MT- 28

3.4K 187 17
                                    

Ada yang berbeda dari Gama hari ini, dan Reliya benar-benar merasakannya. Bukan tanpa alasan Reliya merasa suaminya itu sedikit berubah, pasalnya sejak pagi dia sudah disambut dengan senyum manis Gama serta sarapan yang sudah tertata rapi di atas meja.

Sebenarnya Reliya sempat merasa bersalah karena bangun kesiangan, tetapi Gama bilang tidak masalah karena hari ini merupakan hari minggu.

Reliya menatap punggung Gama yang sedang menyiapkan susu untuknya dengan pandangan yang sulit di artikan, apa lagi saat Gama datang langsung mencium pucuk kepalanya.

Reliya tersenyum canggung, sudah lama sekali dia tidak berada di posisi ini, dan ini benar-benar membuat jantungnya tak berhenti menggila.

"Makan yang banyak, kamu makin kurusan beberapa hari ini." Reliya mengangguk kaku dengan senyum kaku pula, tetapi Gama membalasnya dengan senyum super manis yang pria itu miliki.

Reliya berpikir apakah yang salah dengan Gama, apakah semalam Gama salah memakan sesuatu atau minum sesuatu. Namun, pikiran Reliya langsung jatuh pada kejadian tadi malam, kejadian yang Reliya lupakan pagi ini.

Seketika semburat merah muncul di pipi Reliya yang memang semakin tirus, hal itu tak luput dari perhatian Gama.

"Aku ke dalem bentar." Tanpa menunggu jawaban Gama Reliya melangkah cepat masuk ke dalam kamarnya. Menutup pintu rapat-rapat agar Gama tak dapat masuk.

"Aku bener-bener udah gila!" Reliya menangkup pipinya yang semakin memanas.

Bagaimana tidak hari ini sudah sebulan lebih mereka menikah, setelah melewati banyak drama dan tadi malam benar-benar kejadian di luar dugaan Reliya.

Flashback

Yang pertama Gama lihat saat membuka kamar Reliya adalah wanita itu sedang membelakangi pintu dan menatap jendela yang mengarah tepat pada taman.

Setelah menikah Reliya dan Gama memutuskan pisah kamar, dan akhirnya terus berlanjut sampai satu bulan pernikahan mereka.

Tidak ada yang berubah, perkembangan pernikahan mereka sama sekali tak mengalami perkembangan.

Gama tak tau apa yang membuat hubungan mereka semakin dingin sepeeti ini, bahkan Gama merasa Reliya semakin menjauh dari dirinya.

Gama berjalan semakin mendekat saat mendengar suara isak tangis dari wanita yang saat ini sudah berstatus menjadi istrinya.

"Reliya?" Reliya membalik tubuhnya, cepat-cepat menghapus air matanya dan tersenyum ke arah Gama. Bukannya terlihat bahagia, Reliya malah semakin terlihat menyedihkan di mata Gama.

"Kamu kenapa?" Reliya menggeleng singkat dan memasang wajah baik-baik saja.

"Kamu laper, tunggu aku masak." Reliya bangkit, sayangnya tangannya menyentuh sebuah buku hingga isinya berhamburan ke lantai.

Reliya membeku saat Gama berjongkok dan memunguti semua foto yang jatuh.

"Reliya." Gama memandang sendu Reliya dan sebuah foto yang saat ini berada di genggamannya.

Foto masa kecil mereka, hingga foto USG anak mereka yang sudah tenang di alam sana. Yang membuatnya sedih adalah alasan wanita itu menangis tadi.

Tanpa bisa dicegah air mata menyusuri pipi Reliya, isakan pilu terdengar dari bibir mungil wanita itu.

Gama tak dapat menahan diri, dia tak dapat menutup mata dengan apa yang terjadi pada wanita yang saat ini berstatus sebagai istrinya. Gama menarik Reliya ke dalam pelukannya, memeluk Reliya dengan sangat erat, hingga isakan Reliya terdengar semakin keras.

"Menangislah," ucap Gama sambil mengeluar punggung Reliya yang saat ini bergetar hebat.

"Kenapa dia harus pergi, kenapa dia enggak mau hadir di dunia?" Reliya menatap wajah Gama dengan wajah penuh air mata.

"Ini alasan kamu menjauh, Reliya?" Reliya bungkam memilih menenggelamkan wajahnya pada dasa bidang Gama.

"Semuanya telah berlalu, ini bukan salah kamu. Reliya, tatapan aku." Gama menangkup wajah Reliya, memandang wajah wanita itu dengan penuh cinta.

"Semuanya sudah berlalu, dia sudah bahagia di sana. Cukup jangan salahin diri kamu." Reliya berusaha menghentikan tangisnya, tetapi tak bisa.

"Aku bukan istri yang baik, bahkan dulu kita berpisah karena aku." Gama menggeleng tak menyetujui ucapan Reliya.

"Reliya, bukan salah kamu. Aku juga salah, seharusnya dulu aku lebih bisa meyakini kamu. Semuanya sudah berlalu, Reliya."

"Bahkan jika waktu di ulang semuanya akan berjalan seperti apa yang Tuhan takdirkan, ini memang takdir kita berdua." Gama menghapus air mata Reliya, mengecup bibir wanita itu pelan.

"Kita mulai dari awal, ya?" Pelan-pelan Reliya mengangguk sambil berusaha meredam tangisnya.

Gama tersenyum, langsung melumat bibir wanita yang saat ini berstatus menjadi istrinya. Setelah itu ....

"Reliya?" Reliya mengerjapkan matanya kaget dengan suara Gama yang terdengar dari balik pintu kamarnya.

"Kamu ngapain lama banget di dalem?" Reliya memukul kepalanya pelan, berusaha mengusir pikirannya yang semakin kacau.

"Iya sebentar!" Reliya memperbaiki penampilannya, dan membukakan pintu.

Terlihatlah wajah Gama yang sedang memandangnya dengan senyum lebar. Mendapatkan respons seperti itu benar-benar membuat Reliya gugup. Pasalnya Reliya belum terbiasa dengan situasi seperti ini.

"Kamu ngapain di dalem kamar? Mikirin kejadian tadi malem?" Gama menaik-turunkan alisnya menggoda Reliya.

"Apasih!" Reliya mendorong tubuh Gama hingga menggeser ke pinggir pintu.

Reliya berjalan cepat menuju meja makan, meninggalkan Gama yang semandang punggung wanita yang dia cintai itu dengan senyum tulus.

Sekarang Gama tak ingin salah mengambil jalan, Gama tak ingin mengorbankan perasaannya lagi. Gama tak ingin bersikap egois dan kembali kehilangan Reliya.

Gama sadar jika dirinya benar-benar mencintai Reliya, entah kemarin, esok dan seterusnya.

Nih buat yang pengen Gama buka mata!

Duh duh gimana ya Reliya ngandepin sikap bucin Gama?


Mas Tetangga 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang