Laki-laki

892 131 9
                                    




Kegiatan rutin yang sering dilakukan oleh Jimin setiap malam ketika mau tidur adalah memijat kaki Minjeong.

Seperti sekarang, Minjeong menikmati pijatan-pijatan yang diberikan oleh Jimin. Sambil bercerita juga, Minjeong suka waktu-waktu seperti sekarang, berbincang dengan Jimin, mendengarkan suaranya.

"Kamu ikut engga ke acara yang aku bilang kemarin?" Tanya Jimin.

"Itu diadain setahun sekali ya?"

"Iyaa, tahun kemarin aku sendirian. Tahun sekarang masa sendirian sih? Aku mau pamer kalau punya wanita hebat kayak kamu ke temen-temen kerjaku."

Minjeong terkekeh pelan, ia tahu itu keinginan Jimin yang tidak akan dilakukan, karena ia tahu pasti; Jimin takut jika dirinya dan bayi yang dikandungnya mendapatkan komentar jelek dari orang-orang.


"Mau pamer ke siapa emangnya?"

"Ke Aeri, terus ke Chaeryeong juga. Biar kamu engga salah paham lagi." Jimin mencubit pelan hidung Minjeong.

"Ya lagian kamu engga pernah cerita soal Chaeryeong!"


Jimin tertawa gemas, ia menyelimuti tubuh Minjeong dan berpindah tempat menjadi di samping perut besarnya, ia mengelus pelan perut itu.

Sebentar lagi, bayi yang sudah ia dan Minjeong jaga akan lahir ke dunia, bertemu langsung dengan mereka. Besok pagi mereka akan cek kandungan dan Jimin berharap semoga semuanya baik-baik saja.


"I hope i have connection with the baby, meskipun dia tidak punya hubungan darah dengan ku." 

Minjeong menyimpan tangannya di atas tangan Jimin, ia mengikuti gerakan Jimin yang memutar di perutnya.

Dan saat itu juga, bayi mereka merespon, membuat gerakan menendang dan itu membuat Minjeong tersenyum, matanya menatap Jimin yang membuka mulut; kagum.


"Tuh, dijawab sama dedek bayi~"

"Ututu~ tayang~" Jimin menciumi perut itu.

"Kamu udah siapin nama buat dedek bayi?" Tanya Minjeong, ia menepuk-nepuk bantal di sebelahnya, menyuruh Jimin untuk berbaring juga.

"Emang boleh aku yang ngasih nama?" Jimin bertanya balik, ia masuk ke dalam selimut, menarik tubuh Minjeong untuk di peluk.

"Boleh dong."

"Hmm, sebenarnya aku udah dari lama siapin nama buat dedek bayinya." Jimin sepertinya tidak bisa melepaskan tangannya dari perut Minjeong, ia simpan telapak tangannya dan tersenyum lebar saat merasakan pergerakan sang bayi.

"Coba kasih tahu, siapa namanya?"

"Haromi." Jimin mengangguk, "Karomi dan Haromi."

Hm, nama yang bagus. Minjeong langsung menyukainya, wanita itu menyandarkan kelapanya di dada Jimin, mendengarkan detak jantungnya.


"Yoo Haromi."

Jimin mengernyit. "Pakai marga ku? Kenapa engga pakai marga mu?"

"Gapapa, kata kamu mau terhubung sama baby, jadi pakai marga mu ya? Aku engga masalah kok, biar baby Haromi juga tahu kamu itu orang tuanya."

"Berarti mulai sekarang kamu juga jadi Yoo Minjeong ya?"

Minjeong tertawa geli, "kok gitu?"

"Engga mau memangnya? Atau aku kasih ke orang lain aja?" Jimin hanya jahil saja, namun sepertinya Minjeong membawa candaan itu ke hatinya.

The Reason WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang