MT-17

3.4K 233 21
                                    

Reliya merasa ada yang berbeda dengan tetangga samping rumahnya hari ini, walau sebenarnya itu bukanlah hal yang mengejutkan lagi. Gama sejak pagi saat bertemu dengannya akan memasang wajah sinis, seolah-olah Reliya adalah makhluk astral pengganggu.

Reliya memilih abai tentang hal itu, dia mengira mungkin Gama masih kesal dengannya waktu itu.

Seperti saat ini, Reliya memasang senyum ke arah Gama yang baru saja pulang dari kerja, tetapi yang dia dapatkan hanya wajah datar tanpa kehidupan Gama.

"Baru pulang, Mas?" tanya Reliya basa-basi. Sebenarnya Reliya hanya sedang memainkan peran sebagai tetangga yang baik.

"Lagi makan," ketus Gama.

Reliya mencebik kesal ketika melihat Gama masuk ke dalam rumah. Dalam hati Reliya memaki Gama. Dapat Reliya tebak sepertinya Gama sedang mendapat tamu bulanan, Reliya tertawa dengan pemikiran konyolnya.

"Dari pada ketawa enggak jelas kayak kuntilanak kesasar, mending kamu masuk udah mau hujan." Reliya tersentak kaget, memegangi dadanya.

Gama mengedik tak peduli, masuk kembali ke dalam rumahnya.

Reliya melongo melihat itu, Gama ke luar hanya untuk mengomentarinya. Sungguh sifat menyebalkan Gama sejak dulu tak pernah hilang.

"Dasar manusia ga jelas!" maki wanita itu. Bahkan tak peduli jika tetangga lainnya mendengar, Reliya sudah terlanjur kesal karena Gama.

***

Seperti biasanya, Gama datang dengan sebuah rantang berwarna biru di tangannya, tanpa diberitahu Reliya sudah dapat menebak jika itu adalah titipan Lina.

"Dari mama." Reliya mengangguk, menerima dengan senang hati pemberian Gama.

"Waktu itu-" Gama menjeda ucapannya membuat Reliya mengernyit menunggu kelanjutan ucapan pria itu.

"Laki-laki."

Reliya menatap Gama aneh, merasa tak paham apa yang pria itu katakan. Lelaki? Reliya benar-benar tak mengerti.

"Kenapa?" tanya Reliya menunggu Gama melanjutkan ucapannya.

"Yang nganter kamu," ucap Gama cepat. Dalam hati Gama meruntuki dirinya yang begitu penasaran, sebenarnya Gama sudah berusaha menahannya, hanya saja semuanya seakan ke luar begitu saja.

"Oh, Bagas!" Reliya tersenyum lebar sambil menyebut nama Bagas, hal itu membuat Gama langsung menatap Reliya curiga.

Tidak, Gama bukan memikirkan hal lainnya. Hanya saja Gama penasaran, ya penasaran.

"Dia temen sekolah aku dulu, dia baik banget." Gama mengangguk paham, tetapi wajahnya tetap tak menunjukkan ekspresi apa pun. Hal itu membuat Reliya menyesal karena telah membalas pertanyaan Gama dengan semangat.

"Inget kata mama, jangan terlalu percaya sama laki-laki."

"Mas Gama contohnya?" celetuk Reliya. Gama berdecak sebal dengan jawaban wanita itu.

"Kamu tau sendiri gimana aku," balas Gama tak mau kalah.

Reliya tertawa, menganggukkan kepalanya dengan senyum mengejek kepada Gama.

"Iya, Mas Gama banyak mantannya!" Gama melotot tak terima dengan ucapan Reliya, yang walau pun benar adanya.

"Jangan ngelag, aku suka liat chat di ponsel Mas Gama!" Gama menatap kesal Reliya.

Bukan hal yang mengherankan lagi, sejak dulu Reliya memang hobi sekali membuka ponselnya tanpa izin. Untung saja Gama tak menyimpan hal macam-macam, jika tidak Gama akan menjadi bullyan wanita di depannya itu.

"Kamu juga dari SMP sering pacaran diem-diem." Reliya terdiam, menatap Gama tak percaya.

"Tau dari mana Mas Gama?!" Pasalnya Reliya sudah menutup rapat-rapat rahasianya itu, bahkan dia sudah yakin tidak ada yang tau.

Karena dulu Lina selalu mewanti-wantinya agar tidak berpacaran terlebih dahulu, jika tidak Reliya tidak boleh datang ke rumah mereka lagi.

"Siapa dulu, Gama!" Gama memasang wajah bangga saat melihat respons Reliya yang benar-benar menggemaskan.

Semua sudah berlalu lama, tetapi Reliy tetap panik, seolah hal itu baru saja terjadi.

Sebenarnya Gama hampir tau semua yang mendekati Reliya. Bukan tanpa alasan, dulu Gama menganggap Reliya sebagai adiknya. Ditambah dengan Lina yang selalu berpesan agar Gama menjaga Reliya.

"Diem-diem Mas Gama jadi fans aku, ya? Mangkanya tau!" Gama mengedikkan bahunya.

"Duduk dulu, deh!" Reliya menarik tangan Gama, menyuruh agar pria itu duduk di kursi teras rumahnya.

"Mas Gama kok bisa tau?" tanya Reliya dengan wajah penasaran. Hal itu membuat Gama menatap wajah Reliya lama, wanita di depannya masih sama persis dengan seseorang yang beberapa tahun lalu bersamanya.

"Jangan-jangan dulu Mas Gama sering ngadu ya sama mama?!" Reliya menatap Gama curiga. Pasalnya dulu beberapa kali Lina sering menyuruhnya untuk lebih fokus belajar.

"Rahasia," jawab Gama membuat Reliya memekik kesal.

"Udah ah, aku mau kerja." Gama menyerah. Dia tak bisa terus-terusan melihat tingkah Reliya seperti saat ini.

Reliya mengerucuti bibirnya kesal, tetapi tetap mengangguk. Gama tersenyum tipis, langsung pergi dari rumah Reliya menuju rumahnya sendiri.

Tanpa sadar, keduanya seakan mengikir jarak yang pernah ada. Tanpa sadar keduanya perlahan-lahan membuka diri tanpa disadari.

Hai guys
Sekalian nunggu cerita Mas Tentangga 2 mampir ke ceritaku yang lain, yuk. Jangan lupa ramaikan ya.

Aku tunggu pembaca di bab ini 200 aku langsung update ya. Tapi jangan lupa komen sebanyak-banyaknya loh.

Lope lope buat kalian semua. Aku semangat cuma karena komentar kalian loh hehe

Semoga suka dengan bab ini. Maaf kalau banyak kekurangan.

Mas Tetangga 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang