Pukul lima pagi, Minjeong sudah bangun dari tidurnya. Wanita yang sedang hamil itu memang sudah terbiasa bangun di jam segini, dulu saat dirinya belum hamil; Minjeong akan bangun siang, melakukan aktifitas dengan malas.
Namun sekarang berbeda, dirinya harus menyiapkan sarapan, dan menyiapkan semua keperluan kekasihnya untuk bekerja. Terimakasih kepada Mama Yoo yang sudah mengajarkannya cara menjadi pasangan yang baik. Dan Jimin menyukainya, kekasihnya itu selalu mengapresiasi apa yang dilakukan oleh dirinya.
Pernah saat Minjeong baru saja belajar masak, dan Jimin adalah orang pertama yang mencoba masakannya. Reaksi kekasihnya itu sangat meyakinkan, seperti memang masakannya enak. Namun saat dirinya mencoba; makanan di dalam mulutnya langsung dikeluarkan kembali. Itu sangat asin!
Jimin mengangkat bahunya saat itu, sambil berkata, "kamu udah capek-capek masak, masa iya sama aku engga dimakan. Sayang dong. Belajar lagi ya, aku siap kok makan semua yang kamu buat. Nanti aku juga minta tolong Seungwan unnie buat bantuin kamu belajar."
Dan sekarang, kekasihnya itu masih terlelap di atas tempat tidur, tubuhnya ditutupi selimut. Minjeong mengecup kepalanya sekali, lalu pergi dari kamar untuk menyiapkan sarapan.
Mama Yoo seperti biasa sudah bangun, beliau sedang memotong-motong sayuran di dapur. Minjeong mencuci wajahnya terlebih dahulu dan menggosok gigi, lalu membantu Mama Yoo menyiapkan sarapan.
"Menantu mama sudah bangun." Sapa Mama Yoo, panggilan menantu masih membuat Minjeong gugup.
"Iya ma, Minjeong bantu ya."
"Boleh sayang, nih lanjutin potongin wortelnya, mama yang masak. Kata Jimin dia lagi kangen masakan mama."
Minjeong mengangguk, memang kekasihnya itu sedang merindukan pasakan Mama Yoo. Lalu kedua wanita itu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Setelah semuanya siap, sarapan juga sudah ada di atas meja makan, bekal untuk Jimin juga sudah Minjeong siapkan. Minjeong melirik jam dinding yang menunjukan sekarang pukul 6 pagi, sedangkan Jimin bekerja pukul 7 pagi.
Minjeong kembali ke kamar untuk membangunkan kekasihnya, walaupun sebenarnya gadis itu tidak ingin membangunkan karena tahu Jimin pasti masih butuh waktu untuk tidur.
Minjeong membangunkan Jimin dengan cara menepuk-nepuk pelan pipi gadis itu, dan yang ditepuk mengerutkan keningnya karena terganggu.
"Bangun, bangun, bangun." Minjeong semakin menepuk pipi Jimin, tertawa gemas saat melihat Jimin protes.
"5 menit lagi."
"Ini udah jam 9 pagi, sayang."
Tawa Minjeong mengeras saat Jimin tersadar dan duduk tegak di tempat tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali, lalu melirik jam dinding yang menunjukan pukul 6 pagi.
Lagi dan lagi, cara Minjeong membangunkan dirinya ini sangat menyebalkan. "Jam 9 pagi apanya, ini masih jam 6."
"Iyaa, nanti telat. Sana mandi dulu, baru sarapan, mama kamu lho yang masak sekarang." Minjeong merapihkan rambut Jimin yang berantakan.
"Asik." Jimin mengerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, senang karena sekarang ia akan memakan masakan mamanya kembali.
"Aku mau nyiapin baju kamu, kamu tinggal mandi sekarang."
"Mandi bareng?"
"Mau?"
"Boleh?"
"Mau aku tonjok maksudnya?"
Jimin cengengesan, ia menggelengkan kepalanya dan segera melompat turun dari tempat tidurnya. Lalu pergi ke kamar mandi.
Minjeong menghela nafasnya, setelah itu ia membereskan tempat tidur mereka dan menyiapkan pakaian kerja Jimin, dan meletakkannya di atas tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason Why
Romance→_→ Jimin, memilih untuk menjadi manusia yang membahagiakan di saat dia mempunyai opsi untuk membuat Minjeong hancur. Grey, 2022