Haromi itu sangat lengket saat berada di dekat Jimin, tidak mau jauh-jauh. Pokoknya Karomi harus selalu sama Haromi 24 jam! Tetapi karena tidak memungkinkan, Jimin juga harus pergi bekerja, dan Haromi harus pergi ke Sekolah.
Dan itu membuat Haromi sedih karena harus berpisah dengan Karomi.
Minjeong sampai heran, dia mommy nya, yang mengandung selama 9 bulan, yang ia timang-timang, tetapi lengketnya malah ke Jimin.
Dan sekarang, anak lelakinya itu sedang menunggu kepulangannya ibu nya yang lain, duduk bersedekap dada, bibirnya melengkung sedih, katanya sih hari ini Haromi berantem sama salah satu temannya di sekolah.
"Mom, ini karomi lama banget, telat 5 menit!" Kata Haromi, menujuk ke jam dinding.
Minjeong merasa dejavu, dulu waktu masih mengandung, dia selalu menunggu kepulangan Jimin, merasa kesal saat Jimin pulang telat, walaupun telatnya hanya 5 menit saja. Dan sekarang, sifat itu menurun ke anaknya.
Suara motor melewati rumah mereka, Haromi menatap ibunya. "Karomi??"
Minjeong yang tahu betul suara motor Jimin pun menggeleng, "bukan. Sabar dong, nanti juga Karomi pulang."
"Hmmm."
.
.
.
Terdengar dari luar suara pagar yang sedang dibuka, dengan antusiasnya Haromi melompat dari sofa, berlari keluar rumah untuk menyambut kepulangan ibunya.
Baru saja Jimin meletakkan sepatunya di rak, dia terkejut saat Haromi berteriak memanggil namanya dan melompat, meminta untuk di gendong.
"Aigoo, Haromi kamu ni udah bukan adek bayi lagiii." Katanya Jimin sembari mengeratkan pegangannya pada tubuh Haromi agar anaknya tidak terjatuh.
Mereka berdua masuk ke dalam, Jimin tersenyum saat melihat kekasihnya duduk di sofa. "Selamat sore cintaku." Sapa Jimin, mengelus kepala Minjeong sebentar lalu duduk di sebelahnya.
"Karomi tau engga." Katanya Haromi, dia memegang kedua bahu Jimin, sedikit menggoyangkannya untuk meminta perhatian.
"Tau apa ni? Coba cerita."
Haromi pun detik itu juga langsung menangis, mengeluh tentang harinya yang teras menjengkelkan.
"Aku tuh capek! Harus sekolah, terus pr ku juga banyak, tapi aku males ngerjainnya, tapi capek, tapi tadi juga ada temenku namanya Gino, dia nyuruh aku buat kerjain pr nya, aku tuh capek! dia engga tau aku capek! aku marah-marah, dia ikut marah, dia cubit tangan aku, aku tambah capek, pokokya hari ini capek!"
Jimin mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar keluhan dari sang anak yang mengeluh capek, dia menghapus air mata yang mengalir di pipi anaknya. "Haromi itu anak laki-laki, engga boleh kayak gini." Katanya Jimin, "laki-laki itu harus kuat, harus bisa menghadapi semuanya, kalau kayak gini aja kamu nangis, nanti lawan monster kamu pasti langsung mati."
Haromi menggeleng kuat. "Haromi engga mau mati."
"Kalau gitu lain kali harus kamu hadapi ya, kamu kerjain pr nya, nanti di bantu sama mommy."
"Mommy galak."
Minjeong tertawa mendengar ocehan anaknya. "Ya lagian kamu nanya terus kapan selesai padahal baru ngerjain satu soal."
"Nah lain kali jangan gitu ya, harus hadapi semuanya! Terus lawan juga Gino, bilang ke dia kalau kamu tuh bukan pembantu."
Haromi mengangguk.
Karomi tersenyum, "Karomi selalu berkata padaku..."
Haromi pun melanjutkan lagu yang Karomi nyanyikan, "laki-laki tak boleh nangis."
"Pinter. Ayo makan!"
"LET'S GO MAKAN!" Haromi kembali bersemangat, menarik lengan Karomi menuju ke dapur.
"Mommy di lupain nih?"
"Engga dong, mommy nomor satu di hati Haromi! Ayo mommy cantik, kita makan!" Haromi menarik tangan Jimin dan Minjeong menuju ke dapur untuk makan bersama.
di perpanjang atau tidak di perpanjang atau tidak?
di perpanjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason Why
Romance→_→ Jimin, memilih untuk menjadi manusia yang membahagiakan di saat dia mempunyai opsi untuk membuat Minjeong hancur. Grey, 2022