Keduanya jalan beriringan, saling bergandengan tangan, saling melempar senyum dan candaan, walaupun beberapa menit yang lalu bukanlah hal yang menyenangkan.
Jimin benar-benar membuat semuanya terlihat baik-baik saja, meskipun kita semua tahu sebenarnya dia tidak sedang baik-baik saja.
Mata tajamnya melihat kedai yang masih buka, Jimin menarik Minjeong ke sana.
"Kamu minum susu aja ya. Jangan kopi, nanti malah susah tidur lagi." Katanya Jimin, dia memesan kopi untuknya dan susu untuk Minjeong.
Minjeong terlihat cemberut, "kok kamu pesen kopi? Nanti kamu juga susah bobo."
Jimin tertawa, ia mengelus kepala Minjeong dengan penuh sayang, menatapnya lembut; menyampaikan semua yang ia rasa lewat tatapan. "Gapapa, biar aku bisa jagain kamu sama baby sepanjang malam."
Hening, mereka hanya saling menatap satu sama lain. Harus bagaimana lagi Minjeong mengungkapkan perasaannya? Bagaimana lagi dia harus memberitahu Jimin jika ia sangat beruntung memilikinya?
Penjual di kedai itu sedang mendengarkan radio, lagu Alicia keys pun terdengar, Minjeong tersenyum manis sambil membawa tangan Jimin untuk digenggam.
"Some people think that the physical things define what's within...." Minjeong bernyanyi, mengeluarkan suaranya yang begitu nyaman untuk didengar, menyampaikan perasaannya lewat lirik lagu
"And I been there before, but that life's a bore." Lirik ini sangat mewakili perasaannya, Minjeong sudah bosan dengan kehidupannya yang dulu.
"So full of the superficial." Jimin ikut menyanyikan lagunya, bersama dengan Minjeong.
"Some people want it all, but I don't want nothing at all. If it ain't you baby, if I ain't got you baby."
Tangannya yang bebas terangkat, mengelus pipi gadis yang sudah menolongnya, gadis yang selalu ada untuknya.
Kadang, Minjeong berpikir: dulu dia melakukan apa? Sampai diberikan seorang gadis yang sangat menyayanginya? Tapi sekarang, dia tidak membutuhkan jawaban.
"Pekerjaan bisa dicari, sakit masih bisa diobati, dan ikhlas akan datang seiring berjalannya waktu. Tapi kalau kamu yang hilang, kamu yang pergi, aku engga tahu harus cari kemana, aku engga yakin sakitnya bisa diobati, dan seiring berjalannya waktu, aku engga tahu bisa ikhlas atau engga."
Minjeong tahu, Jimin pasti sedih, Jimin pasti sakit, tapi dengan senyum diwajahnya, dengan suara seraknya dia menjawab, "engga ada yang perlu dikhawatirkan, aku engga akan pergi kemana-mana."
"Jimin-ah, kita belum ketemu baby Haromi. Jadi, kamu mau berjuang lagi?"
Dengan lagu If I ain't got you menemani mereka yang sedang menangis, tangan mereka saling menggenggam erat, baru kali ini Minjeong melihat Jimin menangis, terlihat lemah. Seperti dia akan jatuh ke jurang jika salah menginjak, dan bakal rapuh jika dia tidak hati-hati memegang.
Jiminnya yang terlihat kuat itu sedang menangis seperti anak kecil di hadapannya sekarang.
Minjeong menarik Jimin ke dalam pelukannya, mengelus dengan sayang belakang kepalanya dan punggungnya, berusaha menenangkannya.
"K-kamu mau temenin aku berjuang dari nol lagi?" Tanya Jimin.
"You can always come home, with my hands on your shoulder, massaging you gently, telling you that you did great today. Jangan lupa, nanti ada baby Haromi yang bakal menyambut kamu waktu pulang, dengan rengekannya yang minta buat di gendong."
Benar, sekarang bukan waktunya untuk menyerah begitu saja. Masih banyak yang belum mereka lakukan, masih banyak juga alasan untuk berjuang dan memulai semuanya dari awal.
Jimin tertawa lalu ia menghembuskan nafasnya, dan matanya kembali menatap mata Minjeong.
"Minjeong-ah."
"Hm?"
"Sayang...."
"Apaaa?"
"Dalam cinta, kamu bisa menjadi yang paling bahagia dan paling terluka setelahnya. Atau kamu bisa menjadi yang paling terluka pada awalnya tetapi paling bahagia ketika segala sesuatunya jatuh di tempat yang tepat." Jimin mengelus cincin yang melingkar di jari manis wanitanya.
"Seperti yang kita ketahui sekarang, keluargaku bukanlah keluarga yang sempurna, tidak ada sosok ayah di dalamnya. Dan keluargamu juga tidak baik-baik saja. Tapi itu bukanlah sebuah alasan untuk berhenti, kita masih bisa membuat keluarga kita sendiri."
"Minjeong-ah, Ayo kita buat keluarga kecil yang utuh dan baik-baik saja. Dimana di dalamnya ada kamu, aku dan baby Haromi."
"Oh, dan Mama Yoo juga."
Minjeong tersenyum lebar, dengan Jimin dia bisa melakukan apa saja, dengan Jimin dia merasa aman dan nyaman, dan hanya dengan Jimin, dia merasa manusia yang paling beruntung di dunia ini.
Minjeong merasa ia adalah perempuan paling beruntung, perempuan paling bahagia di dunia ini, bahkan baru beberapa jam yang lalu ada pertengkaran, ada Isak tangis, namun ia masih bahagia, selagi Jiminnya masih ada di sebelahnya.
"Setelah Haromi lahir nanti, kita jadi keluarga yang utuh ya?"
"Iyaa, dan itu belum selesai, karena kita harus masih berusaha buat bikin keluarga kecil kita baik-baik saja."
"Dan aku yakin kita bisa."
"Kenapa?" Tanya Jimin, tersenyum kecil mendengar jawaban Minjeong.
"Karena ketika kamu ada disini, di samping aku. Semuanya bakalan baik-baik aja. Aneh kan? Tapi itu kenyataannya. Dan aku yakin, baby Haromi rasain hal yang sama kayak mommy nya."
Mereka tertawa, lalu Jimin menunduk untuk berbicara dengan baby Haromi, seperti yang sering dia lakukan, "baby Haromi, nanti main game sama Karomi ya. Pokoknya kita main sepuasnya, sampai mommy ngambek karena engga diperhatiin, hehe."
Minjeong pun mencubit perut Jimin, "dasar!"
Kopi dan susu yang mereka pesan tadi sudah dingin sekarang, bahkan ibu kedai pun meninggalkan kedainya dan mengobrol dengan satpam, meninggalkan pelanggannya yang sedang mengobrol serius sampai menangis, ibu kedai balik lagi saat Jimin dan Minjeong sudah selesai dengan urusan mereka.
To be continue...
Selamat tahun baru, kawan-kawan.
Dan, selamat ulang tahun Kim Minjeong.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason Why
Romance→_→ Jimin, memilih untuk menjadi manusia yang membahagiakan di saat dia mempunyai opsi untuk membuat Minjeong hancur. Grey, 2022