Spesial Part 1

3.5K 148 11
                                    

Reliya adalah perempuan paling lincah dan cerewet setelah Lina yang pernah Gama temui. Semuanya bertambah rumit saat kehamilan wanita itu tiba.

Reliya tak pernah bisa diam, bahkan setelah Gama mengomelinya saat hampir terjatuh atau lari-lari tidak jelas di dalam rumah. Sepertinya sifat kekanakan wanita itu muncul kembali.

Mengurus Reliya menurut Gama sama seperti mengurus anak balita yang sedang aktif-aktifnya. Sebenarnya Gama tak masalah tentang hal itu, dia juga senang saat melihat istrinya merasa bahagia. Namun, Reliya benar-benar tak sadar jika dirinya sedang hamil saat ini.

"Kenapa sih ngomel terus!" Reliya berteriak sambil menjauh dari Gama. Seperti biasa, wanita itu akan ngambek dan mendiami Gama seharian.

"Bukan gitu, Sayang." Gama menyusul langkah Reliya, membawa wanita itu ke dalam pelukannya.

"Kamu kan lagi hamil, jangan lari-lari." Gama menyingkirkan anak rambut Reliya yang menutupi dahi penuh keringat itu, alasannya sudah jelas sejak tadi wanita itu tidak bisa diam.

Jika beberapa wanita hamil akan mudah lelah dan merasa malah untuk bergerak untuk hal-hal tidak penting. Reliya berbeda, wanita itu selalu melakukan hal yang sama sekali tidak penting.

Sebenarnya wajar saja. Usia kandungan Reliya saat ini masih tiga bulan, sepertinya wanita itu belum merasa begitu lelah membawa ke sana ke mari perutnya itu.

"Iya aku tau, kamu emang cuma sayang sama anak kamu doang!" Gama tersenyum kecut. Kan lagi-lagi dia yang disalahkan.

"Bukan gitu, Sayang. Aku sayang loh sama kamu, mangkanya khawatir," ucap Gama memasang senyum terbaiknya agar Reliya luluh.

"Tapi kamu jahat!"

"Kenapa lagi?" Gama tersenyum, kali ini senyum paksa yang begitu ketara.

"Aku mau ngambil mangga aja enggak diboleh?" Bibir Reliya mengerucut, kedua mata wanita itu berkaca-kaca siap menumpahkan bulir-bulir air mata.

"Masalahnya kamu mau manjat!" geram Gama, tetapi masih dengan nada selembut mungkin.

"Aku aja ya yang ambil?" Gama kembali membujuk.

"Enggak perlu!" Reliya menepis tangan Gama yang sedang mengelus kepalanya, pergi dari sana begitu saja.

"Dasar bocil," cibir Gama. Sayangnya nasib baik tidak berpihak kepada Gama. Ucapan pria itu terdengar sampai ke telinga wanita yang sangat dia cintai.

"Iya aku bocil, salah kamu mau nikah sama bocil!" Suara Reliya menggema ke mana-mana. Bahkan terdengar lemparan barang yang sudah Gama tepak pasti barang-barangnya.

Lalu tak lama suara isak tangis terdengar dari dalam kamar mereka berdua. Gama terkekeh mendengarnya.

Dia kira Reliya yang cengeng dan manja telah berubah, tetapi masih sama. Reliyanya tak pernah berubah sedikit pun.

Gama masuk ke dalam kamar, melihat Reliya yang sedang menangis sambil memukul-mukul boneka besar pemberian Gama, sepertinya wanita itu membayangkan jika boneka itu adalah suaminya.

"Maaf, Sayang." Gama duduk di depan Reliya dan langsung mengecup bibir sang istri sekilas.

"Asal nyosor aja," gerutu Reliya menghapus jejak bibir Gama dari bibirnya.

"Maafin aku, dong. Iya aku salah," ucap Gama sambil menahan tawa melihat penampilan Reliya yang benar-benar menggemaskan.

"Iya emang kamu salah!" Gama mengangguk membenarkan, lebih baik mencari aman.

"Tapi beneran kamu bisa manjat?" tanya Reliya menatap serius Gama.

"Bisa dong, kamu lupa waktu kecil kita pernah cosplay jadi monyet?" Reliya tertawa mendengar ucapan Gama yang memang benar adanya.

Gama dulu memang pendiam, sayangnya dia harus dipertemukan dengan Reliya yang tidak bisa diam sama sekali. Alhasil Gama harus menuruti keinginan Reliya kecil yang kadang-kadang menyusahkannya.

"Kamu harus bersyukur temenan sama aku, karena temenan sama aku kamu bisa jadi monyet!" Reliya tertawa senang sambil menunjuk wajah Gama puas.

"Iya-iya makasih, Sayang. Karena kamu aku beneran jadi monyet." Reliya tertawa keras melihat wajah tertekan Gama yang menurutnya sangat menyenangkan.

"Nah gini dong, ketawa." Gama tersenyum senang langsung membawa Reliya ke dalam pelukannya.

"Kamu sih nakal, padahalkan aku cuma pengen main aja."

"Iya-iya, aku nakal." Gama pasrah saja dengan apa yang Reliya ucapkan. Asalkan mood wanita itu kembali membaik seperti semula.

Lagi pula dia lebih senang dengan Reliya yang selalu tertawa tanpa beban, walau kadang tingkah wanita itu di luar nalar. Namun, Gama tak bisa melihat wanita itu terluka karena tingkah cerobohnya.

"Aku minta maaf, lain kali aku bakal lebih hati-hati." Gama mengangguk dan mengecupi pucuk kepala Reliya.

"Aku sayang kalian berdua, aku larang kamu bukan berarti sayang sama calon anak kita aja. Kalau kamu jatuhkan yang sakit juga kamu," ucap Gama yang langsung diangguki oleh Reliya.

"Makasih, Sayang."

Gama menangkup pipi Reliya, mendekati wajahnya dan melumat bibir wanita itu lembut. Reliya memejamkan mata, mengikuti reaksi alami dari tubuhnya.

Reliya gemesin
Tapi Gama hebat juga bisa sabar, padahal kesabaran Gama setipis tisu dibagi sepuluh hehe.

Mohon dibaca

Aku udah siapin sequel cerita ini, tapi masih ada spesial part ya setelah ini.

Aku bakal update sequel setelah vote spesial part dan komennya cukup ramai. Jangan lupa juga langsung simpan di perpus sequelnya, dan komen di bab pertama ya!

 Jangan lupa juga langsung simpan di perpus sequelnya, dan komen di bab pertama ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mas Tetangga 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang