Ekstra Part 3

4.8K 155 0
                                    

Siapa sangka memiliki dua putra kembar adalah hal yang terberat sekaligus menyenangkan untuk Reliya. Ditambah lagi berita kehamilannya yang kedua, membuat Gama semakin sering berada di rumah menemani sang istri.

Anak kembar pertama mereka baru menginjak umur satu tahun, tetapi Tuhan kembali menitipkan malaikat kecil di dalam rahim Reliya kembali.

Gama dan Reliya turut senang atas kabar itu, walau awalnya Reliya terkejut karena kedua putranya bahkan masih sangat kecil.

Gama sendiri tak masalah. Ayah calon tiga anak itu begitu sigap membantu Reliya yang sering kelelahan saat mengurus si kembar yang sedang aktif-aktifnya.

Reliya semakin jarang pergi bekerja, lebih sering asistennya yang mengurus butik sedangkan Reliya hanya datang beberapa kali.

Sebenarnya mereka memiliki seorang pengasuh untuk si kembar, sayangnya Reliya tak begitu melepaskan si kembar begitu saja. Sebagai seorang ibu Reliya ingin dirinya yang lebih banyak dekat dengan putra-putranya.

"Ma ma ma." Reliya tersenyum gemas dengan racauan putra pertamanya.

Sebenarnya dibanding Arsa, Arka lebih pendiam. Anak pertamanya itu cenderung lebih anteng dari pada sang adik. Karena itu juga Reliya tak begitu kesulitan dalam mengasuh keduanya.

Arka lebih jarang menangis, walau terkadang sering tak mau mengalah dengan sang adik. Melihat itu Reliya terkadang tak sabar menunggu mereka berdua besar.

"Kenapa, Sayang?" Reliya mendekat ke arah putranya yang sudah mengulurkan tangan meminta digendong.

Namun, putra keduanya juga merengek meminta digendong juga. Reliya menggelengkan kepala, akhirnya memilih menurunkan Arka yang sudah diam.

"Kalian main sama Mama di sini aja, ya. Nanti kalau Mama gendong dua-duanya Papa marah?" Sikap posesif Gama memang semakin menjadi.

Reliya selalu dilarang melakukan hal berat, atau bahkan makan-makanan tak sehat. Tetapi Reliya senang dengan hal itu, berarti Gama begitu menyayanginya.

Tak ada yang berubah dengan hubungan mereka berdua. Hanya saja keduanya semakin sulit membagi waktu berdua jika kedua anaknya sedang rewel. Ditambah dengan Reliya yang tak bisa tenang jika meninggalkan putra-putranya.

Sedangkan Lina banyak membantu Reliya. Lina sering datang membantu mengurus cucu-cucunya. Sebagai pengalaman pertama mempunyai cucu membuat Lina begitu antusias.

Anton juga tak jauh berbeda. Ayah mertuanya itu sering datang setelah pulang bekerja membawakan Arka dan Arsa makanan mau pun mainan. Bahkan tak jarang kedua orang tua Gama itu membawa si kembar ke rumah mereka.

Terkadang itu menjadi momen yang Gama tunggu. Bagaimana tidak, dia dapat menghabiskan waktu berdua dengan Reliya tanpa gangguan kedua putranya. Gama benar-benar merasa saingannya saat ini adalah putranya sendiri.

"Sayang." Suara serak seseorang yang begitu Reliya masuk ke dalam indera pendengarannya. Ditambah pelukan yang cukup erat pada perutnya.

"Gimana harinya?" Gama membalikkan tubuh Reliya. Mengecup bibir sang istri.

"Ada anak-anak, Mas," tegur Reliya.

"Gapapa, masak mereka terus yang manja. Papanya juga butuh manja-manja." Gama menciumi pipi Reliya tanpa peduli teriakan Arsa yang langsung terdengar.

"No no, Mama sekarang punya Papa." Gama memandang putra keduanya itu dengan serius. Berniat menjahili, tetapi kedua mata Arsa memerah dengan bibir melengkung ke bawah menandakan akan menangis.

"Awas dulu, kasian tuh," ucap Reliya berusaha melepaskan pelukan Gama.

Gama mendengkus sebal, menatap sebal ke arah putra keduanya yang sudah berada dalam pelukan Reliya. Berbeda dengan Arsa, Arka tampak tenang dengan mainan di tangannya.

"Anak Papa yang satu ini emang paling pinter," puji Gama sembari mencium pipi sang putra gemas.

"Kamu juga pinter," puji Gama pada Arsa yang berada dalam gendongan Reliya.

"Jangan nakal ya Sayang, kasian Mama nanti kecapean." Gama mengelus kepala Arsa dengan penuh kasih sayang. Melihat itu Reliya tersenyum.

"Ini Arka sama Papa aja." Gama membawa Arka dalam gendongannya. Sang anak hanya diam memandangi wajah papanya.

"Kamu mandi dulu sana. Kasian loh nanti Arka ikutan kotor." Gama mengangguk, dirinya lupa sangking rindunya kepada sang putra.

"Tunggu ya, Sayang. Papa mandi dulu." Gama mencium pipi kedua putranya, beralih mencium bibir sang istri.

"Sebentar ya, Sayang." Gama menaik-turunkan alisnya berniat menggoda Reliya.

"Aku ga liat tuh!" Gama tertawa mendengar respons Reliya.

"Aku tau kamu kangen sama aku." Gama mencium pucuk kepala Reliya penuh kasih sayang. Dia membenarkan anak rambut Reliya yang sudah menutupi dahi sang istri. Gama paham pasti Reliya kelelahan menjaga dua putranya yang menggemaskan ini.

"Sana mandi, dari tadi enggak jadi-jadi!" Reliya mendorong pelan tubuh Gama. Gama hanya pasrah saja.

Sebenarnya Gama ingin mengganggu putranya, tetapi sepertinya dia harus membersihkan diri terlebih dahulu.

Reliya tertawa melihat wajah memelas Gama. Padahal pria itu pasti kelelahan bekerja, tetapi dia memperlakukan Reliya seolah Reliya yang lebih kelelahan menjaga dua putranya.

Reliya merasa beruntung memiliki Gama sebagai suami sekaligus teman hidupnya. Jika bukan Gama Reliya tak tau bagaimana kehidupannya sekarang. Apakah dia akan mendapatkan dua buah hati yang begitu menggemaskan seperti si kembar.

Walau banyak kesulitan dalam hubungan mereka. Reliya yakin ke jika memang ini takdirnya. Apa lagi setelah mendapatkan cinta Gama kembali. Reliya merasa benar-benar lega akan hal itu.

Reliya hanya ingin berharap jika kehidupan mereka selalu bahagia terutama ketiga anaknya nanti. Karena mereka salah satu sumber bahagia Reliya di dunia ini.

Rencananya ada satu lagi spesial part. Tapi aku enggak yakin bakal publish atau langsung ke sequelnya.

Yuk langsung mampir dan masukan ke dalam perpustakaan.

Terima kasih buat yang sudah mendukung cerita ini sampai akhir. Semoga kalin enggak kecewa ya dengan apa yang aku tulis.

Terima kasih yang selama ini sudah menyempatkan vote dan komen. Karena komen kalian adalah semangat untuk aku.

Love you guys!

Mas Tetangga 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang