MT-16

3.5K 223 18
                                    

Setelah kepulangan Reliya dari rumah Lina semuanya memang tak banyak berubah. Hari-hari Reliya terlewatkan sama membosankan seperti sebelumnya. Gama juga tak banyak berubah, hanya saja keduanya berusaha untuk saling sapa ketika bertemu.

Ucapan Gama waktu itu masih membekas di hati Reliya. Dia merasa bersalah dan kecewa di waktu bersamaan.

Karena awalnya dia kira hubungannya dan Gama benar-benar akan membaik dari hati kehati. Ternyata salah, Semua ini hanya demi Lina.

Gama juga menjelaskan bahwa memang tak sepenuhnya semua terpaksa karena Lina. Dia juga merasa harus berdamai dengan masa lalu walau itu adalah hal sulit.

Reliya cukup lega. Dia kira Gama benar-benar tak akan pernah memaafkannya, karena itu akan menjadi sebuah luka untuk Reliya.

Jika boleh jujur Reliya sedikit menyesal. Andai saja dia dan Gama tak menikah, mungkin saat ini keduanya akan sering bertengkar seperti sepasang kakak adik, bukan malah perang dingin seperti sekarang.

Walau begitu Reliya sadar tak ada gunanya menyesali, karena yang sudah terlewat tak akan bisa terulang kembali.

"Kamu ada masalah?" Reliya menggeleng dengan senyum tipis dipaksakan.

Saat akan pulang ke rumah Reliya bertemu dengan Bagas kembali, dan pria itu mengajaknya untuk singgah di kafe beberapa waktu.

Entah kebetulan atau tidak, mereka bertemu secara tidak sengaja. Lalu yang mengejutkan lagi, pakaian mereka berdua tampak begitu serasi, seolah sudah direncakan sebelumnya.

"Gimana kabar kamu?" tanya Bagas.

"Seperti yang kamu lihat." Reliya merentangkan tangannya dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

Bagas tersenyum melihat itu. Sejak tadi dia merasa canggung saat Reliya hanya diam saja, tetapi melihat senyum wanita di depannya Bagas sedikit lega.

"Pas lulus SMA semua anak kelas gempar pas denger kamu mau menikah." Reliya tertawa mendengar hal itu.

Membayangkan mereka membicarakannya. Sebenarnya tak mengherankan, karena kelasnya memang suka seperti itu.

"Aku ikut bahagia, cuma lumayan kaget karena tiba-tiba banget." Bagas terkekeh mendengar ucapannya. Karena memang benar dirinya sedikit tak menyangka, karena Reliya merupakan salah satu siswa pintar di kelasnya.

"Oh iya, kenapa suami kamu enggak jemput?" Reliya menggaruk kepalanya bingung.

Ingin berbohong dia tak mampu, jujur juga rasanya begitu memalukan. Karena usia pernikahannya terbilang masih sangat sebentar.

"Dia masih kerja?" Dengan ragu Reliya menggelengkan kepalanya.

"Suami macem apa enggak kerja tapi bukannya nyusul istrinya," ucap Bagas tak habis pikir.

"Aku udah cerai!" ucap Reliya cepat tanpa jeda.

Tawa Bagas mereda, tatapannya langsung berubah bersalah sekaligus penasaran.

"Aku udah lama cerai," ucap Reliya lebih santai.

Bagas menatap Reliya dalam, mencari kebohongan dari mata wanita itu. Dia benar-benar tak menyangka, apa lagi dia tau siapa yang menikahi Reliya. Banyak rumor yang berkata jika lelaki itu adalah kakak angkat Reliya.

"Pernikahan kami resmi selesai bahkan sebelum satu tahun pernikahan." Bagas diam menyimak. Dia merasa tak tau harus membalas apa, situasinya saat ini benar-benar canggung.

"Udah lupain, udah berlalu juga." Reliya berusaha memecah suasana. Dia tak ingin membahas masa lalu untuk waktu dekat.

"Udah mau hujan," ucap Bagas sambil memperhatikan luar yang sudah mulai terlihat gelap karena mendung.

"Ayo pulang," ajak Reliya.

Bagas mengangguk. Setelah membayar tagihan keduanya langsung segera pulang. Sebelum itu Bagas mengantarkan Reliya terlebih dahulu.

Sebenarnya bisa saja mereka pulang nanti, apa lagi Bagas membawa mobil. Hanya saja Reliya memikirkan bagaimana nasib baju-baju yang dia jemur tadi pagi.

Salah satunya juga, keduanya tidak ingin suasana canggung semakin berlangsung lama. Reliya juga tidak ingin terlalu banyak membahas kehidupan pribadinya dengan orang lain.

***

"Makasih tumpangannya. Hati-hati sebentar lagi hujan!" Reliya melambaikan tangan ke arah mobil Bagas yang sudah mulai menjauh.

"Udah hujan!" Reliya memekik panik saat hujan berjatuhan cukup deras tiba-tiba.

Reliya masuk ke dalam rumah, tanpa mempedulikan Gama yang saat ini sedang bersedekap dada sambil menggelengkan kepala di depan pintu rumahnya.

Walau ada sesuatu yang mengganggu untuk Gama. Siapa lelaki yang baru saja mengantarkan Reliya pulang, entah kenapa Gama merasa keduanya begitu sangat akrab.

"Pacar barunya mungkin," ucap Gama mencoba tak peduli. Walau dia tak bisa berbohong ada sesuatu yang asing di dalam hatinya.

"Sialan!" maki Gama kesal. Merasa benar-benar bodoh hanya karena melihat Reliya bersama orang lain..

Hai
Seperti janji aku bakal update double, tapi kayaknya aku bakal up besok atau enggak malam ini.

Enggak nyangka cepet juga 19k hehe

Mas Tetangga 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang