulkas dan melihat bahan-bahan yang ada di dalam sana, otaknya berpikir mau membuat makanan apa untuk sarapan pagi ini.

Akhirnya Minjeong memutuskan untuk membuat omelet dan pisang goreng. Wanita itu mengikat rambutnya dan mulai memasak, pertama-tama dia membuat adonan untuk pisang gorengnya. "Tambah bumbu-bumbu cinta dan kasih sayang biar makin disayang." Minjeong tertawa kecil karena ucapannya sendiri.

Satu jam sibuk di dapur sampai sarapan yang di buatnya selesai, Minjeong mencuci tangannya dan melangkahkan kakinya menuju ke kamar anaknya. Senyumannya muncul seketika, anaknya sudah bangun dan sedang duduk di tempat tidurnya dengan kedua mata yang masih tertutup.


"Haromi engga bobo, Haromi udah bangun dari tadi." Ucap anak kecil itu dengan nada yang berusaha meyakinkan sang ibu, padahal wajahnya masih terlihat mengantuk.

"Iya-iya, Haromi anak pinter, udah bisa bangun tidur sendiri tanpa dibangunin mommy lagi." Minjeong menuntun anaknya menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi.

Di dalam kamar mandi Haromi meminta Minjeong untuk menunggu di ruang makan saja, karena dia yang akan membangunkan Karomi, dan Minjeong pun menyetujuinya.

Setelah keluar dari kamar mandi, Haromi membuka pintu kamar orang tuanya. Dia naik ke atas tempat tidur, lalu dia menepuk-nepuk pipi Jimin dengan tangan kecilnya. 

Haromi sedikit kesal karena Karomi yang sulit sekali dibangunkan. Satu ide terlintas di benaknya, anak kecil itu tertawa pelan lalu berdiri, dia mundur beberapa langkah sebelum melompat dan berteriak, "Karomi ayo bangun!" Dia pun mendarat tepat di perut Jimin. 

"Huek!!!" Jimin merasa mual dan sakit secara bersamaan, dia pun sudah sepenuhnya sadar. 

"Hehehe, akhirnya bangun juga." Haromi merasa bangga pada dirinya sendiri.

Jimin mengurungkan niatnya untuk memarahi Haromi ketika melihat senyuman diwajah anaknya, wanita itu pun tersenyum dan mengelus rambut Haromi sambil berkata, "Haromi, jangan bangunin Karomi kayak gitu lagi, ya? Nanti kalau Karomi kenapa-napa gimana?"

Dan seketika Haromi yang awalnya merasa bangga sekarang malah merasa bersalah, anak kecil itu mengangguk dan memeluk Jimin, "maafin Haromi."

Jimin tertawa gemas dan menggendong tubuh anaknya, dia turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke dapur. Disana sudah ada Mama Yoo dan Minjeong yang menunggu. Setelah menurunkan Haromi; Jimin mencuci wajahnya terlebih dahulu baru ikut bergabung di meja makan.


.   .   .


"Nih kopinya, aku mau belanja sayuran dulu ya." Minjeong menyimpan cangkir putih itu di atas meja, dia berpamitan pada Jimin sebelum pergi keluar rumah.

"Mau aku anter?" 

"Engga usah."  

Jimin mengangguk paham,  dia menarik Minjeong mendekat dan mencium keningnya lama. Lalu Jimin berbisik, "hati-hati ya." 

The Reason WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang